Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor
ganas yang tumbuh di daerah nasofaing dengan predileksi di fosa Rossenmuller
dan atap nasofaring. KNF merupakan penyakit genetik
multifaktor dengan karakteristik endemik. Tingginya insiden KNF di
Negara-negara Asia menimbulkan dugaan
bahwa faktor genetik ikut berperan dalam patogenesis penyakit. Catatan dari
berbagai rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa KNF menduduki urutan keempat
setelah kanker leher rahim, payudara, dan kulit. Selain faktor ras, makanan
(makanan yang diawetkan, difermentasi, dan diasapi) erat kaitannya dalam peningkatan insidensi
KNF.
Makanan tersebut dapat meningkatkan kandungan nitrosamine yang dapat
mengkativasi Epstein-Barr virus (EBV) dan menginduksi perkembangan KNF.
Mekanisme EBV masuk ke dalam epitel nasofaring, masih belum jelas, namun
diperkirakan sedikitnya terdapat 2 gen reseptor yang bertanggung jawab. Salah
satunya adalah gen polymeric immunoglobulin receptor (PIGR). Mutasi gen
PIGR diketahui berperan dalam patogenesis KNF di Thailand dan memiliki
distribusi geografis yang berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, diduga
perbedaan distribusi genotip dan frekuensi alel gen PIGR juga terjadi pada
populasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
polimorfisme gen PIGR dan hubungannya dengan insidensi KNF pada populasi
Indonesia.
Beberata tahap yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Isolasi DNA genom
:
1,5 mL sel darah tepi dicampur dengan 4,5 mL Red Blood Cells solution 1X
(199 mM EDTA; 100 mM KHCO3; 1,45 NH4Cl), dibolak-balik 4-5 kali dan diinkubasi
(suhu kamar; 10 menit). Campuran disentrifugasi
(1500 rpm; 10 menit; 27oC)
sampai didapatkan endapan. Supernatan dibuang dan endapan dilisis dengan RBC 1X
dan kembali disentrifugasi sampai endapan berwarna putih. Setelah supernatan
dibuang, ditambahkan 1,3 mL Cell Lysis Solution (10 mM Tris HCl; 0,25 mM
EDTA; 20% SDS). Suspensi dihomogenkan. Supensi diinkubasi (37oC; 30 menit).
Kemudian ditambahkan 1,3 mL protein presipitasi (5M amonium asetat), divorteks
30 detik sampai terbentuk butiran-butiran halus. Suspensi disentrifugasi (3000
rpm; 4oC; 15 menit) sampai terbentuk endapan kecoklatan. Supernatan dipindahkan
ke tabung baru berisi 2,3 mL isopropanol dingin, kemudian dibolak-balik
beberapa kali sampai terlihat presipitat berupa benang-benang halus DNA yang
melayang dalam isopropanol dan selanjutnya DNA diinkubasi semalaman pada -20oC.
Kemudian tabung berisi DNA disentrifugasi ( 3000 rpm; 4oC; 5 menit). Supernatan dibuang dan endapan DNA
dicuci dengan 1,5 ml alkohol 70% dingin, disentrifugasi (3000 rpm; 4oC; selama
5 menit). Endapan DNA dikeringkan dengan dianginkan (2 jam; suhu kamar).
Selanjutnya ditambahkan 300 ml TE (10 mM Tris HCl; 0,25 mM EDTA) ke dalam
tabung yang berisi DNA dan diinkubasi pada 37oC 2 jam. Kemudian DNA dipindahkan
ke tabung 1,5 ml dan disimpan pada suhu -20oC.
2. Amplifikasi DNA gen PIGR : digunakan
primer
peneliti sebelumnya yaitu, forward 5’GGGTCCCGCGATGTCAGCCTAG3’ dan
downward 5’TTCTCCGAGTGGGGAGCCTT3’. Amplifikasi DNA terdiri atas
denaturasi, annealing, dan ekstensi DNA pada mesin PCR. Kondisi PCR yang
digunakan adalah pre-PCR pada 95oC selama 4 menit, periode PCR selama 35
siklus meliputi denaturasi pada 95oC selama 60 detik, annealing pada
60oC selama 60 detik, dan ekstensi pada 72oC selama 60 detik. Setelah periode
PCR, maka diakhiri dengan post-PCR pada 72oC selama 7 menit. Untuk
kontrol negatif ditambahkan 10 mL ddH2O ke dalam larutan PCR.
3.
Analisis Mutasi Gen PIGR dengan Teknik PCR-RFLP :Setelah diketahui hasil
amplifikasi DNA PIGR positif dengan adanya pita DNA berukuran 220 bp dari
elektroforesis,maka dilakukan analisis Restriction fragment length
polymorphism (RFLP) menggunakan enzim restriksi Hga I. Deteksi
mutasi gen PIGR mengacu pada penelitian sebelumnya. Hasil elektroforesis
dinyatakan positif jika ditemukan 1, 2, atau 3 pita DNA PIGR yang berukuran 220
pb, 180 pb, dan 40 pb. Selanjutnya pita DNA tersebut dideteksi dengan
iluminator UV dan direkam dengan film polaroid untuk analisis RFLP.
4.
Analisis Statistik : digunakan metode analisis
statistik nonparametrik,
Hasil
dari penelitian ini yaitu :
·
KNF dan Faktor-faktor Pendukung
Patologi KNF
Porsi
penderita KNF (dari 102 pasien)
a. Berdasarkan stadium kanker : 76,47% pada stadium lanjut, 13,73% pada
stadium awal, 6,86% belum diketahui stadium kankernya
b.
Jenis kelamin dan etnis : rasio pria dan wanita (1,9 : 1) ; etnis jawa sebesar
34,31%, Sunda sebesar 29,41%, dan Batak sebesar 9,80%.
c.
Faktor usia : 41-50 tahun dengan porsi 29,41%, diikuti usia 51- 60 tahun
sebesar 24,51%, dan usia 31-40 tahun sebesar 23,53% dengan sebaran usia pada
pasien KNF antara usia 15- 69 tahun.
·
Distribusi Genotip dan Frekuensi Alel PIGR pada
KNFdan Kontrol
Dari
hasil yang telah tertera pada tabel 1 di samping kemudian dilakukan uji chi-square. Dari uji chi-square didapatkan p>0,05. Hal tersebut
menunjukkan frekuensi alel gen PIGR antara kelompok KNF dengan kontrol tidak
berbeda nyata, ini berarti gen PIGR tidak berdisposisi dan berkontribusi pada
patogenesis KNF.
·
Distribusi Genotip dan Frekuensi Alel Gen PIGR pada
Kelompok Etnis di Indonesia
Dari
hasil yang telah tertera pada tabel 2 di samping kemudian dilakukan uji chi-square. Dari uji chi-square didapatkan
p>0,05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa frekuensi alel gen PIGR antara
kelompok pribumi tidak berbeda nyata dengan kelompok etnis Cina yang ada pada
populasi Indonesia.
Berdasarkan
hasil dan pembahasan penelitian tentang analisis polimorfisme gen PIGR pada
penderita KNF dan individu normal dapat ditarik kesimpulan sebagai bahwa penderita
KNF yang berobat ke RSCM kebanyakan berada pada stadium lanjut, didominasi oleh
pria, mayoritas pada usia antara 41-50 tahun, distribusi alotip gen PIGR tidak berbeda
antara individu kontrol dengan penderita KNF serta antara etnis pribumi dengan
Cina pada populasi Indonesia sehingga mungkin tidak berhubungan dengan
kerentanan individu terhadap timbulnya KNF. Dari hasil penelitian ini dapat
disarankan perlunya dilakukan pemeriksaan alotip PIGR pada patogenesis KNF, terutama
pada situs polimorfik Hga I sebagai pemeriksaan pendahuluan bagi penderita KNF.
Did you hear there is a 12 word sentence you can say to your crush... that will induce intense emotions of love and instinctual attraction to you deep within his heart?
ReplyDeleteThat's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, admire and protect you with all his heart...
===> 12 Words Will Trigger A Man's Desire Response
This instinct is so hardwired into a man's genetics that it will make him work harder than before to make your relationship the best part of both of your lives.
Matter-of-fact, triggering this dominant instinct is so binding to getting the best possible relationship with your man that as soon as you send your man one of the "Secret Signals"...
...You'll soon find him open his mind and soul for you in such a way he's never experienced before and he will perceive you as the one and only woman in the world who has ever truly interested him.