Uji Kadar Kolesterol Total Serum
12.1
Tujuan
Untuk menentukan kadar
kolesterol total dalam serum.
12.2
Metode
yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penentuan kadar bilirubin baik bilirubin total
atau bilirubin direct yaitu Liberman-Burchard.
12.3
Prinsip
Pemeriksaan
Kolesterol merupakan sterol yang paling banyak terdapat dalam badan
manusia, terutama pada otak, jaringan syaraf, cairan empedu dan darah. Senyawa
ini merupakan penyusun utama batu empedu. Kolestrol banyak dijumpai pada lemak
binatang, tetapi tidak pernah ditemukan pada lemak tumbuhan. Tumbuhan mempunyai
sterol yang disebut fitosterol.
Kolesterol merupakan senyawa yang memiliki inti empat cincin siklopentano –
fenantren. Termasuk lemak dengan daya larut yang sangat kecil dalam air.
Kadarnya dalam plasma darah 150-200mg/ml, sekitar 2x kadar glukosa darah. Dalam
plasma darah 30% berikatan dengan lipoprotein yang mampu menambah daya larutnya
dalam darah. Sebanyak 70% lagi kolesterol darah berada berupa kolesterol ester.
Kolesterol juga banyak terdapat dalam empedu, dengan kadar 390mg/100ml (Yatim,
2003). Kolesterol tidak larut dalam air tetapi dapat diekstraksi dari jaringan
dengan kloroform, eter, benzena dan alkohol panas. Kolesterol termasuk senyawa
steroida dengan rumus C27H45OH.
Kebanyakan kolesterol diet ada dalam bentuk teresterkan. Esterkolesterol
yang ada ditemukan oleh empedu lalu dihidrolisis oleh esterase kolesterol
pankreas.
Secara umum kolesterol merupakan derivate lemak yang banyak dijumpai dalam
bahan makanan khususnya yang berasal dari hewan. Kadar kolesterol dalam setiap
jenis bahan makanan cukup bervariasi tergantung pada jenis dan macam produknya,
bahkan kandungan kolesterol pada setiap bagian/organ tubuh hewan pun berbeda-
beda. Secara fisiologi kolesterol penting bagi tubuh, karena merupakan bahan
penyusun membran sel, sintesis garam empedu dan prasat (precursor) hormon
khususnya kelompok hormon steroid. Namun demikian, kelebihan kolesterol dapat
menyebabkan timbulnya berbagai gangguan kesehatan, salah satunya adalah
atherosclerosis yaitu timbunan kolesterol pada pembuluh darah khususnya pada
tunica media arteri. Atherosklerosis merupakan predisposisi infark miokard,
stroke, trombosis otak dan penyakit serius lainnya.
Setiap orang memiliki kolesterol di dalam darahnya, di mana 80% diproduksi
oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi
terdiri atas 2 jenis yaitu :
-
Kolesterol LDL, adalah kolesterol jahat, yang
bila jumlahnya berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh
darah membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembulun darah.
-
Kolesterol HDL, adalah kolesterol baik, yang
mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang
berlebihan. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan suatu tanda yang baik
sepanjang kolesterol LDL kurang dari 150 mg/dl.
Selain itu ada juga Trigliserida. Lemak ini terbentuk sebagai hasil dari
metabolisme makanan, bukan saja yang berbentuk lemak tetapi juga makanan yang
berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya
dibutuhkan sebagai sumber energi. Kadar trigliserida ini akan meningkat bila kita
mengkonsumsi kalori berlebihan, lebih besar daripada kebutuhan kita.
Kolesterol LDL sering disebut dengan kolesterol ‘jahat’, karena peningkatan
kadar kolesterol ini dalam darah dihubungkan dengan peningkatan resiko penyakit
jantung koroner. Kolesterol LDL akan berakumulasi di dinding arteri sehingga
membentuk semacam plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga
pembuluh darah menyempit. Proses ini dikenal dengan nama atherosklerosis.
Kolesterol HDL sebaliknya sering disebut dengan kolesterol ‘baik’ karena
kolesterol HDL mencegah terjadinya atherosklerosis dengan cara mengeluarkan
kolesterol ‘jahat’ dari dinding arteri dan mengirimkannya ke hati. Jadi, bila
kadar kolesterol LDL tinggi sedangkan kadar kolesterol HDL rendah maka merupakan
faktor resiko terjadinya atherosklerosis. Sebaliknya yang diharapkan adalah
kadar kolesterol LDL rendah dan kadar kolesterol HDL yang tinggi.
Kadar kolesterol baik LDL maupun HDL juga dipengaruhi oleh faktor herediter
atau keturunan. Pada pasien dengan familial hypercholesterolemia (FH), terdapat
pengurangan jumlah yang signifikan dari reseptor kolesterol LDL dalam
hatinya.Pasien ini juga akan rentan menderita atherosklerosis dan serangan
jantung pada usia muda. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan
kolesterol akan meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Lemak dibagi
menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh berdasarkan pada struktur kimianya.
Lemak jenuh terutama berasal dari daging dan produk olahan susu yang akan
meningkatkan kadar kolesterol darah. Beberapa minyak tumbuhan yang dibuat dari
buah kelapa, sawit, dan cokelat juga tinggi kadar lemak jenuhnya. Menurunkan
kadar kolesterol LDL saat ini merupakan fokus utama dalam mencegah
atherosklerosis dan serangan jantung. Beberapa dokter dan ahli percaya bahwa
keuntungan menurunkan kadar kolesterol LDL antara lain :
-
Mengurangi dan menghentikan pembentukan plak
kolesterol pada dinding pembuluh darah.
-
Memperlebar rongga arteri.
-
Mencegah pecahnya plak kolesterol yang mempunyai
resiko membentuk gumpalan darah/trombus (faktor resiko stroke)
-
Menurunkan resiko serangan jantung.
-
Menurunkan resiko stroke.
Tubuh kita menggunakan kolesterol untuk membuat:
-
Hormon seks, sangat penting bagi perkembangan dan
fungsi organ seksual.
-
Hormon korteks adrenal,m penting untuk
metabolisme dan keseimbangan garam dalam tubuh.
-
Vitamin D, penting dalam penyerapan Ca.
-
Garam empedu, membantu usus menyerap lemak.
-
Membran sel dan lapisan luar lipoprotein.
Untuk mengetahui kandungan kolesterol, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode pengukuran baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari metode yang
sederhana sampai metode yang kompleks. Tentu saja setiap metode memiliki
kelebihaan dan kekurangan, oleh karena itu dalam tulisan ini akan disajikan
pengukuran kadar koleterol dengan metode Lieberman-Burchards yang menggunakan
alat spesifik berupa spektrofotometer (Astuti. 2010).
Pada metode ini, kolesterol total berupa kolesterol bebas dan ester
kolesterol diekstraksi. Jumlah kolesterol ditentukan kolorimetris dengan menerapkan
reaksi Liebermann-Burchard dan dibandingkan dengan larutan standard kolesterol
yang diketahui (Dawiesah, 1989). Reaksi Liebermann-Burchard merupakan dasar
penentuan fotometri kolesterol. Cuplikan kolesterol dilarutkan dalam kloroform
direaksikan dengan asetat anhidrat dan sedikit asam sulfat pekat akan terjadi
pewarnaan yang khas untuk sterol tunggal (Schunack et al., 1990). Pada reaksi Liebermann-Burchard larutan akan berubah
warna dengan segera menjadi merah dengan cepat akan menjadi biru-violet (kolekalsiterol
kolesterol) dan untuk selanjutnya akan menjadi hijau (ergokalsiferol) (Schunack
et al., 1990). Bila kolesterol
direaksikan dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat dalam lingkungan
bebas air, maka akan terbentuk warna hijau-biru yang intens akibat pembentukan
polimer hidrokarbon tak jenuh. Hasil reaksi antara kolesterol dengan pereaksi
warna yang membentuk kompleks berwarna hijau biru tersebut diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometri uv-vis. Test ini sangat sensitif terhadap
kelembaban. Maka pipet yang digunakan harus dalam keadaan kering (Anonim,
2012).
12.4
Alat
dan Bahan
a.
Alat
Tabung reaksi
Pipet ukur
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Pipet mikro
Gelas beaker
Alat spektrofotometri
b.
Bahan
Serum jernih
Pereaksi warna 1 :
0,043 M asam sulfosalisilat
dengan asam asetat glasial
Asam sulfat pekat 96%
Pereaksi warna 2 :
Asam asetat anhidrat dalam
asam asetat glasial 4:1
Standar kolesterol 250 mg/dL
(Bio Analitika®)
12.5
Cara
Kerja
Dibuat pereaksi kolesterol dengan mencampur pereaksi warna 1 dan 2 dengan
perbandingan 75:25.
↓
Dibuat campuran sebagai berikut:
|
Tes (ml)
|
Standar (ml)
|
Blanko (ml)
|
Serum
|
0,05
|
-
|
-
|
Standar
|
-
|
0,05
|
-
|
Aquades
|
-
|
-
|
0,05
|
Pereaksi kolesterol
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
↓
Dicampur dan ditangguhkan selama 5 menit pada
suhu 20-250C, lalu ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 0,5 ml
pada masing-masing larutan di atas.
↓
Dicampur hingga semua protein larut, ditangguhkan
selama 15 menit pada suhu 20-250C, lalu
dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang pengamatan 610 nm.
12.6
Hasil
Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
Hasil Pemeriksaan
|
Tes A
|
Tes B
|
Standar
|
Blanko
|
Warna setelah penambahan H2SO4
|
Hijau kekuningan (++)
|
Hijau kekuningan (+)
|
Hijau kebiruan (+++)
|
Bening/jernih (-)
|
Warna setelah 15 menit
|
Kuning kecoklatan
|
Kuning
|
Coklat kekuningan
|
Bening kekuningan
|
Absorbansi (λ=610 nm)
|
0,073
|
0,032
|
0,173
|
0,000
|
Perhitungan
Dik :
Absorbansi
blanko = 0,000
Absorbansi
standar = 0,173
Absorbansi
tes A = 0,073
Absorbansi
tes B = 0,032
Kadar
standar = 250 mg/dL
Dit
:
Kadar
kolesterol pada tes A dan tes B ?
Jawab
:
Test A
Kolesterol total serum A =
=
= 105,49 mg/dL
Test B
Kolesterol total serum B =
=
= 46,24 mg/dL
Interpretasi Hasil
Kadar kolesterol normal
dalam darah adalah 125-250 mg/dL. Berdasarkan data pengamatan hasil
perhitungan, didapatkan kadar kolesterol yang lebih rendah dari nilai normal
pada serum A dan B, yaitu pada serum A sebesar 105,49 mg/dL dan pada serum B
sebesar 46,24 mg/dL. Hasil yang didapat ini menunjukkan hasil yang lebih rendah
dari nilai normal. Hal ini mungkin menunjukkan keadaan pasien yang mungkin
mengalami hipolipidemia. Namun, hasil ini tidak menunjukkan data pasti karena
pada saat pengerjaan, pemipetan serum masih tersisa pada pipet mikro yang
digunakan sehingga proses pengencerannya kurang sempurna.
12.7
Pembahasan
Pada praktikum kali ini
dilakukan penentuan kadar kolesterol total dalam tubuh dengan metode
Libermann-Burchard.
Kolesterol adalah komponen asam lemak yang terdapat dalam darah. Zat ini sangat
diperlukan oleh tubuh untuk proses-proses tertentu bagi kelangsungan hidup. Di
antaranya untuk membentuk hormon, membentuk sel, dan merawat sel-sel saraf.
Sintesis kolesterol sebgain besar terjadi di dalam hati, selain itu terjadi
pula di usus halus, kelenjar adrenal dan testis. Di samping itu juga berasal
dari makanan yang diabsorbsikan di usus bersama lipid yang lain yang disintesis
dalam usus. Kolesterol diangkut dalam lipoprotein plasma baik sebagai
kolesterol maupun ester kolesterol. Praktikum
tentang pengukuran kadar kolesterol ini bertujuan untuk mengetahui prinsip
pengukuran kolesterol tersebut dengan menggunakan metode Lieberman – Burchards
dan mengetahui kadar kolesterol dalam serum.
Anhidrid asetat bereaksi dengan kolesterol dalam larutan kloroform menghasilkan suatu larutan berwarna hijau
kebiruan yang karakteristik. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti gugus
kromofor yang menimbulkan warna tersebut, namun diduga melibatkan reaksi
esterifikasi gugus hidroksi pada posisi ketiga seperti terlihat pada susunan
molekulnya. Darah atau serum darah diekstraksi dengan campuran alkohol-aseton
yang bertujuan memindahkan kolesterol dan lipida-lipida lain serta mengendapkan
protein. Kemudian pelarut organik dievaporasi pada penangas air (waterbath). Residu keringnya kemudian
dilarutkan dalam kloroform. Campuran kloroform kemudian ditentukan secara
klorimetri menggunakan reagen Lieberman-Burchard. Kolesterol serum darah secara
normal berkisar dari 100 – 250 mg/100 ml. Rata-rata jumlah kolesterol dalam
serum darah adalah 200 mg/100 ml, pada usia 25 tahun yang lebih lanjut
meningkat secara perlahan dengan meningkatnya usia sampai usia 40 – 50 tahun.
Wanita umumnya menunjukkan kadar kolesterol yang lebih rendah dari pada pria
sampai dicapai saat menopause (Budimarwanti, 2011).
Berdasarkan data pengamatan, diketahui warna larutan setelah ditambahkan
asam sulfat pekat adalah hijau kekuningan untuk test A dan B dengan intensitas
warna test A lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa kolesterol pada serum telah
bereaksi dengan dengan reagen. Dan secara visual menunjukkan adanya kolesterol
pada serum tersebut. Kemudian ditangguhkan selama 15 menit agar reaksi yang
terjadi lebih optimal untuk memastikan semua kolesterol yang terkandung telah
bereaksi. Penentuan kolesterol total secara kuantitatif dilakukan dengan alat
spektrofotometer untuk mengetahui kadar kolesterol total dalam serum.
Dari data hasil
pengamatan dapat diketahui nilai absorbansi dari masing-masing serum A dan B adalah 0,073
dan 0,032, sedangkan untuk absorbansi standar sebesar 0,173. Dari perhitungan dengan memasukan nilai
absorbansi sampel maka diperoleh kadar kolesterol serum A sebesar 105,49 mg/dL
dan pada serum B sebesar 46,24 mg/dL. Nilai ini menunjukkan hasil yang berada di bawah normal (normal 125-250
mg/dL), khususnya untuk serum B yang nilainya jauh di bawah normal. Berdasarkan
hasil ini dapat diinterpretasikan kemungkinan hipolipidemia pada pasien.
Meskipun demikian, tidak dapat dipastikan hasil ini karena selama pengerjaan
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satu contohnya adalah saat
pemipetan serum B, masih terdapat sisa serum di dalam pipet mikro, sehingga tidak
keseluruhan serum yang terukur kadar kolesterolnya. Tentu dari hal ini akan
memberikan pengaruh pada kadar kolesterol yang diperoleh.
Secara fisiologi
kolesterol penting bagi tubuh, karena merupakan bahan penyusun membran sel,
sintesis garam empedu dan prasat (precursor) hormon khususnya kelompok hormon
steroid. Kolesterol disintesis dalam keadaan normal oleh
tubuh sejumlah 2 kali dari kadar kolesterol di dalam makanan yang dimakan.
Kolesterol yang disintesis diubah menjadi jaringan, hormon dan vitamin yang
kemudian beredar ke dalam tubuh melalui darah. Tetapi ada pula kolesterol yang
kembali ke dalam hati untuk diubah menjadi garam empedu dan garamnya. Hasil
sintesis kolesterol disimpan dalam jaringan tubuh. Tubuh dalam keadaan normal,
bila terjadi gangguan dalam konsumsi kolesterol maka akan terjadi mekanisme
untuk mempertahankan balance atau keseimbangan kolesterol sebagai mekanisme
pertahanan. Namun bila terjadi gangguan dapat berupa penimbunan kolesterol atau
derivatnya di arteri menimbulkan penghambatan aliran darah, menyebabkan tekanan
darah tinggi dan menyebabkan beberapa penyakit kardiovascular (Linstromberg,
1996).
Kadar kolesterol yang rendah memang memiliki tingkat risiko penyakit yang lebih
rendah dibandingkan dengan kadar kolesterol yang tinggi. Namun, kadar
kolesterol yang rendah tentu harus diperhatikan karena kolesterol memiliki
fungsi dalam tubuh, seperti misalnya pembentukan hormon-hormon steroid.
Sehingga apabila terjadi penurunan kadar kolesterol dalam tubuh maka dapat
menyebabkan penurunan sintesis hormon dan berimplikasi pada gangguan
keseimbangan hormon.
No comments:
Post a Comment