Pages

Pages

22 June 2012

Uji Kadar Kreatinin Serum : Metode Jaffe


Uji Kadar Kreatinin Serum : MetodeJaffe
11.1          Tujuan
Untuk menetapkan kadar kreatinin pada serum atau plasma jernih

11.2          Metode yang Digunakan
Metode Jaffe

11.3          Prinsip Pemeriksaan
Reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks kreatinin pikrat yang berwarna kuning jingga yang kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 545 nm.


11.4          Alat dan Bahan
a.      Alat
Alat-alat gelas
Pipet tetes
Pipet ukur
mikropipet
Spektrofotometri UV-Vis

b.      Bahan
Serum atau plasma jernih
Larutan asam pikrat 0,032 mol/L
Standar kreatinin 2 mg % (Bio Analitika®)
Aquades

11.5          Cara kerja
Bahan-bahan dicampurkan hingga homogen sesuai dengan table di bawah ini :
Bahan
Jenis Larutan
Tes/Uji
Standar
Blanko
Larutan asam pikrat (ml)
1,50
1,50
1,50
Serum/plasma
0,20
-
-
Standar Kreatinin 2 mg % (ml)
-
0,20
-
Aquadest
-
-
0,20
Masing-masing campuran dipusingkan selama 10 menit, lalu diambil bagian s         upernatnya, kemudian dicampurkan dengan NaOH sesuai dengan table berikut :
Supernatan (ml)
1,00
1,00
1,00
Larutan NaOH 1 mol/L (ml)



Ketiga campuran untuk setiap bahan pemeriksaan diatas didiamkan selama 25-40 menit, lalu dibaca absorbansinya pada spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 545 nm.

11.6          Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
Hasil Pengamatan :
Absorbansi blanko   = 0,000
Absorbansi standar  = 0,007
Absorbansi tes D     = 0,253
Absorbansi tes B     = 0,165
Perhitungan :
Kadar Kreatinin tes B     =
                                         =
                                         = 5,22 mg %
Kadar Kreatinin tes D     =
                                         =
                                         = 3,4 mg %
Intepretasi Hasil
Angka normal kreatinin serum/plasma < 1,4 mg/100 ml. (Roche Diagnostik, 1976). Tes B memiliki kadar kreatinin = 5,22 mg % = 0,522 mg/100 ml, ini artinya pasien B memiliki nilai kreatinin normal dan tes D memiliki kadar kreatinin = 3,4 mg % = 0,34 mg/100 ml, ini artinya pasien D memiliki nilai kreatinin normal.

11.7          Pembahasan
Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Kreatinin disintesis dalam hati, pankreas, dan ginjal dari asam amino arginin, glisin, dan metionin. Senyawa ini dihasilkan ketika terjadi kontraksi pada otot. Dalam darah, kreatinin dihilangkan dengan proses filtrasi melalui glomerulus ginjal dan disekresikan dalam bentuk urin. Ginjal yang sehat menghilangkan kreatinin dari darah dan memasukkannya pada urin untuk dikeluarkan dari tubuh (Anonim, 2009). Analisis kadar kreatinin dalam tubuh merupakan indeks medis yang penting untuk mengetahui kondisi laju filtrasi glomerulus, keadaan ginjal, dan berfungsinya kerja otot (Spiritia, 2009).
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar kreatinin pada serum atau plasma jernih dengan metode Jaffe. Prinsip dengan metode ini adalah reaksi antara dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks kreatinin pikrat yang berwarna kuning jingga yang kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 545 nm (Dewi dkk., 2011 ).
Menggunakan metode Jaffe, Reaksi Jaffe merupakan reaksi yang sederhana dan mudah dimana metode ini merupakan salah satu pengembangan metode kolorimetri berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 492 nm. Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa berwarna merah–oranye yang terjadi antara asam pikrat dengan kreatinin dalam suasana basa (Siangproh et al.,2009).
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah  merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan ( Sodeman, 1995). Pemeriksaan pada praktikum kali ini dilakukan pada dua sampel serum/plasma yaitu pada test B dan test D.  Pemeriksaan kedua kadar sampel ini dilakukan dengan menambahkan larutan asam pikrat 0,032 mol/L masing-masing ke dalam sampel. Penambahan larutan asam pikrat pada larutan sampel (uji) berfungsi untuk membentuk kompleks senyawa berwarna merah-oranye bila direaksikan dengan kreatinin pada suasana alkali (Anerson dan Jean, 2007). Suasana basa dihasilkan dengan penambahan larutan NaOH. Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa, nilai absorbansi larutan standar  0,007 , absorbansi test B 0,253, dan absorbansi Test D 0,165.
Dari hasil pemeriksaan, diperoleh kadar kretinin pada test B sebesar sebesar 5,2 mg% atau dan tes D sebesar 3,4 mg%. Nilai normal kadar kreatinin adalah 0,5-1,1 mg %. Dilihat dari nilai normal kreatinin serum/plasma, tes B dan tes D memiliki nilai kreatinin serum di atas nilai normal. Nilai kadar kreatinin kedua pasien lebih besar dari nilai normal ini menandakan kemungkinan adanya gangguan pada fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal (Sodeman, 1995). Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50 %, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal sebesar 75 %. (Soeparman,dkk.,2001). Hemodialisa perlu dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg/dl serum. Namun, dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisa dilakukan sedini mungkin untuk menghambat progresifitas penyakit (Anonim,2012).

No comments:

Post a Comment