I. Dasar Teori
Tujuan dari terapeutik adalah mencapai efek terapi yang diinginkan dengan efek merugikan yang minimal. Seorang dokter harus mengetahui potensi farmakologik relatif dan efikasi maksimal dari obat-obatan dalam hubungannya dengan efek terapeutik yang diinginkan untuk memilih di antara banyak obat dan menentukan dosis yang tepat dari suatu obat. Dosis terapi yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu atau binatang percobaan disebut dosis terapi median/ median lethal dose (LD50) ialah dosis kematian pada 50% individu atau bianatang percobaan.
Dalam studi farmakodinamik di laboratorium. indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam rasio sebagai berikut :
Dalam studi farmakodinamik di laboratorium. indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam rasio sebagai berikut :
Indeks Terapi : LD50/ED50
( Departemen Farmakologi FK Universitas Udayana, 2010)
Dalam praktikum ini, yang digunakan sebagai obat uji adalah Diazepam. Diazepam atau biasanya dikenal dengan Valium merupakan sebuah turunan narkoba. Diazepam disebutkan termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya antara lain valium. Indikasinya sebagai obat anti cemas, sedatif-hipnotic, dan obat anti kejang. Efek sampingnya, pada pemakaian kronik dapat menimbulkan ketergantungan jiwa dan raga, menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya daya konsentrasi dan reaksi.(Anonim, 2010)
ED50 dan LD50 paling banyak digunakan sebagai ukuran dosis efektif dan dosis toksis karena dapat ditentukan secara lebih tepat dan paling sedikit variasinya dibanding dengan ukuran lainnya, seperti ED99, LD99, dan lain-lain (gambarn grafiknya akan lebih mendatar, sedangkan ED50 dan LD50 merupakan titik pada garis yang paling menanjak). Konsep hubungan toksisitas dengan keefektifan obat ini penting dalam klinis, yaitu dapat digunakan sebagai pedoman seberapa besar dosis dapat diberikan tanpa menimbulkan efek toksis.
Dari kurva dosis kerja dapat ditentukan tetapan-tetapan obat yang penting yaitu ED50 yang sering dikemukakan (dosis effective 50) adalah dosis yang menyebabkan dicapainya separuh (50%) efek. Sesuai dengan itu ED95 adalah dosis yang menyebabkan 95% efek dicapai. Angka ED95 dan ED50 yang dibutuhkan untuk penentuan luas terapeutik sulit ditentukan secara tepat dari kurva yang berbentuk S, karena kemiringan kurva dari bagian ini sangat kecil.
Dalam toksikologi jumlah dosis yang menyebabkan 50% dari populasi menunjukan respon dan jumlah dosis yang menyebabkan 50% individu memberikan reaksi (respon) digunakan sebagai besaran aktifasi, misalnya saja ED50 (Effective dose) dan LD50 (Lethal dose) dari suatu xenobiotika uji. Besaran aktivitas 50% adalah suatu harga sebenarnya yang diperoleh secara statistika. Ini merupakan suatu harga perhitungan yang menggambarkan estimasi yang paling baik dari dosis yang diperlukan untuk menimbulkan respon pada 50% individu uji, karena selalu disertai dengan suatu rataan estimasi dari harga kesalahannya, seperti probabilitas kisaran nilainya.
Gambar 1. Struktur Diazepam
Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan dengan alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam. Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat aktifitas di otak. Diyakini bahwa aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan dan gangguan jiwa lainnya (Anonim, 2008).
Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia (kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan reaksi paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung, depresi, gangguan berbicara, dan penglihatan ganda juga merupakan efek yang jarang dari diazepam (Anonim, 2008).
Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah). Bahkan pada kasus yang lebih berat, dapat timbul kejang. (Anonim,2008).
II. ALAT DAN BAHAN
- Spuit injeksi 1cc
- Bak plastik beserta tutupnya
- Alat penghitung waktu
- Mencit 16 ekor
- Diazepam berbagai konsentrasi (0,156 mg/cc, 0,312 mg/cc, 0,625 mg/cc, dan 1,25 mg/cc)
III. CARA KERJA
1. Ambil mencit dari bak penampungnya degan cara menarik ekornya
2. Taruh di atas jarring kawat, lalu pegang ekornya dengan tangan kiri, kemudian tangan kanan memegang kepala bagian belakangnya.
3. Setelah mencit dipegang dengan baik, injeksikan diazepam sebanyak 0,5cc secara intaperitonial.
4. Beri tanda mencit yang sudah diberi perlakuan
5. Lakukan langkah tersebut pada mencit yang lain hingga semua mencit mendapat perlakuan
6. Tunggu selama sepuluh menit, lalu evaluasi keadaan mencit selama 30 menit apakah mencit tertidur atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan cara meletakkan mencit di atas jarring kawat lalu miringkan, jika mencitnya jatuh atau tidak bisa mencengkram jaring kawat dengan erat berarti mencit sudah tidur.
7. Catat hasil pengamatan.
0 comments:
Post a Comment