7.1
Tujuan
1. Untuk menentukan total bilirubin di dalam serum.
2. Untuk menentukan kadar direct bilirubin di dalam serum uji.
7.2
Metode
yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam
penentuan kadar bilirubin baik bilirubin total atau bilirubin direct yaitu Jendrassik & Grof.
7.3
Prinsip
Pemeriksaan
Bilirubin adalah pigmen
kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan
eritrosit oleh sel retikulo endotel. Disamping itu sekitar 20% bilirubin
berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikulo endotel membuat bilirudbin
tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan
pada albumin untuk diangkut dalam plasma untuk menuju hati. Di dalam hati, sel
hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat
sehingga bersifat larut air, dimana reaksi ini melibatka enzim glukoroni
transferase (Joy ce, 2007).
Bilirubin terkonjugasi
masuk ke saluran empedu dan dieksresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan
mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil
dibuang melalui urine. Bilirubin yang terkonjugasi akan dengan cepat bereaksi
dengan asam sulfanil yang terdiazotasi membentuk azobilirubin atau bilirubin
langsung (direct bilirubin). Bilirubin terkonjugasi yang merupakan bilirubin
bebas yang terikat albumin harus terlebih dahulu dicampur dengan alcohol,
kafein, atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, dan sering disebut sebagai
bilirubin tidak langsung (indirect bilirubin) (Joy ce, 2007).
Peningkatan kadar
bilirubin direct menunjukan adanya gangguan pada hati berupa kerusakan pada sel
hati atau kerusakan pada saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi
tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehinga akan masuk kembali dan
terabsorbsi ke dalam aliran darah. Sedangkan peningkatan kadar bilirubin indirect
sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti
pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfuse, atau eritroblastosis fatalis.
Peningkatan destruksi eritrosi tidak diimbangi dengan kecepatan konjugasi dan
ekresi ke saluiran empedu sehingga
terjadi peningkatan kadar bilirubin indirect (Joy ce, 2007).
Peningkatan kadar bilirubin
yang berlebih dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :
1.
Hemolisis
akibat inkompaktibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,
sferositosis herediter dan pengaruh obat.
2.
Infeksi,
septicemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intrauterine.
3.
Polisitemia.
4.
Ekstravasasi
sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
5.
Ibu
diabetes.
6.
Asidosis.
7.
Hipoksia/asfiksia.
8.
Sumbatan
traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Dalam uji laboratorium,
bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direct. Sedangkan
bilirubin indirect diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dengan
bilirubin direct. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau
spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin. Nilai rujukan :
DEWASA :
Total : 0,1±1,2 mg/dL
Direct : 0,1 ±0,3 mg/dL
Indirect : 0,1-1,0 mg/dL
ANAK :
Total : 0,2±0,8 mg/dL
Indirect :
sama dengan dewasa
BAYI BARU LAHIR :
Total : 1±12 mg/dL
Indirect : sama dengan dewasa
(Joy ce, 2007)
Bilirubin
Total dan Direct
Peningkatan kadar dari
bilirubin total dan direct dapat terjadi akibat ikterik obstruktif karena batu
atau neoplasma empedu, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa,
metastasis hati, penyakit Wilson.
Selain terjadi akibat penyakit dapat pula terjadi akibat penggunaan obat
misalnya yaitu : antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat
antituberkulosis (asam paraaminosalisilat, isoniazid), alupurinol, diuretic
(asetazolamid, asametakrinat), mitramisis, dekstran, diazepam (valium),
barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin,
metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral,
torbutamid, serta vitaminA,C,K. sedangkan penurunan kadar dari bilirubin total
dan direct dapat disebabkan karena anemia defisiensi besi dan pengaruh obat
seperti barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi
(Joy ce, 2007).
Bilirubin
Indirect
Peningkatan kadar dari
bilirubin indirect dapat disebabkan oleh eritroblastosis fetalis, anemia sel
sabit, reaksi tranfusi, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia
hemolitik, talesemia,CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis, dan pengaruh obat
seperti aspirin, rifampin dan fenotiazin. Sedangkan penurunan kadar bilirubin
indirect disebabkan karena pengaruh obat (Joy ce, 2007).
Pemeriksaan bilirubin
dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diasonium dengan bilirubin dalam
suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium
terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam
yang dipakai adalah asam sulfosalisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dL urin
akan memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukan kelainan fungsi hati
atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat
mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi, sedangkan negatif
palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyidium atau serenium (Joy
ce, 2007).
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1.
Makan malam
yang mengandung lemak tinggi sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi kadar
bilirubin.
2.
Hemolisis
pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
3.
Sampel
darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen
empedunya akan menurun.
4.
Obat-obatan
tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar blirubin (Joy ce, 2007).
Metode pengukuran kadar bilirubin dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam metode yaitu :
1.
Van den Bergh, Malloy dan Reaksi Evelyn
Metode ini digunakan reagen Ehlirch diazo, dimana reagen ini bila
direaksikan dengan bilirubin direct dalam larutan berair akan membentuk
kompleks senyawa berwarna merah muda sampai ungu dalam waktu 1 menit, sedangkan
dalam larutan metil alcohol 50%, reagen Ehlirch diazo akan bereaksi dengan
bilirubin total membentuk warna merah muda sampai ungu pada waktu penangguhan
30 menit (Anonim,
tt).
2.
Jendrassik & Grof
Pada metode ini, serum atau plasma ditambahkan ke dalam larutan
natrium asetat dan kefein-natrium benzoat. Natrium asetat berfungsi sebagai
buffer pH pada reaksi diazo, sedangkan natrium benzoate-kafein berfungsi
mempercepat kopling bilirubin dengan diazotized asam sulfanilic. Warna azobilirubin
muncul dalam waktu 10 menit (Anonim, tt).
3.
ASTRA
Metode ini merupakan modifikasi dari metode
Jendrassik & Grof (Anonim,
tt).
4.
ACA
-
Untuk
bilirubin terkonjugasi : bilirubin terkonjugasi bereaksi dengan DSA dalam
suasana asam membentuk kromofor merah. Absorbansi kromofor sebanding dengan
bilirubin terkonjugasi yang terdapat di dalam serum. Pengukuran dilakukan pada
panjang gelombang 540-600 nm.
Conjugated bilirubin +
DSA + H+ 6 Red chromophore
(non-absorbing at 540 nm) (absorbs at 540 nm)
(Anonim, tt).
-
Untuk bilirubin total : bilirubin total akan bereaksi dengan DSA
dalam suasana asam membentuk kromofor berwarna merah. Lithium deodesil sulfat
(OSZA) digunakan untuk melarutkan bilirubin tak terkonjugasi. Absorbansi
kromofor berbanding lurus dengan bilirubin dalam sampel dan diukur dengan
menggunakan panjang gelombang 540-600 nm.
(Anonim, tt).
Prinsip pemeriksaan dari uji kadar bilirubin ini adalah reaksi bilirubin dengan asam sulfanilic diazotized
akan membentuk kompleks azobilirubin. Kompleks warna yang terbentuk sangat
tergantung pada pH, pada suasana asam
atau netral akan terbentuk kompleks warna merah muda, sedangkan pada suasana
basa akan terbentuk kompleks warna biru atau ungu.
(Anonim, tt)
7.4
Alat
dan Bahan
a. Alat
Tabung reaksi
Pipet ukur
Alat spektrofotometri
b. Bahan
Aquades
Serum
Asam sulfanilat
Pereaksi diazo
Methanol
7.5
Cara
Kerja
Penentuan Kadar Bilirubin Total dalam Serum :
Dibuat pereaksi diazo : 10 mL larutan asam
sulfanilat dicampur dengan 0,3 mL Natrium Nitrit.
↓
Dicampur bahan uji
dengan perbandingan sebagai berikut :
|
Test (T)
|
Blanko (Bl)
|
Standar
|
Aquades (mL)
|
1
|
1
|
1
|
Serum/ plasma (mL)
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
Asam sulfanilat (mL)
|
-
|
0,3
|
0,1
|
Pereaksi diazo (mL)
|
0,3
|
-
|
0,3
|
Metanol (mL)
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
↓
Dicampurkan dan ditangguhan selama 30 menit.
↓
Dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm dengan titik nol
aquades.
↓
Digunakan standar 10 mg%, dibaca absorbansinya
pada l 530 nm.
↓
Prosedur nomor 2 dilakukan
sebanyak 2 kali.
Penentuan Direct Bilirubin
Dibuat pereaksi diazo : 10 mL larutan asam
sulfanilat dicampur dengan 0,3 mL Natrium Nitrit.
↓
Dibuat campuran bahan
uji dengan perbandingan sebagai berikut :
|
Test (T)
|
Blanko (Bl)
|
Standar
|
Aquades (mL)
|
1
|
1
|
1
|
Serum / plasma (mL)
|
0,1
|
0,1
|
-
|
Asam sulfanilat (mL)
|
-
|
0,3
|
0,3
|
Pereaksi diazo (mL)
|
0,3
|
-
|
0,3
|
Metanol (mL)
|
-
|
-
|
0,1
|
↓
Dilakukan sebanyak dua kali
prosedur di atas.
↓
Dicampur dan didiamkan selama 10 menit.
↓
Dibaca pada panjang gelombang 530 nm dengan titik
nol aquades.
↓
Dicatat absorbansinya.
7.6
Hasil
Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
Hasil Pengamatan Kadar Bilirubin Total
Standar =
0,015
Blanko A = 0,020
Blanko B = 0,033
Test A = 0,042
Test B = 0,017
Perhitungan
:
Test A
Total bilirubin=
=
Test B
Total bilirubin =
=
= - 10,667 mg %
Perhitungan total bilirubin
pada test B tidak dapat menunjukkan hasil karena menghasilkan nilai negatif.
Hasil
Pengamatan Kadar Bilirubin Direct
Standar =
0,001
Blanko A = 0,014
Blanko B = 0,025
Test A =
0,034
Test B = 0,080
Perhitungan :
Test A
Total bilirubin =
=
= 200 mg %
Test B
Total bilirubin =
=
= 550 mg %
Interpretasi Hasil
Fraksi
terkonjugasi (direct bilirubin)
adalah fraksi yang larut dalam air sehingga dapat diekskresi oleh ginjal.
Ketika dilakukan perhitungan dengan metode Van den Bergh, total serum bilirubin
total konsentrasinya 17 mmol/L atau 1 mg/dL, lebih dari 80% dari bilirubin
total atau 5,1 µmol/L (0,3 mg/dL) adalah nilai normal direct bilirubin
(Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition).
Peningkatan
konsentrasi bilirubin total plasma (unconjugated/indirect
bilirubin) menunjukkan adanya peningkatan produksi bilirubin total plasma,
penyakit hemolisis. Sedangkan peningkatan konsentrasi direct bilirubin
menunjukkan kelainan hereditas, kerusakan sel-sel hati.
Pada hasil perhitungan bilirubin total dan direct bilirubin yang didapat
saat praktikum, test A memiliki nilai total bilirubin > 0,1 mg/dL, yaitu 14,
67 mg/dL, dan untuk test B, yaitu -10,667 mg/dL. Untuk test A, nilainya jauh
melebihi batas normal, maka dapat dikatakan terjadi hemolisis eritropoesis pada
pasien A. Sedangkan untuk test B, hasil yang didapatkan memiliki nilai negatif
(-10,667 mg/dL), sehingga tidak dapat diinterpretasikan. Perhitungan untuk
direct bilirubin, nilainya pada test A = 200 mg/dL, dan pada test B = 550
mg/dL. Nilai ini sangat tinggi sehingga ada kemungkinan pada kedua pasien
mengalami kelainan hereditas.
7.7
Pembahasan
Pada praktikum kali ini
dilakukan penentuan kadar bilirubin total dan kadar bilirubin direct. Reaksi
bilirubin dengan asam sulfanilic diazotized akan membentuk kompleks
azobilirubin. Kompleks warna yang terbentuk sangat tergantung pada pH, pada suasana asam atau netral akan terbentuk
kompleks warna merah muda, sedangkan pada suasana basa akan terbentuk kompleks
warna biru atau ungu.
(Anonim,tt).
Bilirubin merupakan pigmen
kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan
eritrosit oleh sel retikulo endotel. Sel retikulo endotel membuat bilirubin
tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan
pada albumin untuk diangkut dalam plasma untuk menuju hati (Joyce,2007).
Dari hasil praktikum penentuan
kadar total bilirubin dilakukan dengan menggunakan reagen diazo untuk membentuk
kompleks warna yang nantinya dapat diukur dengan spektrofotometri. Penggunaan
asam sulfanilat dalam reagen diazo ini berfungsi untuk memberikan suasana asam
sehingga membantu pembentuk kompleks warna, sedangkan penambahan metil alcohol
berfungsi untuk memberikan suasana basa, sehingga kompleks yang terbentuk akan
berwarna merah muda sampai ungu. Larutan
ditangguhkan selama 30 menit bertujuan agar garam diazonium bereaksi sempurna
dengan bilirubin yang terdapat dalam serum. Dari hasil pengamatan didapatkan
bahwa, nilai absorbansi standar sebesar 0,015, blanko sebesar
A 0,020 dan blanko B 0,033, dan absorbansi test A yaitu 0,042 test B yaitu 0,017 sehingga nilai total bilirubin A didapatkan sebesar 14,67 mg/dL, dan untuk test B sebesar -10,667 mg/dL, dimana nilai ini total untuk dewasa yaitu : 0,1±1,2 mg/dL. Hasil negatif pada test B
mungkin disebabkan oleh kesalahan pada saat pengerjaan, seperti pemipetan yang
kurang akurat sehingga kadar total bilirubin yang rendah terbaca. Peningkatan nilai ini diakibatkan karena beberapa faktor
misalnya yaitu:
1.
Hemolisis
akibat inkompaktibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,
sferositosis herediter dan pengaruh obat.
2.
Infeksi,
septicemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intrauterine.
3.
Polisitemia.
4.
Ekstravasasi
sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
5.
Ibu
diabetes.
6.
Asidosis.
7.
Hipoksia/asfiksia.
8.
Sumbatan
traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Dari hasil praktikum
penetuan kadar bilirubin direct juga dilakukan dengan menggunakan reagen diazo
dalam suasana asam dengan menggunakan asam sulfanilat. Bilirubin dalam serum
jika direaksikan dengan reagen diazo akan dapat membentuk kompleks warna yang
nantinya diukur intensitasnya dengan spektofotometri. Pada pengukuran ini
dilakukan penangguhan larutan selama 10 menit yang bertujuan agar bilirubin
bereaksi dengan garam diazonium dengan bilirubin yang terdapat di di dalam
serum. Dari hasil pengamatan didapatkan absorbansi
standar 0,001, blanko A 0,014,
blanko B 0,025, test A 0,034, dan test B 0,080.
Nilai rujukan untuk
kadar bilirubin direct yaitu: 0,1
±0,3 mg/dL. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai direct bilirubin yang
sangat tinggi di atas normal, yaitu 200 mg/dL untuk test A dan 550 mg/dL untuk
test B. Hasil ini dapat menunjukan keadaan kelainan fungsi hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat
terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar
yang tinggi, sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung
metabolit pyidium atau serenium Peningkatan kadar bilirubin direct menunjukan
adanya gangguan pada hati berupa kerusakan pada sel hati atau kerusakan pada
saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar
dari empedu menuju usus sehinga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam
aliran darah (Joy ce,2007).
Selain dapat menentukan
kadar bilirubin total dan bilirubin direct, juga dapat ditentukan kadar
bilirubin indirect, kadar bilirubin indirect dapat ditentukan dengan selisih
dari kadar total dengan kadar bilirubin direct.
Nilai rujukan untuk pengukuran kadar bilirubin indirect : 0,1-1,0 mg/dL.
Peningkatan kadar bilirubin indirect sering dikaitkan dengan peningkatan
destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun,
transfuse, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosi tidak
diimbangi dengan kecepatan konjugasi dan ekresi ke saluiran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar
bilirubin indirect (Joy ce,2007).
1 comments:
OBAT BIUS
✔ Obat Bius Cair
✔ Obat Bius Hirup
✔ Obat Bius Semprot
✔ Obat Membesarkan Penis
CALL/WA : 082322994900
Post a Comment