22 June 2012

Uji Kadar Albumin Serum : Metode Biuret


Uji Kadar Albumin Serum : Metode Biuret
5.1              Tujuan
Untuk mengetahui kadar albumin dalam serum atau plasma degan metode biuret
5.2              Metode yang Digunakan
 
5.3              Prinsip Pemeriksaan
Serum atau plasma yang mengandung albumin bila direaksikan dengan pereaksi biuret maka akan terbentuk kompleks berwarna biru atau ungu yang dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometri visible pada panjang gelombang 540-546 nm. Pada praktikum ini, panjang gelombang yang digunakan adalah 546 nm.


5.4              Alat dan Bahan
a.      Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Gelas beaker
Pipet tetes
Pipet mikro
Sentrifugator
Spektrofotometer

b.      Bahan
Larutan natrium sulfit 25%
Sampel Serum atau plasma
Eter
Standar albumin 4% b/v (Bio Analitika®)
Pereaksi biuret
Aquadest

5.5              Cara Kerja
Dimasukkan 2 ml larutan natrium sulfit 25% ke dalam tabung reaksi
Tambahkan 0,2 ml serum atau plasma dan 2 ml eter, campur hingga homogeny, tabung ditutup dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik.
Tabung disentrifugasi, lalu eter dan larutan protein (lapisan atas) dikeluarkan dengan penghisap atau tabung dimiringkan dan cairan diambil dengan pipet mikro
Laruta yang tersisa mengandung albumin (lapisan bawah) yang selanjutnya akan dibuat tes, standar, dan blanko.
Penyiapan larutan tes menggunakan 0,5 ml larutan albumin ditambah dengan 0,5 ml perekasi biuret. Larutan tersebut kemudian diencerkan degan 1,00 ml aquadest
Penyiapan larutan standar menggunakan 0,5 ml larutan standar 4% b/v ditambah dengan 0,5 ml perekasi biuret. Larutan tersebut kemudian diencerkan dengan 1 ml aquadest.
Penyiapan larutan blanko menggunakan 0,5 ml aquadest ditambah dengan 0,5 ml perekasi biuret. Larutan tersebut kemudian diencerkan dengan 1 ml aquadest.
Semua campuran dikocok hingga homogeny lalu didiamkan selama 20 menit
Dibaca absorbansi seluruh tabung dengan spektrofotometer dengan panjang gelumbung 546 nm. Kadar albumin pada larutan tes =

5.6              Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
Hasil Pengamatan
Data                :     Absorbansi standar       =  0,292
                              Absorbansi tes 2           =  0,193
            Perhitungan
Diketahui        :     Dt       = 0,095
                              Dst        = 0,062
                              Kadar standar = 4 % b/v
                              Kadar normal  = 3,4 – 5,0 g/dL
Ditanya           :     kadar albumin serum tes 2 = ?
Jawab              :    
kadar albumin serum test 2 =
  =
                                            = 2,64% b/v
Intepretasi Hasil
Didapatkan hasil kadar albumin dalam serum adalah 2,64 % b/v atau 2,64 g/dL. Kadar ini berada di bawah rentang kadar normal yaitu 3,4 – 5,0 g/dL. Hasil ini menunjukkan kadar albumin yang rendah pada pasien. Kadar albumin yang rendah pada pasien dapat disebabakan oleh berkurangnya sintesis (produksi) albumin karena asupan protein kurang (malnutrisi), kelainan genetik, kerusakan jaringan, gangguan penyerapan protein(malabsorbsi), penyakit hati sehingga tempat produksi albumin terganggu, kebocoran protein melalui ginjal, dan lain-lain.

5.7              Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar albumin dengan metode biuret dengan menggunakan spektrofotometer. Prinsip metode ini adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi absorbansi yang diberikan, semakin tinggi pula kandungan albumin yang terdapat di dalam serum tersebut.
Dalam pereaksi biuret terkandung 3 macam reagen yaitu reagen yang pertama adalah CuSO4 dalam aquadest dimana reagen ini berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. Reagen yang kedua adalah K-Na-Tartrat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+ sehingga tidak mengendap. Reagen yang ketiga adalah NaOH dimana fungsinya adalah membuat suasana basa. Suasana basa akan membantu pembentukan Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-.
Pada tabung dimasukkan Natrium sulfit 25% sebnyak 2 mL ini kemudian dimasukkan sampel plasma 0,2 mL dan 2 mL kemudian dikocok kuat. Penambahan natrium sulfit dan eter ini adalah berguna untuk memisahkan antara albumin dengan protein plasma lainnya seperti globulin, fibrinogen dan lain-lain. Selanjutnya didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan cairan, lapisan atas terdiri dari eter dan protein plasma lainnya. Sedangkan bagian bawah mengandung albumin sehingga lapisan bagian atas dibuang dan lapisan bagian bawah kemudian ditambahkan dengan pereaksi biuret dan dikocok.
Pada saat sampel dikocok, jangan sampai menimbulkan buih karena akan mempengaruhi pengukuran absorbansi. Dan setelah ditetesi pereaksi biuret, sampel didiamkan selama 14-30 menit. 30 menit ini merupakan operating time yaitu waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan/protein bereaksi seluruhnya dengan reagen. Setelah 30 menit, maka sampel diukur absorbansinya dengan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 540-546 nm. Panjang gelombang 540 nm merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna ungu. Namun digunakan pada panjang gelombang 546 nm karena pada panjang gelombang 540 nm memberikan serapan bernilai negatif. Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar protein dengan metode Biuret adalah :
CuSO4.5H2O + 2NaOH                      Cu(OH)2+Na2SO4+5H2O
Cu(OH)2                      Cu2+  +  2OH-
           








Setelah dilakukan pengukuran terhadap standar dan tes didapatkan absorbansi larutan standar adalah 0,292 dan absorbansi larutan test adalah 0,193 Perhitungan kadar albumin dalam serum dilakukan dengan menggunakan rumus:
Kadar Albumin total   =
sehingga didapatkan hasil kadar albumin dalam serum adalah 2,64 % b/v atau 2,64 g/dL. Kadar ini berada di bawah  rentang kadar normal yaitu 3,4 – 5,0 g/dL. Didapatkan hasil kadar albumin dalam serum adalah 2,64 % b/v atau 2,64 g/dL. Kadar ini berada di bawah rentang kadar normal yaitu 3,4 – 5,0 g/dL. Hasil ini menunjukkan kadar albumin yang rendah pada pasien. Kadar albumin yang rendah pada pasien dapat disebabakan oleh berkurangnya sintesis (produksi) albumin karena asupan protein kurang (malnutrisi), kelainan genetik, kerusakan jaringan, gangguan penyerapan protein (malabsorbsi), penyakit hati sehingga tempat produksi albumin terganggu, kebocoran protein melalui ginjal, dan lain-lain.

0 comments:

Post a Comment