22 June 2012

Uji Kadar Total Protein Serum : Metode Biuret


  Uji Kadar Total Protein Serum : Metode Biuret
4.1              Tujuan
Untuk mengetahui kadar protein dalam serum/plasma dengan menggunakan metode biuret.

4.2              Metode yang Digunakan

4.3              Prinsip Pemeriksaan
Terbentuknya senyawa kompleks berwarna ungu antara protein dalam serum/plasma dengan reagen biuret. Semakin pekat warna ungu yang dihasilkan maka kandungan protein yang terdapat dalam serum/plasma akan semakin tinggi. Kompleks yang terbentuk adalah kompleks koordinasi antara ion Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH dari rantai peptide protein.



4.4              Alat dan Bahan
a.      Alat
Tabung reaksi
Pipet mikro
Pipet ukur
Spektrofotometri

b.      Bahan
Aquades
Pereaksi Biuret
Standar protein (Bio Analitika®)

4.5              Cara Kerja
Disiapkan 3 buah tabung reaksi, diberi label blanko, standar, dan tesi
Ditambahkan 0,1 ml serum ke dalam tabung secara hati-hati
Dicampurkan dengan memusingkan tabung secara manual selama 1 menit
                 
Kedalam tabung tes, dimasukkan 2,5 ml pereaksi biuret dan 0,05 ml sampel serum/plasma
                 
Ketiga tabung uji digoyang-goyangkan dan didiamkan selama 30 menit
                 
Baca ketiga larutan tersebut pada spektrofotometer ( λ = 546 nm )
Dibaca absorbansi untuk masing-masing larutan dan dihitung kadar protein dalam serum/plasma

4.6              Hasil Pemeriksaan &  Interpretasi Hasil
Hasil Pengamatan :
Absorbansi larutan standar = Dst = 0,648
Absorbansi larutan tes         = Dt  = 0,160
Warna larutan setelah 30 menit
Standar = ungu
Blanko  = biru
Tes       = biru keunguan
Perhitungan :
Kadar total protein          =
                                         =  protein
                                         = 1,704 gram % protein
Nilai Normal = 6,6 – 8,5 gram % protein.
Intepretasi Hasil
Kadar protein di dalam serum yaitu 1,704 gram % protein. Nilai ini berada dibawah rentang nilai normal yaitu 6,6 – 8,5 gram % protein. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh protein dalam serum tidak berhasil difiltrasi oleh glomerolus ginjal atau konsumen protein yang terlalu rendah dari makanan.

4.7              Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar protein dengan metode Biuret dengan menggunakan spektrofotometer. Dimana prinsip dari metode ini adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut
Penetapan kadar protein dalam serum dengan metode Biuret adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut.
Penyerapan cahaya oleh protein disebabkan oleh ikatan peptida residu ritosil, triptofonil, dan fenilalanin. Juga turut dipengaruhi oleh gugus-gugus non-protein yang mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan maksimum albumin serum manusia terlihat pada panjang gelombang kira-kira 230 nm (peptida) dan dengan puncak lebar pada 280 nm karena serapan residu-residu asam amino aromatik. Spektrum absorbansi suatu larutan protein berfariasi tergantung pada pH dan sesuai dengan ionisasi residu sama amino.
Pada saat sampel dikocok, jangan sampai menimbulkan buih karena akan mempengaruhi pengukuran absorbansi. Dan setelah ditetesi pereaksi biuret, sampel didiamkan selama 30 menit. 30 menit ini merupakan operating time yaitu waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan/protein bereaksi seluruhnya dengan reagen. Setelah 30 menit, maka sampel diukur absorbansinya dengan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm. Panjang gelombang 546 nm merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna ungu.
Setelah dilakukan pengukuran terhadap standar dan tes didapatkan absorbansi larutan standar adalah 0,648 dan absorbansi larutan test adalah 0,160. Perhitungan kadar protein dalam serum dilakukan dengan menggunakan rumus :
sehingga didapatkan hasil kadar protein dalam serum adalah 1,704 g% protein. Nilai ini berada dibawah rentang nilai normal yaitu 6,6 – 8,5 gram % protein. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh protein dalam serum tidak berhasil difiltrasi oleh glomerolus ginjal atau konsumen protein yang terlalu rendah dari makanan.

0 comments:

Post a Comment