Uji Kadar Total Protein Serum : Metode Biuret
4.1
Tujuan
Untuk mengetahui kadar protein dalam serum/plasma
dengan menggunakan metode biuret.
4.2
Metode
yang Digunakan
4.3
Prinsip
Pemeriksaan
Terbentuknya senyawa kompleks
berwarna ungu antara protein dalam serum/plasma dengan reagen biuret. Semakin
pekat warna ungu yang dihasilkan maka kandungan protein yang terdapat dalam
serum/plasma akan semakin tinggi. Kompleks yang terbentuk adalah kompleks
koordinasi antara ion Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH dari rantai
peptide protein.
4.4
Alat
dan Bahan
a.
Alat
Tabung reaksi
Pipet mikro
Pipet ukur
Spektrofotometri
b.
Bahan
Aquades
Pereaksi Biuret
Standar protein (Bio
Analitika®)
4.5
Cara
Kerja
Disiapkan 3 buah tabung reaksi, diberi label
blanko, standar, dan tesi
↓
Ditambahkan 0,1 ml serum ke dalam tabung secara
hati-hati
↓
Dicampurkan dengan memusingkan tabung secara
manual selama 1 menit
↓
Kedalam tabung tes, dimasukkan 2,5 ml pereaksi
biuret dan 0,05 ml sampel serum/plasma
↓
Ketiga tabung uji digoyang-goyangkan dan
didiamkan selama 30 menit
↓
Baca ketiga larutan tersebut pada
spektrofotometer ( λ = 546 nm )
↓
Dibaca absorbansi untuk masing-masing larutan dan
dihitung kadar protein dalam serum/plasma
4.6
Hasil
Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
Hasil
Pengamatan :
Absorbansi larutan standar = Dst =
0,648
Absorbansi larutan tes = Dt = 0,160
Warna larutan setelah 30 menit
Standar = ungu
Blanko =
biru
Tes =
biru keunguan
Perhitungan
:
Kadar total protein =
=
protein
=
1,704 gram % protein
Nilai Normal = 6,6 – 8,5 gram % protein.
Intepretasi Hasil
Kadar protein di dalam serum yaitu 1,704 gram %
protein. Nilai ini berada dibawah rentang nilai normal yaitu 6,6 – 8,5 gram %
protein. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh protein dalam serum tidak berhasil
difiltrasi oleh glomerolus ginjal atau konsumen protein yang terlalu rendah
dari makanan.
4.7
Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar protein
dengan metode Biuret dengan menggunakan spektrofotometer. Dimana prinsip dari
metode ini adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein
yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah
protein dengan ion Cu2+ yang terdapat
dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang
diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di
dalam serum tersebut
Penetapan kadar protein dalam serum dengan metode Biuret
adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang
bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein
dengan ion Cu2+ yang terdapat
dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang
diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di
dalam serum tersebut.
Penyerapan cahaya oleh protein disebabkan oleh ikatan peptida
residu ritosil, triptofonil, dan fenilalanin. Juga turut dipengaruhi oleh
gugus-gugus non-protein yang mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan
maksimum albumin serum manusia terlihat pada panjang gelombang kira-kira 230 nm
(peptida) dan dengan puncak lebar pada 280 nm karena serapan residu-residu asam
amino aromatik. Spektrum absorbansi suatu larutan protein berfariasi tergantung
pada pH dan sesuai dengan ionisasi residu sama amino.
Pada saat sampel dikocok, jangan sampai menimbulkan buih
karena akan mempengaruhi pengukuran absorbansi. Dan setelah ditetesi pereaksi
biuret, sampel didiamkan selama 30 menit. 30 menit ini merupakan operating time yaitu waktu yang dibutuhkan agar
seluruh reaktan/protein bereaksi seluruhnya dengan reagen. Setelah 30 menit,
maka sampel diukur absorbansinya dengan alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm. Panjang gelombang 546 nm merupakan panjang gelombang serapan
maksimum untuk warna ungu.
Setelah dilakukan pengukuran terhadap standar
dan tes didapatkan absorbansi larutan standar adalah 0,648 dan absorbansi
larutan test adalah 0,160. Perhitungan kadar protein dalam serum dilakukan
dengan menggunakan rumus :
sehingga
didapatkan hasil kadar protein dalam serum adalah 1,704 g% protein. Nilai ini berada dibawah rentang nilai normal
yaitu 6,6 – 8,5 gram % protein. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh protein
dalam serum tidak berhasil difiltrasi oleh glomerolus ginjal atau konsumen
protein yang terlalu rendah dari makanan.
0 comments:
Post a Comment