1.
Pemeriksaan
Sampel Urin (Organoleptis, Berat Jenis, pH)
1.1
Tujuan
Untuk mengetahui organoleptis, berat jenis, dan
pH dari urin sampel
1.2
Prinsip Pemeriksaan
1.2.1
Organoleptis Urine
a.
Warna Urin
Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih
sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin.
Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urin encer hamper tidak
berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan
dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin
(hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh.
Obat-obatan tertentu dapat mengubah warna urin. Beberapa keadaan yang
menyebabkan warna urin adalah :
-
Merah :
hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak
macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
-
Orange : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat
untuk infeksi saluran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
-
Kuning :
urin sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab non-patologik : wortel,
fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
-
Hijau :
biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab non-patologik : preparat vitamin, obat psiko-aktif, diuretic.
-
Biru : ada
penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
-
Coklat :
Penyebab patologik : asam hematin, myoglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat :
levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
-
Hitam atau
hitam kecoklatan : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen,
methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara,
kompleks besi, fenol.
b.
Bau Urine
Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya
tidak berbau keras, atau biasa disebut berbau pesing Bau pada urin disebakan
oleh adanya asam-asam yang mudah menguap. Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh
makanan/minuman yang dikonsumsi. Apabila urin dibiarkan lama, maka akan timbul
bau ammonia, sebagai hasil pemecahan ureum. Aseton memberikan bau manis,
sedangkan adanya kuman memberikan bau busuk pada urine.
c.
Buih pada Urine
Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka
akan timbul buih. WArna kuning pada buih disebabkan oleh pigmen empedu
(bilirubin), atau phenylazodamino-pyridine.
Adanya buih juga dapat disebakan karena adanya sejumlah besar protein pada urin
(proteinuria).
d.
Kekeruhan pada Urine
Urin baru dan normal pada umumnya jernih.
Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam
urin asam) atau pengendapat fosfat (dalam urin
basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau
protein dalam urin.
Adanya kekeruhan pada urine umumnya disebabkan
karena :
-
Fosfat
Amorf : warna putih, hilang bila diberi asam, terdapat pada urin yang alkalis.
-
Urat Amorf
: kuning coklat, hilang bila dipanaskan, terdapat pada urin yang asam.
-
Darah :
warna merah samapi coklat.
-
Pus :
seperti susu, menjadi jernih setelah disaring.
-
Kuman :
pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun dipusingkan. Pada
urethritis terlihat benang-benang halus.
1.2.2
Berat Jenis Urine
Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan
keadaan faal pemekatan yang dilakukan oleh ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu urometer, refraktometer, gravimetri dan falling drop.
Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003-1,030. Berat jenis urin
herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat
jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi
berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai
berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.
Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan
berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan
yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun
(Wirawan dkk., 1983). Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak
minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan
oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus (Oka,
1998).
Urinomter adalah hidrometer untuk penentuan berat
jenis dari urine dan ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer
memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada
temperatur 60oF atau 15,5 oC. Bila temperatur cairan yang
akan dikur bukan 15,5oC, maka harus diadakan koreksi. Koreksi tersebut
dilakukan dengan jalan menambah angka satu pada angka ketiga di belakang koma
untuk setiap 3o di atas temperatur peneraan atau mengurangi 1 angka
pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3o di bawah
temperatur peneraan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
FK = faktor koreksi
Tk = temperatur cairan yang diukur
Tp = temperatur peneraan (tertera pada alat urinometer)
1.2.3
pH Urine
pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar
6,0). Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar),
karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum
menjadi amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas
lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup.
Kertas lakmus :
Urin asam :
kertas lakmus biru à merah
kertas lakmus merah à tetap
merah
Urin alkalis :
kertas lakmus merah à biru
kertas lakmus biru à tetap biru
1.3
Alat dan Bahan
a. Alat
Tabung reaksi
Urometer
Gelas
ukur
Kertas
saring
Kertas
lakmus
Sarung
tangan
Tissue
Masker
b. Bahan
Sampel urine
1.4
Cara Kerja
a. Organoleptis
Diambil sejumlah sampel urin.
↓
Dimasukkan kedalam tabung reaksi.
↓
Diamati warna, bau, buih, kekeruhan sampel urine.
b. Berat
Jenis
Urometer yang akan digunakan ditera dengan menggunakan aquadest.
↓
Bila pada peneraan tidak mendapatkan hasil 1,000
(misalkan 1,005), maka hasil akhir pembacaan dikurangi 0,005.
↓
Gelas ukur diisi dengan urin hingga bagian.
↓
Buih yang terbentuk dihilangkan dengan kertas
saring atau dengan penambahan satu tetes eter.
↓
Urometer dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan
cara mengukur dan memutar pada sumbu penyangganya. Jangan sampai urometer
menyentuh atau menempel pada dinding bagian dalam gelas ukur.
↓
Dibaca bagian meniscusnya, dimana 1 strip = 0,001
c. pH
Diambil sejumlah sampl urin.
↓
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
↓
Dicelupkan kertas lakmus merah ke dalam sampel urin.
↓
Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
1.5
Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
a. Organoleptis
Urine
Warna urine :
kuning bening
Bau urine :
pesing
Buih pada urine :
terdapat buih pada urine
Kekeruhan pada urine : jernih
Interpretasi Hasil
Dari
hasil yang diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat buih
namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal.
b. Berat
Jenis Urine
Diketahui : Tp = 20oC
Tk = 29oC
Ditanya : FK =…..?
Jawab :
BJ urin
ketika pengukuran = 1,002
Faktor
Koreksi = 0,003
Jadi BJ
urin sebenarnya = BJ urin pengkuran + FK
= 1,002 +
0,003
= 1,005
Interpretasi Hasil
Berat
jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana masih masuk dalam rentang
(1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat jenis urine tersebut normal.
c. pH
Urine
Kertas lakmus merah tetap berwarna merah.
Interpretasi Hasil
Kertas
lakmus tetap berwarna merah sehingga dapat dikatakan urine yang diperiksa
bersifat asam.
1.6
Pembahasan
Pemeriksaan urin meliputi pengujian organoleptis,
berat jenis, pH dan uji kualitatif adanya protein dalam sampel urin dan tes
carik celup. Pemeriksaan urine atau urinalisis ini bertujuan untuk skrining,
diagnosis evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, batu
ginjal, dan memantau perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Pengujian organoleptis meliputi pengamatan warna,
bau, buih, dan kekeruhan dari sampel urin. Warna sampel urin menunjukkan warna
kuning bening. Warna kuning pada urine disebabkan oleh urine yang sangat pekat,
bilirubin dan urobilin, sedangkan penyebab non patologiknya adalah wortel,
fenasetin, nitrofuratoin, dan cascara. Bau urin pada percobaan adalah pesing, hal
ini disebabkan oleh kandungan asam-asam yang mudah menguap. Bau urine dapat
dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang dikonsumsi. Pemeriksaan buih
menunjukkan terdapat buih pada urin. Buih yang timbul setelah dikocok bila
berwarna kuning dapat disebabkan oleh pigmen empedu (bilirubin), atau
phenylazodiamino-pyridine. Adanya buih juga dapat disebabkan karena adanya
sejumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Uji kekeruhan urin menunjukkan
bahwa urine tidak keruh (jernih). Apabila urine keruh, biasanya terjadi karena
kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau fosfat (dalam urin).
Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebih pada urin.
Pengujian bobot jenis urin dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut urometer. Tujuan dari pengukuran berat jenis
adalah untuk mengukur fungsi tubular ginjal, serta dipakai untuk menilai
kemampuan ginjal memekatkan dan mengencerkan urine. Pengujian ini didasarkan
pada perbandingan berat urine dengan berat ekivalen suatu volume air murni.
Pertama-tama urometer ditera dengan aquadest untuk mengkalibrasi alat sehingga
didapatkan data yang valid. Urometer dimasukkan ke dalam akuadest dan diputar
serta tidak boleh menyentuh dinding, pengukuran dilakukan dengan pembacaan
meniskus. Air memiliki berat jenis 1,000. Jadi jika hasil akhir yang didapatkan
1,000 maka urometer siap digunakan, jika lebih dari 1,000 (misal 1,005) maka
pada hasil akhir dikurangi dengan nominal kelebihan tersebut (dikurangi 0,005).
Selanjutnya dilakukan pengujian pada urin sampel dengan cara urometer
dimasukkan dan diputar dalam urin sampel dan tidak boleh menyentuh dinding. Setelah
urometer stabil, lalu pengukuran dilakukan dengan membaca meniskus dan
dilakukan pada tempat yang datar agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
Hasil yang didapat pada pengukuran adalah 1,002 namun terdapat nilai koreksi
pada suhu, dimana setiap kenaikan 3oC terdapat penambahan berat jenis
sebanyak 0,003. Sehingga hasil akhir yang didapat sebesar 1,005. Berat jenis
urine ini berada pada rentang berat jenis urine normal yaitu 1,003-1,030.
Penentuan pH dilakukan
dengan menggunakan kertas lakmus, dimana lakmus merah yang digunakan untuk percobaan
tidak mengalami perubahan warna setelah dicelupkan ke dalam urine. Hal ini
menunjukkan bahwa urine tersebut memiliki pH asam, ini berarti pH urine dapat
dikatakan ada pada kisaran normal yaitu berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0)
dimana pH tersebut juga termasuk pH asam - sedikit basa.
0 comments:
Post a Comment