22 June 2012

KIMIA KLINIK Pemeriksaan Sampel Urin (Organoleptis, Berat Jenis, pH)


1.      Pemeriksaan Sampel Urin (Organoleptis, Berat Jenis, pH)
1.1              Tujuan
Untuk mengetahui organoleptis, berat jenis, dan pH dari urin sampel

1.2              Prinsip Pemeriksaan
1.2.1        Organoleptis Urine
a.      Warna Urin
Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urin encer hamper tidak berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu dapat mengubah warna urin. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urin adalah :

-        Merah : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
-        Orange : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saluran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
-        Kuning : urin sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab non-patologik : wortel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
-        Hijau : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab non-patologik : preparat vitamin, obat psiko-aktif, diuretic.
-        Biru : ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
-        Coklat : Penyebab patologik : asam hematin, myoglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
-        Hitam atau hitam kecoklatan : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
b.      Bau Urine
Urin normal yang baru dikeluarkan pada umumnya tidak berbau keras, atau biasa disebut berbau pesing Bau pada urin disebakan oleh adanya asam-asam yang mudah menguap. Bau urin dapat pula dipengaruhi oleh makanan/minuman yang dikonsumsi. Apabila urin dibiarkan lama, maka akan timbul bau ammonia, sebagai hasil pemecahan ureum. Aseton memberikan bau manis, sedangkan adanya kuman memberikan bau busuk pada urine.
c.       Buih pada Urine
Bila dilakukan pengocokan pada sampel urin maka akan timbul buih. WArna kuning pada buih disebabkan oleh pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodamino-pyridine. Adanya buih juga dapat disebakan karena adanya sejumlah besar protein pada urin (proteinuria).
d.      Kekeruhan pada Urine
Urin baru dan normal pada umumnya jernih. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau pengendapat fosfat (dalam urin  basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
Adanya kekeruhan pada urine umumnya disebabkan karena :
-        Fosfat Amorf : warna putih, hilang bila diberi asam, terdapat pada urin yang alkalis.
-        Urat Amorf : kuning coklat, hilang bila dipanaskan, terdapat pada urin yang asam.
-        Darah : warna merah samapi coklat.
-        Pus : seperti susu, menjadi jernih setelah disaring.
-        Kuman : pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun dipusingkan. Pada urethritis terlihat benang-benang halus.

1.2.2        Berat Jenis Urine
Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan keadaan faal pemekatan yang dilakukan oleh ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu urometer, refraktometer, gravimetri dan falling drop. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003-1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun (Wirawan dkk., 1983). Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus (Oka, 1998).
Urinomter adalah hidrometer untuk penentuan berat jenis dari urine dan ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5 oC. Bila temperatur cairan yang akan dikur bukan 15,5oC, maka harus diadakan koreksi. Koreksi tersebut dilakukan dengan jalan menambah angka satu pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3o di atas temperatur peneraan atau mengurangi 1 angka pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3o di bawah temperatur peneraan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
FK = faktor koreksi
Tk = temperatur cairan yang diukur
Tp = temperatur peneraan (tertera pada alat urinometer)

1.2.3        pH Urine
pH urine normal berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0). Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, nitrazin paper, pH-meter, dan dengan tes Carik Celup.
Kertas lakmus :
Urin asam              : kertas lakmus biru à merah
                                kertas lakmus merah à tetap merah
Urin alkalis            : kertas lakmus merah à biru
                                kertas lakmus biru à tetap biru

1.3              Alat dan Bahan
a.      Alat
Tabung reaksi
Urometer
Gelas ukur
Kertas saring
Kertas lakmus
Sarung tangan
Tissue
Masker

b.      Bahan
Sampel urine

1.4              Cara Kerja
a.      Organoleptis
Diambil sejumlah sampel urin.
Dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Diamati warna, bau, buih, kekeruhan sampel urine.


b.      Berat Jenis
Urometer yang akan digunakan ditera dengan menggunakan aquadest.
Bila pada peneraan tidak mendapatkan hasil 1,000 (misalkan 1,005), maka hasil akhir pembacaan dikurangi 0,005.
Gelas ukur diisi dengan urin hingga  bagian.
Buih yang terbentuk dihilangkan dengan kertas saring atau dengan penambahan satu tetes eter.
Urometer dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan cara mengukur dan memutar pada sumbu penyangganya. Jangan sampai urometer menyentuh atau menempel pada dinding bagian dalam gelas ukur.
Dibaca bagian meniscusnya, dimana 1 strip = 0,001

c.       pH
Diambil sejumlah sampl urin.
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Dicelupkan kertas lakmus merah ke dalam sampel urin.
Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.

1.5              Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
a.      Organoleptis Urine
Warna urine                    : kuning bening
Bau urine                        : pesing
Buih pada urine              : terdapat buih pada urine
Kekeruhan pada urine    : jernih

Interpretasi Hasil
Dari hasil yang diperoleh, urine berwarna kuning bening, berbau pesing dan terdapat buih namun jernih, maka dapat dikatakan urine tersebut termasuk normal.

b.      Berat Jenis Urine
Diketahui     : Tp = 20oC
                       Tk = 29oC
Ditanya        : FK =…..?
Jawab           :
BJ urin ketika pengukuran = 1,002
Faktor Koreksi = 0,003
Jadi BJ urin sebenarnya = BJ urin pengkuran + FK
                                       = 1,002 + 0,003
                                       = 1,005
Interpretasi Hasil
Berat jenis urine yang diperiksa adalah 1,005 dimana masih masuk dalam rentang (1,003-1,030) sehingga dapat dikatakan berat jenis urine tersebut normal.

c.       pH Urine
Kertas lakmus merah tetap berwarna merah.

Interpretasi Hasil
Kertas lakmus tetap berwarna merah sehingga dapat dikatakan urine yang diperiksa bersifat asam.


1.6              Pembahasan
Pemeriksaan urin meliputi pengujian organoleptis, berat jenis, pH dan uji kualitatif adanya protein dalam sampel urin dan tes carik celup. Pemeriksaan urine atau urinalisis ini bertujuan untuk skrining, diagnosis evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan memantau perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Pengujian organoleptis meliputi pengamatan warna, bau, buih, dan kekeruhan dari sampel urin. Warna sampel urin menunjukkan warna kuning bening. Warna kuning pada urine disebabkan oleh urine yang sangat pekat, bilirubin dan urobilin, sedangkan penyebab non patologiknya adalah wortel, fenasetin, nitrofuratoin, dan cascara. Bau urin pada percobaan adalah pesing, hal ini disebabkan oleh kandungan asam-asam yang mudah menguap. Bau urine dapat dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang dikonsumsi. Pemeriksaan buih menunjukkan terdapat buih pada urin. Buih yang timbul setelah dikocok bila berwarna kuning dapat disebabkan oleh pigmen empedu (bilirubin), atau phenylazodiamino-pyridine. Adanya buih juga dapat disebabkan karena adanya sejumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Uji kekeruhan urin menunjukkan bahwa urine tidak keruh (jernih). Apabila urine keruh, biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urin asam) atau fosfat (dalam urin). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebih pada urin.
Pengujian bobot jenis urin dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut urometer. Tujuan dari pengukuran berat jenis adalah untuk mengukur fungsi tubular ginjal, serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal memekatkan dan mengencerkan urine. Pengujian ini didasarkan pada perbandingan berat urine dengan berat ekivalen suatu volume air murni. Pertama-tama urometer ditera dengan aquadest untuk mengkalibrasi alat sehingga didapatkan data yang valid. Urometer dimasukkan ke dalam akuadest dan diputar serta tidak boleh menyentuh dinding, pengukuran dilakukan dengan pembacaan meniskus. Air memiliki berat jenis 1,000. Jadi jika hasil akhir yang didapatkan 1,000 maka urometer siap digunakan, jika lebih dari 1,000 (misal 1,005) maka pada hasil akhir dikurangi dengan nominal kelebihan tersebut (dikurangi 0,005). Selanjutnya dilakukan pengujian pada urin sampel dengan cara urometer dimasukkan dan diputar dalam urin sampel dan tidak boleh menyentuh dinding. Setelah urometer stabil, lalu pengukuran dilakukan dengan membaca meniskus dan dilakukan pada tempat yang datar agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran. Hasil yang didapat pada pengukuran adalah 1,002 namun terdapat nilai koreksi pada suhu, dimana setiap kenaikan 3oC terdapat penambahan berat jenis sebanyak 0,003. Sehingga hasil akhir yang didapat sebesar 1,005. Berat jenis urine ini berada pada rentang berat jenis urine normal yaitu 1,003-1,030.
Penentuan pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, dimana lakmus merah yang digunakan untuk percobaan tidak mengalami perubahan warna setelah dicelupkan ke dalam urine. Hal ini menunjukkan bahwa urine tersebut memiliki pH asam, ini berarti pH urine dapat dikatakan ada pada kisaran normal yaitu berkisar antara 4,8-7,5 (sekitar 6,0) dimana pH tersebut juga termasuk pH asam - sedikit basa.

0 comments:

Post a Comment