a. Tujuan
Praktikum
Tujuan
dari pemeriksaan serum tersebut adalah untuk mengukur kadar glukosa darah
dengan cara membandingkan larutan standart dan larutan sample (serum) pasien
b. Metode
yang digunakan
Prinsip metode ini adalah glukosa
bereaksi dengan O-toluidin dalam asam asetat panas dan menghasilkan senyawa
berwarna hijau yang dapat ditentukan secara fotometer. Penentuan glukosa dengan
O-toluidin dapat digunakan untuk bahan sampel yang dideproteinisasi maupun yang
tidak dideproteinisasi.
c. Prinsip
Pemeriksaan
Prinsip penetapan kadar glukosa dalam serum dengan metode
O-Toluidin adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna hijau dari glukosa
yang bereaksi dengan O-toluidin dalam asetat panas. Dipanaskan pada 100˚c,
berfungsi untuk meningkatkan energi kinetik. Didinginkan pada 0-4˚C, berfungsi
untuk menghentikan reaksi. Adapun reaksi yang terjadi :
Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat
maka semakin tinggi pula kandungan glukosa yang terdapat di dalam serum
tersebut.
d. Dasar
Teori
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat
dimana-mana dalam biologi. Hal ituterjadi karena glukosa dibentuk dari
formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem
biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan
glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak
mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi
(glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim (Lehninger
1982). Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh, dikenal juga
sebagai gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang
mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah (Anoymous, 2008). Sedangkan dalam
tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan selama fotosintesis adalah precursor
dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan , yaitu sukrosa, pati dan selulosa
(Lehninger,1982). Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang
mengalami glukoneogenesis (Murray 1993). Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan
akan glukosa pada saat karbohidrattidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam
makanan. Pasokan glukosa yang terus-menerus diperlukan sebagai sumber energi,
khususnya bagi sistem saraf dan eritrosit.
Glukosa juga diperlukan di dalam jaringan adiposa
sebagai sumber gliserida-gliserol dan mungkin glukosa juga mempunyai peran di
dalam mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh
jaringan tubuh. Selain itu, glukosa merupakan satu-satunya bahan bakar yang
memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray 2003). Kadar
glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapat digunakan untuk memprediksi metabolisme
yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika
kandungan glukosa dalamt ubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan
mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun
jika kandungan glukosa tersebut di bawah batas minimum,maka asam piruvat yang
dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara
anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar
normal glukosa dalam darah (Poedjiadji 1994). Konsentrasi gula darah, atau
tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh.Glukosa yang
dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya
tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8
mmol/L (70-150 mg/dL). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada
pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus
adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan
gula darah (Anoymous, 2008)
Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita juga
menemukan jenis -jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun
demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatu rmelalui insulin dan leptin
(Anoymous, 2005). Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah
kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah
perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan
kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia,
nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka
panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula
yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf
(Anoymous, 2008). Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk
mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah
dimonitor oleh pankreas. Bilakonsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh,pankreas melepaskan glukagon, hormon yang
menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen
menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke
dalam aliran darah,hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula
darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan
makanan, hormon yanglain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam
pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih
banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebutgliokogenesis, yang
mengurangi level gula darah.
e. Alat
dan Bahan
Alat : Tabung reaksi dan raknya,
Spektrofotometer, Pipet ukur, Pipet tetes, Pipet mikro, Ball pipet, Gelas
beaker
Bahan :
Reagen Trichlor Asam Asetat (TCA), Pereaksi O-Toluidin, Air suking, Standar Glukosa 100 mg %, Sampel
serum.
f. Cara
Kerja
1.
Disiapkan larutan test dan larutan standar
dengan campuran sebagai berikut :
Tabel XXX Larutan Campuran
|
Test A
|
Test B
|
Standar
|
Blanko
|
TCA 5%
|
1
|
1
|
1
|
|
Serum A
|
0,1
|
|
|
|
Serum B
|
|
0,1
|
|
|
Standar
|
|
|
0,1
|
|
Aquadest
|
|
|
|
0,4
|
Pereaksi
|
|
|
|
|
2.
Bahan-bahan tersebut di atas dicampur, lalu
dipusingkan selama 5 menit dengan kecepatan 6000 rpm.
3.
Diambil supernatant test tersebut dan
standar yang akan digunakan dalam pembuatan
larutan campuran sebagai berikut :
Tabel XXX Larutan Campuran
|
Test A
|
Test B
|
Standar
|
Blanko
|
Supernatan
|
0,4
|
0,4
|
|
|
Supernatan
standar
|
|
|
0,4
|
|
Aquadest
|
|
|
|
0,4
|
Pereaksi
O-Toluidin
|
2
|
2
|
2
|
2
|
4.
Bahan-bahan dicampur dan dimasukkan ke
dalam penangas air berisi air mendidih selama 8 menit, lalu dimasukkan ke dalam
air dingin.
5.
Campuran dibaca absorbasinya dengan
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 625 nm – 630 nm.
Perhitungan
mg
% glukosa =
keterangan
:
Dt = Hasil pembacaan test
Dst = Hasil pembacaan standar
Nilai
Normal : 65-115 mg%
g. Hasil
Pemeriksaan dan Interpretasi Hasil
Hasil
Hasil pengamatan visual
- Warna
larutan Standar : bening agak
kehijauan (++)
- Warna
larutan Blanko : bening
- Warna
larutan Test 1 : hijau pekat
- Warna
larutan Test 2 : bening agak
kehijauan (+)
Hasil Pemeriksaan spektrofotometri
-
Nilai Absorbansi Blanko : 0
-
Nilai Absorbansi Standar : 0,118
-
Nilai Absorbansi Test A : 1,415
-
Nilai Absorbansi Test B : 0,061
Perhitungan
:
Test
A = = 1.199 mg %
Test
2 = =
Interpretasi
Hasil
Test A menunjukan hasil kadar glukosa dalam serum
serbesar 1.199 mg%. Nilai ini melebihi nilai normalnya yaitu 65-115 mg%. Hasil
ini menunjukan bahwa pasien test A mengalami hiperglikemia. Pasien A belum
tentu menderita Diabetes Melitus karena serum yang diambil tidak diketahui
waktu pengambilannya apakah saat dipuasakan (Gula Darah Puasa), pada saat
sewaktu-waktu (Gula Darah Acak), atau pada saat pasien diberikan beban glukosa
(GD). Salah satu cirri pasien diabetes mellitus adalah memiliki GDA lebih dari
200 mg/dL, GDP lebih dari 125 mg/dL.
Test B menunjukan hasil kadar glukosa serum sebesar
51,69 mg%. Nilai ini kurang dari nilai normalnya yaitu 65-115 mg%. Hasil ini
menunjukan bahwa pasien test B mengalami hipoglokemia.
h. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kandungan
glukosa dalam serum dengan menggunakan metode o-toluidine. Metode ini merupakan
metode yang mudah dilakukan. Metode ini merupakan metode non enzimatis yaitu
tidak menggunakan enzim melainkan dengan hanya menambahkan larutan o-toluidine
pada sampel serum yang telah dipreparasi sebelumnya dengan menambahkan larutan
TCA (Tri Kloro Asetic Acid) 5% dan didiamkan kurang lebih 10 menit, yang
bertujuan untuk mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandung didalam
darah secara sempurna. Sebelumnya juga ditambahkan air destilasi yang bertujuan
untuk mengencerkan konsentrasi dari darah sehingga volumenya menjadi meningkat.
Pencampuran dilakukan dengan cara membolak-balikkan tabung atau supaya lebih
merata dapat digunakan vortex. Lalu disentrifugasi selama 5 menit dengan
kecepatan 6000 rpm. Hal ini bertujuan untuk memisahkan glukosa dengan komponen
protein dalam serum. Komponen protein akan mengendap sedangkan glukosa akan
melarut dalam supernatant. Selanjutnya supernatant tersebut diambil dan
ditambahkan pereaksi o-toluidin. Glukosa yang berada pada supernatan bereaksi
dengan O-toluidin dalam asam asetat panas dan menghasilkan senyawa berwarna
hijau. Digunakan pada suhu tinggi (keadaan panas) bertujuan untuk meningkatkan energi kinetik
reaksi yang terjadi. Setelah itu dimasukkan ke dalam air dingin yang bertujuan
untuk menghentikan reaksi. Setelah terbentuk warna hijau dilakukan pembacaan
absorbasi dengan spektrofotometer dan dilakukan perhitungan.
Dari perhitungan diperoleh nilai
test A serbesar 1.199 mg%. Nilai ini
melebihi nilai normalnya yaitu 65-115 mg%. Hasil ini menunjukan bahwa pasien
test A mengalami hiperglikemia. Test B sebesar 51,69 mg%. Nilai ini kurang dari
nilai normalnya yaitu 65-115 mg%. Hasil ini menunjukan bahwa pasien test B
mengalami hipoglokemia. Pasien yang memiliki kadar glukosa lebih tinggi dari
normal belum tentu Diabetes Melitus karena serum yang diambil tidak diketahui
waktu pengambilannya apakah saat dipuasakan (Gula Darah Puasa), pada saat
sewaktu-waktu (Gula Darah Acak), atau pada saat pasien diberikan beban glukosa
(GD). Salah satu ciri pasien diabetes mellitus adalah memiliki GDA lebih dari
200 mg/dL, GDP lebih dari 125 mg/dL. Untuk lebih memastikan perlu diketahui
waktu pengambilan sampel serum.
DAFTAR
PUSTAKA
Amstrong. 1995. Buku
Ajar Biokimia edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lehningger. 1992. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Murray, Graner, dkk. 1993.Biokimia Harper edisi 24. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
0 comments:
Post a Comment