1.
Uji Kualitatif Protein Dalam Urine
2.1
Tujuan
Untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam
urin dengan metode tes rebus dan tes carik celup urine.
2.2
Metode yang Digunakan
Tes Rebus dan Tes Carik Celup Urine
2.3
Prinsip Pemeriksaan
Uji kualitatif protein
dalam urine dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu tes rebus, reaksi heller,
dan dengan SSA (sulfosalicylic acid).
Tes Rebus
Dilakukan dengan
merebus urine dalam suasana asam menggunakan asam asetat 6%, dimana prinsip
dari metode ini adalah protein dalam suasana asam lemah apabila dipanaskan akan
mengalami denaturasi dan terjadi endapan.
Tes Carik Celup Urine
Dipstick (tes carik celup) adalah strip reagen berupa strip plastic
tipis yang ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu
sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Terdapat berbagai reagen strip yang
dapat digunakan dalam berbagai uji kimia antara lain glukosa, protein,
bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit.
a.
Glukosa
Untuk mengukur glukosa urin, reagen strip diberi
enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD), dan zat warna.
b.
Protein
Dipstick mendekati protein dengan indicator warna
Bromphenol biru, yang sensitive terhadap albumin tetapi kurang sensitive
terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
c.
Bilirubin
Berdasarkan reaksi diazo antara bilirubin dengan
garam diazonium dalam suasana asam membentuk warna azobilirubin.
d.
Urobilinogen
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah
olahraga atau minum atau disababkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang
sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
e.
pH
Berdasarkan prinsip double indicator yang
mengandung metal merah, PP, BTB sehingga memungkinkan perubahan warna dari
jingga, hijau sampai biru pada daerah 5-9.
f.
Berat jenis
Berdasarkan pada perubahan warna reagen dari biru
hijau ke hijau kekuningan tergantung pada konsentrasi ion dalam urine
g.
Darah
Berdasarkan aktivitas pseudoperoxidatif
hemoglobin yang mana katalisis reaksi dari dispropil benzene dihidroperoksid
dan 3,3’,5,5’-tetrametilbenzidin, hasilnya mulai dari orange sampai hijau.
h.
Keton
Pemeriksaan keton dengan pereaksi nitroprussida
berdasarkan prinsip tes lugol, yaitu dalam suasana basa, asam asetoasetat akan
bereaksi dengan Na. nitroprussida menghasilkan warna ungu.
i.
Nitrit
Berdasarkan reaksi griess, nitrit akan bereaksi
dengan sulfonamide aromatic membentuk garam diazonium membentuk zat warna azo.
j.
Leukosit
Berdasarkan prinsip leukosit esterase dalam urine
yang dapat menghidrolisa suatu ester (indoxyl ester) menjadi alcohol dan asma.
Cincin aromatic dalam alcohol (indoxyl) akan berpasangan dengan garam diazonium
membentuk zat warna diazo.
2.4
Alat dan Bahan
a.
Alat
Tabung reaksi
Alat pemusing
Api bunsen
Beaker glass
b.
Bahan
Asam asetat 6%
Sampel urine
Reagen strip
2.5
Cara Kerja
a. Tes
Rebus
Diambil
sebanyak 3 mL sampel urin yang sudah dipusingkan
↓
Dimasukkan
ke dalam tabung
↓
Dipanaskan
diatas api bunsen hingga mendidih
↓
Bila
terbentuk endapan, kemungkinan disebabkan oleh fosfat
↓
Kemudian ditambahkan 3 tetes asam asetat 6 %,
dipanaskan kembali sampai mendidih
↓
Dibiarkan dingin dan kemudian dilakukan pembacaan
hasil berdasarkan tabel dibawah ini :
-
|
Tetap jernih dibandingkan urine kontrol
|
+1
|
Tampak kekeruhan minimal, dimana huruf cetak
pada kertas masih dapat terbaca, menembus kekeruhan ini (kuantitatif ̴ 0,01- 0,059%)
|
+2
|
Kekeruhan nyata dengan butir-butir halus, garis
tebal dibaliknya masih dapat terlihat (kuantitatif ̴ 0,05- 0,209%)
|
+3
|
Tampak gumpalan -gumpalan nyata (kuantitatif ̴ 0,2- 0,509%)
|
+4
|
Tampak gumpalan -gumpalan besar dan membeku
(kuantitatif > 0,059%)
|
b. Tes
Carik Celup Urine
Diambil satu strip yang diperlukan dari wadah dan wadah segera
ditutup.
↓
Strip reagen dicelupkan sepenuhnya ke dalam urine selama dua detik
↓
Dihilangkan kelebihan urine dengan menyentuh
strip ditepi wadah specimen atau dengan meletakkan strip diatas secarik kertas
tisu
↓
Perubahan warna diinterpretasikan dengan
membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol
atau wadah reagen strip.
2.6
Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
a. Tes
Rebus
-
Sebelum
ditambahkan asam asetat 6% tidak terbentuk endapan, maka kemungkinan tidak
terdapat fosfat dalam urine.
-
Setelah
ditambahankan asam fosfat 6% dan dipanaskan terbentuk endapan.
-
Setelah
didinginkan pada tabung reaksi terlihat gumpalan-gumpalan nyata dan reaksi
positif 3
b. Tes
Carik Celup Urine
Protein : reaksi positif 2.
2.7
Pembahasan
Pengujian kualitatif protein dalam urin dilakukan
dengan merebus urine dalam suasana asam menggunakan asam asetat 6%, reaksi positif
jika muncul endapan atau kekeruhan pada larutan uji. Hasil dari tes rebus dari
pengamatan berdasarkan tabel didapat hasil +3 pada sampel urine, dimana tampak
gumpalan-gumpalan nyata (kuantitatif ~ 0,2- 0,50 g%). Urine yang terlalu banyak
menngandung protein disebabkan adanya gangguan kerja pada proses urinasasi.
Selain dengan metode
tes rebus, protei urine juga ditentukan memalui tes carik celup. Prinsip dari
strip tes ini yaitu protein-error-indikator (bromfenol biru). Pada pH konstan
perubahan warna dari tes strip dikarenakan adanya protein dalam urin. Untuk uji
positif ditunjukkan dengan perubahan warna dari hijau menjadi hijau-biru
sedangkan untuk uji negative rentang warnanya yaitu dari kuning ke kuning-hijau
(Anonim a, 2008). Terlihat seperti pada
gambar dibawah ini :
Gambar
1 : Interpretasi strip tes adanya protein dalam urin
Penilain Hasil Pada Tes Strip Urin
Negatif ( - )
: Tidak terjadi perubahan warna
Positif 1
(1+) : Pada kertas indikator
menunjukkan warna hijau (± 0,3 gr/L)
Positif 2 (2+)
: Pada kertas indikator
menunjukkan warna hijau tua (±
1,0gr/L)
Positif 3 (3+)
: Pada kertas indikator
menunjukkan warna biru (± 3,0 gr/L)
Positif 4 (4+)
: Pada kertas indikator
menunjukkan warna biru tua
(±20,0gr/L)
(Anonim
b, tt)
Dari hasil yang
diperoleh pada percobaan menunjukkan hasil positif 2 (2+). Hal ini menunjukkan
terdapat protein pada urine berkisar ± 1,0 gr/L. Protein terdiri atas fraksi
albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang
sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit
glomeruler, diabetes melitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi
globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk
beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel. Strip tes sangat sensitive
untuk uji adanya albumin dan relative tidak sensitive terhadap globulin dan
Bence-Jones protein (Cheryl S, et al., 2003).
0 comments:
Post a Comment