9 June 2012

ETNOFARMASI TARU PRAMANA | TANAMAN OBAT | USADA TRADISIONAL


1.      Tutuh atau pepeh
Berbentuk cairan sari pati, pengolahannya: segala ramuan diambil sari patinya, dengan memeras bahan-bahanya, jika bahan keras digiling. Campur sedikit dengan air, remas-remas diperas dan disaring. Juga mungkin berupa minyak hasil gorengan bahan, tergantung petunjuk pengobatan. Cara pemakaiannya: diteteskan pada telinga atau hidung atau keduanya (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).
2.      Boreh
Boreh dapat disamakan dengan parem, berbentuk serbuk halus, dalam penggunaannya dicampur dengan cairan (air, cuka, arak atau alcohol/ditentukan). Cara membuat adalah bahan-bahan dihaluskan tidak perlu diperas kemudian dicampur dengan cairannya. Aturan pemakaiannya: selesai diolah langsung diparemkan pada anggota badan, tidak dibagian perut. Kadang sebelum digunakan didadah atau dipanaskan terlebih dahulu (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).

3.      Loloh
Cairan sari pati yang lebih pekat, cara pengolahannya: kecuali bahan lain terlebih dahulu digiling tidak perlu sampai halus, diremas-remas kemudian diperas serta disaring. Campur dengan cairan yang telah ditentukan kemudian ditambahkan sedikit garam, siap diminum tapi bila perlu diminum hangat harus didadah atau sekeb. Cara lain untuk mengahangatkan adalah bahan yang telah digiling ditim (bungkus dengan daun pisang dan dikukus) terus ditambuh. Pemakaiannya dengan cara diminum (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).
4.      Uap atau urap
Bentuk hampir sama dengan boreh, cara membuat seperti tutuh dan boreh. Aturan pemakaiaan: dengan menggunakan tangan urapkan pada kulit bagian badan yang dirasa sakit (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).
5.      Ses atau cairan pembersih luka
Berupa cairan sebagai pencegah infeksi, cara membuat bahan direbus dalam air kemudian setelah mendidih didinginkan lebih dulu baru digunakan dengan cara menyiram bagian luka (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).
6.      Oles
Bentuk dan cara pengolahannya sama dengan urap atau lumur, tapi saat menggunakan dengan memakai alat berupa lidi atau bulu ayam (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).
7.      Obat sembur
Bahan ramuan dikunyah setelah lumat langsung disemburkan pada bagian yang sakit (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).
8.      Obat tampel atau tempel (jika diubun-ubun disebut pupuk)
Bentuk dan pengolahan seperti boreh tapi lebih padat dan cara pemakaian dengan ditempelkan kebagian yang sakit, biasanya dipusat nadi (Sutara dan Kriswiyanti,  2007).


























BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PULE
·    Nama tanaman               : Pohon Pule
·    Nama ilmiah                  : Alstonia scholaris
Gambar 1. Pohon pule
·    Klasifikasi:   Divisio   : Magnoliophyta
                               Class        : Magnoliopsida
                               Ordo         : Gentianales
                               Family      : Apocynaceae
                               Genus       : Alstonia
                               Spesies      : Alstonia scholaris                                          (Suwandi, 2008)
·    Kandungan kimia:
Alstonia scholaris mengandung alkaloid yang terdiri dari alstonidine, alstonine, asam klorogenik, klorogenin, ditain, esitamin, dan esitenin. Triterpenoid terdiri dari lupeol dan lupeol linoleat. Loganin dan senyawa lain seperti terpen dan flavonoid (Jin Lee, 2011). Berikut adalah gambar struktur dari alstonin dan echitamine:



                            Alstonin                                       Echitamine
                                                                                                                  (Dey, 2011)

·    Kegunaan secara empiris dalam usada:
Untuk  mengobati luka bakar.
·    Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Pucuk daun.
·    Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Pucuk daun pule ditambahkan dengan gula dan kelapa kemudian dicampur lalu diulek dan ditempelkan pada luka bakar.
·      Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Pule memiliki aktivitas anti-inflamasi, dimana aktivitas ini disebabkan dari komponen utamanya yaitu esitamin dan loganin bersama senyawa lain seperti flavonoid dan terpen. Aktivitas anti-inflamasinya yaitu kemampuan untuk menghambat induksi retinoid yang menyebabkan peradangan pada kulit manusia, selain itu juga mampu mendorong kemampuan retinoid untuk mengekspresi protein sehingga meningkatkan kemampuan anti kerut (Lee, 2011).
·      Efek farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Kulit pule juga mampu memberikan efek antibakteri, dimana ekstrak dalam fase air mampu menghambat semua bakteri baik bateri gram positif maupun gram negatif, sedangkan fase metanol aktif terhadap bakteri gram positif tetapi untuk gram negatif masih tergantung dari dosis yang digunakan (Hussain, 2009).

3.2 JERUK
·    Nama tanaman   : Jeruk
·    Nama ilmiah      : Citrus sp.
images.jpg
Gambar 2. Pohon jeruk
·    Klasifikasi:   Divisi            : Spermatophyta
                         Subdivisi      : Angiospermae
                         Kelas            : Dicotyledoneae
                         Bangsa          : Geraniales
                         Suku             : Rutaceae
                         Marga           : Citrus
                         Jenis              : Citrus sp.                                                   (Widyarto, 2009)
·    Kandungan kimia:
Flavonoid (hisperidin), monoterpen (d-Linonen, sabinen, mirsen, minyak atsiri, gama terpinen) (Mizrahi, 2004). Selain itu jeruk juga mengandung saponin dan polifenol (Hutapea,1993), glikosida, hidroksinamat, analog flavon, diosmin (Rather, 2010).
·    Kegunaan secara empiris dalam usada:
Mengobati sakit tuju.
·    Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Buah.
·    Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Jeruk dicampur air cuka dan temutis tiga iris lalu diulek kemudian dipakai boreh pada bagian yang sakit.
·      Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Hisperidin yang diisolasi dari kulit buah jeruk berfungsi sebagai antiinflamasi dan analgesik. Minyak atsirinya berupa minyak jeruk diteliti sebagai anastesi dan antimikroba (Mizrahi, 2004). Dalam usada dijelaskan bahwa jeruk digunakan sebagai obat sakit tuju, dimana sakit tuju merupakan sakit nyeri pada tulang atau sejenis rematik. Kandungan hisperidin pada jeruk yang memiliki famakologi sebagai analgesik dan antiinflamasi. Sehingga sifat analgesiknya dapat digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada tulang dan apabila terjadi peradangan dapat diatasi dengan sifatnya sebagai antiinflamasi. Akan tetapi penggunaan hisperidin dari jeruk bukan obat utama dalam dunia kefarmasian sebagai obat  rematik. Hal ini sesuai dengan penggunaannya dalam usada.


·      Efek farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Dalam penelitian pada jurnal “Screening of Peel Ekstracts As Antioxidant, Anticancer Agents and Antimikrobials dijelaskan bahwa ekstrak dari kulit buah jeruk dapat dimanfaatkan sebagai antikanker pada payudara dan sel hati. Efeknya sebagai antikanker mengingat fungsinya sebagai antioksidan dimana ekstrak methanol dari kulit buah jeruk sebagai antioksidan dapat menginhibisi dari radikal yang terdapat dalam sel (Rather, 2010).

3.3. JAMBU BIJI
·      Nama tanaman   : Jambu Biji
·      Nama ilmiah      : Psidium  guajava  L.
Psidium guajava
Gambar 3. Jambu biji
·      Klasifikasi:        Kingdom         : Plantae
                               Divisi              : Magnoliophyta 
                               Kelas               : Magnoliopsida
                               Ordo               : Myrtales
                               Family             : Myrtaceae
                               Genus             : Psidium
                               Species             : Psidium  guajava L.               (Anggota IKAPI, 2011)
·      Kandungan kimia:
Daun, buah dan kulit batang jambu biji mengandung tanin, sedangkan pada bunganya sedikit mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain minyak atsiri, asam orsolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajeverin dan vitamin (Yuniarti, 2008).
·      Kegunaan secara empiris dalam usada:
Antidiare dan obat jerawat.

·      Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Daun
·      Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Untuk mengobati diare, daun jambu biji diulek ditaruh diatas pusar. Pucuk jambu biji, 3 ketumbar bolong, asam ireng, kemudian dicampur. Untuk mengobati jerawat, daun jambu biji muda diulek halus, dipakai bedak pada bekas jerawat dan diamkan hingga kering lalu bilas dengan air hangat. Dilakukan secara rutin.
·      Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Jambu biji dapat menghambat pertumbuha Shigella dysenteriae dan Escherichia coli yang dapat menyebabkan diare (Adnyana, 2004). Namun, belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek jambu sotong dalam mengobati jerawat.
·      Efek farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Flavonoid yang dikandung jambu biji dapat digunakan sebagai antibakteri (Sanches dkk., 2005). Jambu biji  juga dapat digunakan sebagai antioksidan (Rusdiana dkk., 2007)

3.4 KECUBUNG
·    Nama tanaman       : Kecubung
·    Nama ilmiah           : Datura metel L.
Gambar 4. Kecubung
·    Klasifikasi:   Kingdom           : Plantae
                     Subkingdom      : Viridaeplantae
                     Filum                 : Tracheophyta
                     Subphylum        : Euphyllophytina
                         Kelas                 : Magnoliopsida
                         Ordo                     : Solanales
                         Family               : Solanaceae
                         Genus                : Datura
                         Spesies              : Datura metel L.                        (Bnarathi, et all., 2010)
·    Kegunaan secara empiris dalam usada:
Obat kena bebai (pepasangan).
·    Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Akar dan daun.
·    Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Dibuat loloh lalu diminum.
·    Kandungan kimia:
Saponin, flavonoid, tanin, glikosida, fenol, alkaloid, steroid, terpenoid (Akharaiyi, 2011).
·      Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek kecubung sebagai obat kena bebai.
·      Efek farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Menurut Usada kecubung yang dimanfaatkan khasiatnya sebagai obat kena bebai (pepasangan) dapat dikategorikan ke dalam sistem pengobatan secara personalitik, yaitu sakit yang timbul akibat dari adanya intervensi aktif suatu agen (manusia atau supranatural). Sakit kena bebai menimbulkan gejala seperti teriak-teriak, mengamuk, dan tidak sadarkan diri seperti orang gila. Penderita berteriak-teriak seolah-olah badannya kepanasan akibat dari ilmu supranatural yang dibuat untuk membuat penderita merasa sakit. Sakit timbul karena ketidakseimbangan dari konsep Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma (panas), Dewa Wisnu (dingin), dan Dewa Siwa (panas-dingin). Di dalam usada, konsep Tri Murti memiliki peranan penting terhadap sakit-sehat. Tanaman pengobatan dalam Usada dapat dibagi menjadi golongan anget, tis, dan dumelada. Apabila terjadi ketidakseimbangan, sakit panas diobati dengan tanaman tis, sakit dingin diobati dengan tanaman anget, dan sakit panas-dingin diobati dengan tanaman dumelada. Akar kecubung memiliki sifat dumelada dan daunnya bersifat tis, sehingga cocok digunakan. Dengan gejala yang dirasakan selayaknya orang gila, penderita mengasingkan diri, kotor, tidak terawat, dan bahkan dapat melukai dirinya seperti menggigit-gigit bagian tubuhnya. Dari hal tersebut dapat digunakan bagian tanaman akar dan daun dari tanaman kecubung yang berdasarkan penelitian memiliki aktivitas antibakteri, dimana cara pengolahannya dapat disesuaikan seperti yang tercantum didalam Usada dengan cara dibuat menjadi loloh dan diminum.
3.5 BENALU JERUK
·    Nama Tanaman  : Benalu Jeruk
·    viscum-articulatum-mf-0200.jpgNama Ilmiah      : Viscum articulatum





Gambar 5. Benalu Jeruk
·    Klasifikasi:   Kingdom        : Plantae
                         Ordo               : Santalales
                         Family             : Viscaceae
                         Genus             : Viscum
                         Spesies            : Viscum articulatum                                 (Büssing, 2000)
·    Kandungan Kimia:
Alkaloid, flavonoid, protein, antraquinon, saponin, tanin, protein, pati, fenol (Najafi, 2010).
·    Kegunaan secara empiris dalam usada:
Untuk mengobati penyakit ayan.
·    Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Akar.
·    Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Akar kepasilan jeruk dicampur dengan bawang merah dan adas lalu diuapkan.
·      Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Ektrak metanol dari Viscum articulatum memiliki aktivitas sebagai anti epilepsi, dimana efek anti epilepsi yang dihasilkan mirip dengan pentylenetetrazole, yaitu dengan cara menunda kejang tonik dan kematian (Geetha, 2010).
·      Efek farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Berdasarkan kandungan yang ada, Viscum articulatum dapat digunakan untuk detoksifikasi dan antihipertensi (kandungan alkaloidnya), antifungi (saponin), antomikroba, dimana mekanismenya dengan cara mengambil protein yang ada dalam mikroba sehingga mikroba kekurangan nutrisi protein, antiiritasi, antisecretolitik, antiplogistic, antiparasit (tanin), dan  inhibisi mikroba yang resistan terhadap antibiotik (flavonoid) (Najafi, 2010).

3.6 SILIKAYA JAWA
·    Nama tanaman   : Silikaya Jawa
·    Nama ilmiah      : Annona muricata L
Annona muricata
Gambar 6. Silikaya jawa


·    Klasifikasi:   Kingdom      : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Class             : Dicotyledoneae
Ordo              : Ranales
Family           : Annonaceae
Genus            : Annona
Spesies          : Annona muricata L.                  (Malau, Ferdinand.H, 2011)
·    Kandungan kimia:
Dalam daun sirsak ini terdapat kandungan kimia yang paling banyak antara lain alkaloid (reticulin, coreximine, coclarine, dan anomurine) dan minyak esensial (β- caryophyllene, δ-cadine, epi-α-cadinol, dan α-cadinol) (Vieira, 2010).
·    Kegunaan secara empiris dalam usada:
Untuk mengobati sakit embet atau sakit kebebeng (tidak bisa buang air besar dan buang air kecil).
·    Bagian tanaman yang dipakai:
Daun.
·    Cara pengolah dan penggunaan berdasarkan usada:
Daun silikaya jawa diambil yang muda, kemudian ditambahkan dengan pala (jebuggarum, sepet-sepet), temu tis, kemudian digunakan  sebagai sembar (simbuh).
·      Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek silikaya jawa sebagai obat penyakit embet atau kebeben (tidak bisa buang air besar dan buang air kecil).
·    Efek farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Dalam jurnal penelitan dijelaskan bahwa daun silikaya jawa ini mempunyai efek farmakologi sebagai antiinflamasi dan antinosiseptif. Antinosiseptif adalah suatu zat yang mempunyai efek analgesik, menurunkan sensitifitas terhadap stimulus nyeri. Hal ini ditunjukan dengan menggunakan ekstrak metanol, yang kemudian diuji akivitasnya sebagai antiinflamasi dan antinonisiseptik (Vieira, 2010).

3.7 KEPAH
·    Nama tanaman    : Pohon Kepah
·    Nama ilmiah        : Sterculia foetida Linn.
Gambar 7. Pohon kepah
·  Klasifikasi: Kingdom    : Plantae
Divisi          : Magnoliophyta
Kelas          : Magnoliopsida                     
Ordo           : Malvales
Famili         :Sterculiaceae
Genus         : Sterculia
Spesies       : Sterculia foetida L.                                         (Purwati, 2010)
·    Kandungan kimia:
Flavonoid (Manivannan, 2011).
·    Kegunaan secara empiris dalam usada:
Mengobati rematik (lumpuh).
·    Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Daun.
·    Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Daun pohon kepah ditambahkan kapur sirih (pamor bubuk), dicampur air jeruk nipis (juwuk lengis).
·    Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Rematik merupakan suatu peradangan sendi kronis dengan gejala umum seperti pembengkakan dan nyeri sendi. Kepah yang dalam usada digunakan untuk mengobati rematik, memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi (antiradang) dan analgesik (antinyeri) dimana kedua aktivitas ini akan dapat mengobati peradangan sendi yang terjadi serta meringankan gejala nyeri yang muncul (Manivannan, 2011).
·    Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah lain:
Kepah memiiliki aktivitas antioksidadan, laksatif, astringent, antiulcer, sakit liver, nausea, dan vertigo (Manivannan, 2011).

3.8 AWAR-AWAR
·    Nama tanaman       : Pohon awar – awar 
·    Nama ilmiah           : Ficus septica Burm F
Gambar 7. Pohon awar-awar
·  Klasifikasi:   Kingdom    : Plantae
     Divisi         : Spermatophyta
     Anak divisi           : Angiospermae
     Kelas          : Dicotyledoneae
     Anak kelas : Monochlamydae
     Ordo          : Urticales
     Famili         :Moraceae
     Genus         : Ficus
     Spesies       : Ficus septica                                                   (Tauhid, 2008)
·    Kandungan kimia:
Flavonoid, alkaloid, triterpenoid (Sukadana, 2010).
·    Kegunaan secara empiris dalam usada:
    Obat kolera.
·    Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
    Seluruh bagian tanaman.
·    Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
    Pohon awar-awar yang telah dibersihkan ditambahkan dengan kelapa bakar, laos bakar, dan santan kental, lalu diminum.
·    Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Kolera merupakan peenyakit yang disebabkan oleh bakteri. Dari hasil uji antibakteri diketahui bahwa isolat flavanon dari estrak kulit akar awar – awar mampu menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio cholera dan Eschericia coli dengan memberikan diameter zona hambat yang cukup besar untuk masing – masing bakteri uji. Pada konsentrasi 100 ppm isolat telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan memberikan diameter zona hambat sebesar 6,0 mm untuk bakteri V.cholera dan 8,0 mm untuk E.coli (Sukadana, 2010).

3.9 SEMBUNG
·    Nama tanaman   : Sembung
·    Nama Ilmiah      : Blumea balsamifera
sembunglegi
Gambar 9. Sembung
·    Klasifikasi:   Kingdom      : Plantae
                         Superdivisi   : spermatophyte
                         Kelas            : Magnoliopsida
                         Subkelas       : Asteridae
                         Ordo             : Asterales
                         Famili           : Asteraceae
                         Genus           : Blumea
                         Spesies          : Blumea balsamifera                                   (Yuniarti,2008)
·    Kandungan kimia:
Dihydroquercetin-4¢-methyl ether (1), dihydroquercetin-7,4¢-dimethyl ether 5,7,3’,5’ Tetrahydroxyflavanone, blumeatin, quercetin, luteolin-7-methyl ether, ellipticine (Saewan et al, 2011)
·    Kegunaaan secara empiris dalam usada:
Obat panas dalam.
·    Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Daun.
·    Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Daun sembung, pisang batu, lunak,  2 iris laos, kemudian ditumbuk dan airnya disaring. Diminum airnya dalam bentuk jamu (loloh).
·    Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Pengobatan panas dalam dapat dikaitkan dengan antipiretik. Sembung memiliki aktivitas antipiretik (Bhuiyan et al. 2009) sehingga dapat dikatakan sembung dapat mengobati panas dalam. Namun, mekanisme sembung sebagai antipiretik belum diteliti lebih lanjut.
·    Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah lain:
Anti rematik, anti hipertensi, antifungal (Norikura et al, 2008), plasmin inhibitory, mengurangi sakit pada sinusitis, stomachic, carminative, diaphoretic, expectorant, emmenagogue, antioxidants, dan anti kanker (Saewan et al, 2011).

3.10 NANAS
·  Nama tanaman   : Nanas
·  Nama ilmiah      : Ananas comosus (L.) Merr
Untitled.png
Gambar 10. Nanas
·  Klasifikasi: Divisio          : Spermatophyta
                      Sub division : Angiospermae
                      Classis          : Monocotyledoneae
                      Ordo             : Bromeliales
                      Familia          : Bromeliaceae
                      Genus           : Ananas
                      Spesies          : Ananas comosus                                          (wulandari, 2008)
·  Kandungan kimia:
   Bromelain (Bhattacharyya, 2007).
·  Kegunaan secara empiris dalam usada:
   Mengobati sakit kencing nanah.
·  Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
   Buah.
·  Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
   Buah nenas diparut, diaduk dan diremas-remas kemudian disaring. Air hasil saringan kemudian diminum.
·  Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
   Kencing nanah (gonorrhea) merupakan infeksi saluran kencing yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae). Dalam jangka waktu panjang infeksi ini jika tidak diobati dapat menyebabkan infeksi sekunder lainnya, salah satunya pada wanita yaitu pelvic inflammatory disease (PID) (Tim Penyusun, 2008). Peradangan pada pelvic dapat diobati dengan adanya aktivitas anti-inflamasi dari bromelain.
   Pengobatan infeksi N. gonorrhoeae secara klinik dilakukan dengan cara pemberian antibiotik. Pemberian bersamaan antibiotik dan bromelain dapat memberikan peningkatan efek terapetik dari antibiotik. Dari hasil penelitian penggunaan antibiotik bersamaan dengan bromelain menunjukkan meningkatkan kadar antibiotik dalam darah dan urin (Bhattacharyya, 2007).
·    Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah lain:
   Bromelain memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi, anti-tumor, menghambat pembentukan thrombus, potensiasi antibiotik (Tochi, 2008).

3.11 KELOR
· Nama tanaman     : Kelor
· Nama ilmiah        : Moringa oleifera
Kelor
Gambar 11. Kelor

· Klasifikasi: Kingdom        :  Plantae
                   Divisi              : Magnoliophyta
                   Kelas              : Magnoliopsida
                   Bangsa            : Brassicales
                   Suku               : Moringaceae
                   Marga             : Moringa       
                   Jenis                : Moringa oleifera                                 (Kasolo, et al., 2011)
· Kandungan kimia tanaman:
Famili Moringaceae kaya akan kandungan gula sederhana, rhamnosa, dan komponen unik yang disebut glukosinolat dan isotiosianat. Preparat Moringa dilaporkan mengandung komponen spesifik dengan aktivitas hipotensif, antikanker, dan antibakteri yaitu 4-(4'-O-acetyl-α-L-rhamnopyranosyloxy)benzyl isothiocy-anate, 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocy-anate, niazimicin, pterygospermin, benzyl isothiocyanate, and 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl glucosinolate. Selain itu, family Moringaceae juga kaya akan vitamin dan mineral, terutama carotenoids (termasuk β-carotene atau pro-vitamin A) (Fahey, 2005). Daun dan polong dari Moringa oleifera mengandung 4-Hydroxymellein, β-sitosterol dan vanillin (Rakesh dan Singh, 2011).
· Kegunaan secara empiris menurut usada:
Mengobati sakit mata.
· Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Daun.
· Cara pengolahan dan pemakaian menurut usada:
Daun kelor dicampur dengan jeruk nipis (juwuk lengis), ditambah sedikit garam ireng (uyah areng), kemudian disaring dan diendapkan lalu diteteskan pada mata.
· Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Sakit mata dapat disebabkan oleh virus atau mikroba. M. oleifera memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, K. pneumoniae, E. coli dan P.aeruginosa dan aktivitas antiviral terutama pada virus Herpes Simplex tipe 1, dimana mekanisme antiviralnya adalah dengan menghambat strain thymidine kinase-deficient dan phosphonoacetateresistant dari virus HSV-1 (Hafidh, et al. 2009). Namun, belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek kelor untuk mengobati virus atau mikroba yang dapat menyebabkan sakit mata.
· Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah lain:
Daun dan polong Moringa oleifera memiliki aktivitas antiinlamasi, dimana mekanisme utamanya adalah menghambat pelepasan substansi seperti prostaglandin. Aktivitas antiinflamasi dari Moringa oleifera kemungkinan disebabkan oleh adanya 4-Hydroxymellein, β-sitosterol dan vanillin pada ekstrak daun dan polong. Dengan demikian, ekstrak daun dan polong Moringa oleifera dapat menjadi obat baru dalam mengatasi inflamasi atau peradangan (Rakesh dan Singh, 2011).
Penelitian lain juga menyatakan ekstrak etanol biji dan daun Moringa oleifera menunjukkan aktivitas anti-fungal (anti jamur) secara in vitro terhadap spesies Dermatophyta seperti Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton Xoccosum, dan Microsporum canis. Mekanisme adalah peptida anti mikroba yang terdapat dalam Moringa oleifera berinteraksi dengan membran lipid bilayer mengakibatkan pemisahan dari dua membran (membran luar dan dalam), sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang menyebabkan sel bakteri mengembang dan mati (Chuang, et al. 2007). Destilat batang M. oleifera dapat digunakan pada infeksi oleh beberapa spesies jamur seperti Aspergillus dan Mucor (Kekuda, et al. 2010).
Efek farmakologi lain yang diuraikan di atas seperti antifungal atau antijamur, antibakteri, dan antiviral dapat membantu terapi pada inflamasi (peradangan) dengan menggunakan tanaman M. oleifera. Inflamasi atau peradangan dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme patogen seperti fungi, bakteri, dan virus sehingga dengan adanya efek antifungi, antibakteri dan antiviral pada M. oleifera akan mendukung efek antiinflamasi yang dimilikinya.

3.12 MANGGIS
· Nama tanaman     : Manggis
· Nama ilmiah        : Garcinia mangostana L.
Gambar 12. Manggis
· Klasifikasi :  Kingdom    : Plantae
Divisi          : Spermatophyta
Subdivisi    : Angiospermae
Kelas          : Dicotyledoneae
Ordo           : Guttiferanales
Famili         : Guttiferae
Genus          : Garcinea
Spesies       : Garcinia mangostana L                       (Rukmana, 1995).
· Kandungan kimia tanaman:
Mengandung kaya senyawa golongan xanton, alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E (Nugroho, 2011).
· Kegunaan secara empiris menurut usada:
Mengobati sakit bibir.
· Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Kulit buah.
· Cara pengolahan dan pemakaian menurut usada:
Kulit buah diisi dengan kotoran burung sugem,merica 25 biji, wangen, kakapan (daun sirih yang tua) 20 lembar lalu diuleg.
· Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Penyakit bibir dapat disebabkan karena iritasi, kekeringan, dan infeksi mikroorganisme. Dari hasil penelitian, kandungan alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas anti bakteri terhadap Mycobacterium tuberculosis. Selain itu alfa mangostin aktif menghambat bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus (Nugroho, 2011). Namun, belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek kulit manggis untuk mengobati mikroorganisme pada sakit bibir dan sakit bibir lainnya seperti kekeringan dan iritasi.
· Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah lain:
Kulit manggis memiliki afek antihistamin dimana dari penelitian diketahui bahwa kulit manggis mengandung senyawa alfa mangostin yang merupakan  antagonis spesifik bagi reseptor histamin H1. Dari analisa kinetika ikatan [3H]mepiramin mengindikasikan bahwa alfa mangostin menghambat secara kompetitif. Alfa mangostin dikategorikan sebagai pengeblok reseptor histaminergik khususnya H1. Selain itu juga terdapat gamma mangostin sebagai pengeblok reseptor serotonergik khususnya 5 hidroksitriptamin 2A atau 5HT2A (Nugroho, 2011). 
Dalam penelitian lain juga diketahui bahwa gamma mangostin mempunyai aktivitas anti-inflamasi dengan menghambat aktivitas siklooksigenase (COX). Gamma mangostin secara langsung menghambat aktivitas enzim Ikappa B kinase, untuk kemudian mencegah proses transkripsi gen COX-2 (gen target NFkappaB) serta menurunkan produksi PGE2 dalam proses inflamasi (Nugroho, 2011).
Terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa semua ekstrak kulit manggis mempunyai potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol mempunyai potensi lebih besar. Berkaitan dengan aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak tersebut juga mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15. Dari hasil penelitian lain didapatkan senyawa – senyawa dalamkulit manggis yang menunjukkan aktivitas poten adalah : 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin, gamma-mangostin dan smeathxanton A (Nugroho, 2011).
Terdapat beberapa penelitian yang menguji tentang efektivitas kulit manggis sebagai antikanker. Kandungan senyawa xanton dalam kulit manggis yaitu garsinon E menunjukkan sitotoksisitas paling poten pada sel line kanker hati. Selain itu ekstrak metanol kulit buah manggis juga  menunjukkan aktivitas sangat poten dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara SKBR3, dan menunjukkan aktivitas apoptosis. Terdapat pula penelitian yang menunjukkan aktifitas anti – proliferasi dan apoptosis, dimana berbeda dari sebelumnya, yang menunjukkan aktivitas terpoten adalah alfa – mangostin, dibandingkan senyawa xanton lainnya. Penelitianlain menunjukkan bahwa target aksi alfa-mangostin adalah mitokondria pada fase awal sehingga menghasilkan apoptosis pada sel line leukimia manusia. Dari studi hubungan struktur aktivitas, gugus hidroksi mempunyai kontribusi besar terhadap aktivitas apoptosis tersebut (Nugroho, 2011).

0 comments:

Post a Comment