1.
Tutuh atau pepeh
Berbentuk cairan sari pati,
pengolahannya: segala ramuan diambil sari patinya, dengan memeras
bahan-bahanya, jika bahan keras digiling. Campur sedikit dengan air,
remas-remas diperas dan disaring. Juga mungkin berupa minyak hasil gorengan
bahan, tergantung petunjuk pengobatan. Cara pemakaiannya: diteteskan pada
telinga atau hidung atau keduanya
(Sutara dan Kriswiyanti, 2007).
2.
Boreh
Boreh
dapat disamakan dengan parem,
berbentuk serbuk halus, dalam penggunaannya dicampur dengan cairan (air, cuka,
arak atau alcohol/ditentukan). Cara membuat adalah bahan-bahan dihaluskan tidak
perlu diperas kemudian dicampur dengan cairannya. Aturan pemakaiannya: selesai
diolah langsung diparemkan pada
anggota badan, tidak dibagian perut. Kadang sebelum digunakan didadah atau dipanaskan
terlebih dahulu (Sutara dan
Kriswiyanti, 2007).
3.
Loloh
Cairan sari pati yang lebih pekat,
cara pengolahannya: kecuali bahan lain terlebih dahulu digiling tidak perlu
sampai halus, diremas-remas kemudian diperas serta disaring. Campur dengan cairan
yang telah ditentukan kemudian ditambahkan sedikit garam, siap diminum tapi
bila perlu diminum hangat harus didadah
atau sekeb. Cara lain untuk
mengahangatkan adalah bahan yang telah digiling ditim (bungkus dengan daun pisang dan dikukus) terus ditambuh. Pemakaiannya dengan cara diminum (Sutara dan Kriswiyanti,
2007).
4.
Uap atau urap
Bentuk hampir sama dengan boreh, cara membuat seperti tutuh
dan boreh. Aturan pemakaiaan: dengan
menggunakan tangan urapkan pada kulit
bagian badan yang dirasa sakit
(Sutara dan Kriswiyanti, 2007).
5.
Ses atau cairan pembersih luka
Berupa cairan sebagai pencegah
infeksi, cara membuat bahan direbus dalam air kemudian setelah mendidih
didinginkan lebih dulu baru digunakan dengan cara menyiram bagian luka (Sutara dan Kriswiyanti,
2007).
6.
Oles
Bentuk dan cara pengolahannya sama
dengan urap atau lumur, tapi saat menggunakan dengan memakai alat berupa lidi atau
bulu ayam (Sutara dan
Kriswiyanti, 2007).
7.
Obat sembur
Bahan ramuan dikunyah setelah lumat
langsung disemburkan pada bagian yang sakit (Sutara dan Kriswiyanti,
2007).
8.
Obat tampel atau tempel (jika diubun-ubun disebut pupuk)
Bentuk dan pengolahan seperti boreh tapi lebih padat dan cara
pemakaian dengan ditempelkan kebagian yang sakit, biasanya dipusat nadi (Sutara dan Kriswiyanti,
2007).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PULE
·
Nama tanaman : Pohon Pule
·
Nama ilmiah : Alstonia scholaris
Gambar 1. Pohon pule
· Klasifikasi: Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia
scholaris (Suwandi, 2008)
· Kandungan
kimia:
Alstonia
scholaris mengandung alkaloid yang terdiri dari alstonidine,
alstonine, asam klorogenik,
klorogenin, ditain, esitamin, dan esitenin. Triterpenoid terdiri dari lupeol dan lupeol linoleat. Loganin dan senyawa lain seperti terpen
dan flavonoid (Jin
Lee, 2011). Berikut adalah
gambar struktur dari alstonin dan echitamine:
Alstonin Echitamine
(Dey, 2011)
·
Kegunaan secara empiris dalam usada:
Untuk mengobati luka bakar.
·
Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Pucuk daun.
·
Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Pucuk daun pule ditambahkan
dengan gula dan kelapa kemudian dicampur lalu diulek dan ditempelkan pada luka bakar.
· Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Pule memiliki aktivitas anti-inflamasi, dimana
aktivitas ini disebabkan dari komponen
utamanya yaitu esitamin
dan loganin bersama senyawa lain seperti flavonoid dan terpen. Aktivitas anti-inflamasinya yaitu
kemampuan untuk menghambat induksi retinoid yang menyebabkan peradangan pada
kulit manusia, selain itu juga mampu mendorong kemampuan retinoid untuk
mengekspresi protein sehingga meningkatkan kemampuan anti kerut (Lee, 2011).
· Efek
farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Kulit pule juga mampu memberikan efek
antibakteri, dimana ekstrak dalam fase air mampu menghambat semua bakteri baik
bateri gram
positif maupun gram negatif, sedangkan fase metanol aktif terhadap bakteri gram
positif tetapi untuk gram
negatif masih tergantung dari dosis yang digunakan (Hussain, 2009).
3.2 JERUK
·
Nama tanaman :
Jeruk
· Nama
ilmiah :
Citrus sp.
Gambar 2. Pohon jeruk
· Klasifikasi: Divisi : Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Geraniales
Suku : Rutaceae
Marga
: Citrus
Jenis
: Citrus sp. (Widyarto,
2009)
·
Kandungan kimia:
Flavonoid
(hisperidin), monoterpen (d-Linonen, sabinen, mirsen,
minyak atsiri, gama terpinen) (Mizrahi, 2004). Selain itu jeruk juga mengandung saponin dan
polifenol (Hutapea,1993), glikosida, hidroksinamat, analog
flavon, diosmin (Rather, 2010).
· Kegunaan
secara empiris dalam usada:
Mengobati sakit tuju.
· Bagian
tanaman yang dipakai dalam usada:
Buah.
·
Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Jeruk dicampur air cuka dan temutis tiga iris lalu diulek
kemudian dipakai boreh pada bagian
yang sakit.
· Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Hisperidin yang
diisolasi dari kulit buah jeruk berfungsi sebagai antiinflamasi dan analgesik. Minyak atsirinya berupa minyak jeruk
diteliti sebagai anastesi dan antimikroba (Mizrahi,
2004). Dalam
usada dijelaskan bahwa jeruk digunakan
sebagai obat sakit tuju, dimana sakit tuju merupakan sakit nyeri pada tulang
atau sejenis rematik. Kandungan hisperidin pada jeruk yang memiliki famakologi
sebagai analgesik dan antiinflamasi. Sehingga sifat analgesiknya dapat
digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada tulang dan apabila terjadi
peradangan dapat diatasi dengan sifatnya sebagai antiinflamasi. Akan tetapi
penggunaan hisperidin dari jeruk bukan obat utama dalam dunia kefarmasian
sebagai obat rematik. Hal ini sesuai
dengan penggunaannya dalam usada.
· Efek
farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Dalam penelitian pada jurnal “Screening of Peel Ekstracts As Antioxidant,
Anticancer Agents and Antimikrobials” dijelaskan bahwa ekstrak dari kulit
buah jeruk dapat dimanfaatkan sebagai antikanker pada payudara dan sel hati.
Efeknya sebagai antikanker mengingat fungsinya sebagai antioksidan dimana
ekstrak methanol dari kulit buah jeruk sebagai antioksidan dapat menginhibisi
dari radikal yang terdapat dalam sel (Rather, 2010).
3.3. JAMBU BIJI
· Nama tanaman : Jambu Biji
· Nama ilmiah : Psidium guajava
L.
Gambar 3. Jambu biji
·
Klasifikasi: Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Genus : Psidium
Species : Psidium
guajava L. (Anggota
IKAPI, 2011)
· Kandungan
kimia:
Daun, buah
dan kulit batang jambu biji mengandung tanin, sedangkan pada bunganya sedikit
mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain minyak atsiri, asam
orsolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajeverin dan
vitamin (Yuniarti, 2008).
· Kegunaan secara
empiris dalam usada:
Antidiare
dan obat jerawat.
· Bagian tanaman
yang dipakai dalam usada:
Daun
·
Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Untuk mengobati diare, daun jambu biji
diulek ditaruh diatas pusar.
Pucuk jambu biji,
3 ketumbar bolong, asam ireng, kemudian dicampur. Untuk mengobati jerawat, daun jambu biji muda diulek halus, dipakai bedak pada bekas jerawat dan diamkan hingga kering lalu bilas dengan air hangat. Dilakukan secara rutin.
· Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Jambu biji dapat menghambat pertumbuha Shigella
dysenteriae dan Escherichia coli yang dapat menyebabkan diare (Adnyana,
2004). Namun, belum
ditemukan kajian ilmiah mengenai efek jambu sotong dalam mengobati jerawat.
· Efek
farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Flavonoid yang
dikandung jambu biji dapat digunakan sebagai antibakteri (Sanches dkk., 2005). Jambu biji juga
dapat digunakan sebagai antioksidan (Rusdiana dkk., 2007)
3.4 KECUBUNG
· Nama tanaman : Kecubung
·
Nama ilmiah : Datura metel L.
Gambar 4. Kecubung
·
Klasifikasi: Kingdom :
Plantae
Subkingdom :
Viridaeplantae
Filum :
Tracheophyta
Subphylum :
Euphyllophytina
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Solanales
Family :
Solanaceae
Genus :
Datura
Spesies : Datura metel L. (Bnarathi, et all., 2010)
· Kegunaan secara empiris dalam usada:
Obat kena bebai (pepasangan).
· Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Akar dan daun.
· Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Dibuat loloh lalu diminum.
·
Kandungan
kimia:
Saponin, flavonoid, tanin,
glikosida, fenol, alkaloid, steroid, terpenoid (Akharaiyi, 2011).
· Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai
efek kecubung sebagai obat kena bebai.
· Efek
farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Menurut
Usada kecubung yang dimanfaatkan khasiatnya sebagai obat kena bebai (pepasangan) dapat dikategorikan ke dalam sistem
pengobatan secara personalitik, yaitu sakit yang timbul akibat dari adanya
intervensi aktif suatu agen (manusia atau supranatural). Sakit kena bebai menimbulkan gejala seperti
teriak-teriak, mengamuk, dan tidak sadarkan diri seperti orang gila. Penderita
berteriak-teriak seolah-olah badannya kepanasan akibat dari ilmu supranatural
yang dibuat untuk membuat penderita merasa sakit. Sakit timbul karena
ketidakseimbangan dari konsep Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma (panas),
Dewa Wisnu (dingin), dan Dewa Siwa (panas-dingin). Di dalam usada, konsep Tri
Murti memiliki peranan penting terhadap sakit-sehat. Tanaman pengobatan dalam
Usada dapat dibagi menjadi golongan anget,
tis, dan dumelada. Apabila terjadi ketidakseimbangan, sakit panas diobati
dengan tanaman tis, sakit dingin
diobati dengan tanaman anget, dan
sakit panas-dingin diobati dengan tanaman dumelada.
Akar kecubung memiliki sifat dumelada
dan daunnya bersifat tis, sehingga
cocok digunakan. Dengan gejala yang dirasakan selayaknya orang gila, penderita
mengasingkan diri, kotor, tidak terawat, dan bahkan dapat melukai dirinya
seperti menggigit-gigit bagian tubuhnya. Dari hal tersebut dapat digunakan
bagian tanaman akar dan daun dari tanaman kecubung yang berdasarkan penelitian
memiliki aktivitas antibakteri, dimana cara pengolahannya dapat disesuaikan
seperti yang tercantum didalam Usada dengan cara dibuat menjadi loloh dan diminum.
3.5 BENALU JERUK
· Nama
Tanaman : Benalu Jeruk
· Nama
Ilmiah : Viscum articulatum
Gambar
5. Benalu Jeruk
· Klasifikasi: Kingdom :
Plantae
Ordo : Santalales
Family : Viscaceae
Genus : Viscum
Spesies : Viscum articulatum (Büssing, 2000)
· Kandungan
Kimia:
Alkaloid, flavonoid, protein,
antraquinon, saponin, tanin, protein, pati, fenol (Najafi, 2010).
· Kegunaan
secara empiris dalam usada:
Untuk
mengobati penyakit ayan.
· Bagian
tanaman yang dipakai dalam usada:
Akar.
· Cara
pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Akar kepasilan jeruk dicampur dengan bawang merah dan adas lalu
diuapkan.
· Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru
Premana:
Ektrak metanol dari Viscum articulatum memiliki aktivitas sebagai anti epilepsi,
dimana efek anti epilepsi yang dihasilkan mirip dengan pentylenetetrazole, yaitu dengan cara menunda
kejang tonik dan kematian (Geetha, 2010).
· Efek
farmakologi berdasaran hasil penelitian ilmiah lain:
Berdasarkan kandungan yang ada, Viscum articulatum dapat digunakan untuk
detoksifikasi dan antihipertensi (kandungan alkaloidnya), antifungi (saponin),
antomikroba, dimana mekanismenya dengan cara mengambil protein yang ada dalam
mikroba sehingga mikroba kekurangan nutrisi protein, antiiritasi,
antisecretolitik, antiplogistic, antiparasit (tanin), dan inhibisi mikroba yang resistan terhadap
antibiotik (flavonoid)
(Najafi, 2010).
3.6 SILIKAYA JAWA
· Nama
tanaman : Silikaya Jawa
· Nama
ilmiah :
Annona
muricata L
Gambar
6. Silikaya jawa
·
Klasifikasi: Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Family : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L. (Malau, Ferdinand.H,
2011)
· Kandungan kimia:
Dalam daun sirsak ini terdapat
kandungan kimia yang paling banyak antara lain alkaloid (reticulin, coreximine,
coclarine, dan anomurine) dan minyak esensial (β-
caryophyllene, δ-cadine, epi-α-cadinol, dan α-cadinol) (Vieira, 2010).
·
Kegunaan secara empiris dalam usada:
Untuk
mengobati sakit embet atau sakit kebebeng (tidak bisa buang air besar dan
buang air kecil).
·
Bagian tanaman yang dipakai:
Daun.
·
Cara pengolah dan penggunaan berdasarkan usada:
Daun silikaya
jawa diambil yang muda, kemudian ditambahkan dengan pala (jebuggarum, sepet-sepet), temu
tis, kemudian digunakan sebagai
sembar (simbuh).
· Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek silikaya jawa sebagai obat
penyakit embet atau kebeben (tidak bisa buang air besar dan
buang air kecil).
·
Efek farmakologi berdasaran hasil
penelitian ilmiah lain:
Dalam jurnal
penelitan dijelaskan
bahwa daun silikaya jawa ini mempunyai efek farmakologi sebagai antiinflamasi
dan antinosiseptif. Antinosiseptif adalah
suatu zat yang mempunyai efek analgesik, menurunkan sensitifitas terhadap
stimulus nyeri. Hal ini ditunjukan dengan menggunakan
ekstrak metanol, yang kemudian diuji akivitasnya sebagai antiinflamasi dan
antinonisiseptik (Vieira, 2010).
3.7 KEPAH
· Nama
tanaman : Pohon Kepah
· Nama
ilmiah :
Sterculia foetida Linn.
Gambar 7. Pohon kepah
· Klasifikasi: Kingdom :
Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili :Sterculiaceae
Genus : Sterculia
Spesies : Sterculia
foetida L. (Purwati,
2010)
· Kandungan kimia:
Flavonoid (Manivannan, 2011).
·
Kegunaan secara empiris dalam usada:
Mengobati rematik (lumpuh).
·
Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Daun.
·
Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Daun pohon kepah ditambahkan
kapur sirih (pamor bubuk), dicampur
air jeruk nipis (juwuk lengis).
·
Efek farmakologi
berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Rematik merupakan suatu
peradangan sendi kronis dengan gejala umum seperti pembengkakan dan nyeri
sendi. Kepah yang dalam usada digunakan untuk mengobati rematik, memiliki
aktivitas sebagai antiinflamasi (antiradang) dan analgesik (antinyeri) dimana
kedua aktivitas ini akan dapat mengobati peradangan sendi yang terjadi serta
meringankan gejala nyeri yang muncul (Manivannan, 2011).
·
Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah lain:
Kepah memiiliki aktivitas antioksidadan, laksatif, astringent, antiulcer,
sakit liver, nausea, dan vertigo (Manivannan, 2011).
3.8 AWAR-AWAR
· Nama
tanaman : Pohon awar – awar
·
Nama ilmiah : Ficus septica Burm F
Gambar 7. Pohon
awar-awar
· Klasifikasi: Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak
divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak
kelas : Monochlamydae
Ordo : Urticales
Famili :Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus
septica (Tauhid,
2008)
· Kandungan
kimia:
Flavonoid, alkaloid, triterpenoid (Sukadana, 2010).
·
Kegunaan secara empiris dalam usada:
Obat
kolera.
·
Bagian tanaman yang dipakai dalam usada:
Seluruh
bagian tanaman.
·
Cara pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Pohon
awar-awar yang telah dibersihkan ditambahkan dengan kelapa bakar, laos bakar,
dan santan kental, lalu diminum.
· Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Kolera merupakan peenyakit yang disebabkan oleh bakteri. Dari hasil
uji antibakteri diketahui
bahwa isolat flavanon dari estrak kulit akar awar – awar mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Vibrio cholera
dan Eschericia coli dengan memberikan
diameter zona hambat yang cukup besar untuk masing – masing bakteri uji. Pada
konsentrasi 100 ppm isolat telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan
memberikan diameter zona hambat sebesar 6,0 mm untuk bakteri V.cholera dan 8,0 mm untuk E.coli (Sukadana, 2010).
3.9 SEMBUNG
· Nama
tanaman : Sembung
· Nama
Ilmiah : Blumea balsamifera
Gambar 9. Sembung
· Klasifikasi: Kingdom
:
Plantae
Superdivisi
:
spermatophyte
Kelas :
Magnoliopsida
Subkelas
:
Asteridae
Ordo :
Asterales
Famili :
Asteraceae
Genus
:
Blumea
Spesies : Blumea balsamifera (Yuniarti,2008)
· Kandungan
kimia:
Dihydroquercetin-4¢-methyl ether (1), dihydroquercetin-7,4¢-dimethyl ether 5,7,3’,5’ Tetrahydroxyflavanone, blumeatin, quercetin, luteolin-7-methyl ether, ellipticine (Saewan et al,
2011)
· Kegunaaan secara empiris dalam usada:
Obat panas dalam.
· Bagian
tanaman yang dipakai dalam usada:
Daun.
· Cara
pengolahan dan pemakaian dalam usada:
Daun sembung, pisang
batu, lunak, 2 iris laos, kemudian
ditumbuk dan airnya disaring. Diminum airnya dalam bentuk jamu (loloh).
·
Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah sesuai khasiat usada
Taru Premana:
Pengobatan panas dalam dapat
dikaitkan dengan antipiretik. Sembung memiliki aktivitas antipiretik
(Bhuiyan et
al. 2009) sehingga dapat
dikatakan sembung dapat mengobati panas dalam. Namun, mekanisme sembung sebagai
antipiretik belum diteliti lebih lanjut.
·
Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah lain:
Anti
rematik, anti hipertensi, antifungal
(Norikura et al, 2008),
plasmin inhibitory, mengurangi sakit pada sinusitis, stomachic, carminative,
diaphoretic, expectorant, emmenagogue, antioxidants, dan anti kanker (Saewan et al,
2011).
3.10 NANAS
· Nama
tanaman : Nanas
· Nama
ilmiah : Ananas comosus (L.)
Merr
Gambar 10. Nanas
· Klasifikasi: Divisio
: Spermatophyta
Sub
division : Angiospermae
Classis
:
Monocotyledoneae
Ordo
:
Bromeliales
Familia
:
Bromeliaceae
Genus :
Ananas
Spesies
:
Ananas comosus (wulandari,
2008)
· Kandungan
kimia:
Bromelain (Bhattacharyya, 2007).
· Kegunaan secara empiris
dalam usada:
Mengobati
sakit kencing nanah.
· Bagian
tanaman yang dipakai dalam usada:
Buah.
· Cara
pengolahan dan pemakaian dalam
usada:
Buah
nenas diparut, diaduk dan
diremas-remas kemudian disaring.
Air hasil saringan kemudian diminum.
· Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah
sesuai khasiat usada Taru Premana:
Kencing
nanah (gonorrhea) merupakan infeksi saluran kencing yang disebabkan oleh
infeksi dari bakteri Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae).
Dalam jangka waktu panjang infeksi ini jika tidak diobati dapat menyebabkan
infeksi sekunder lainnya, salah satunya pada wanita
yaitu pelvic inflammatory disease (PID) (Tim Penyusun, 2008).
Peradangan pada pelvic dapat diobati dengan adanya aktivitas
anti-inflamasi dari bromelain.
Pengobatan infeksi N. gonorrhoeae secara klinik
dilakukan dengan cara pemberian antibiotik. Pemberian bersamaan antibiotik dan bromelain dapat memberikan
peningkatan efek terapetik dari antibiotik. Dari hasil penelitian penggunaan antibiotik bersamaan dengan bromelain menunjukkan
meningkatkan kadar antibiotik dalam darah dan urin (Bhattacharyya, 2007).
·
Efek
farmakologi berdasarkan hasil penelitian ilmiah lain:
Bromelain
memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi, anti-tumor, menghambat pembentukan
thrombus, potensiasi antibiotik (Tochi, 2008).
3.11 KELOR
· Nama
tanaman : Kelor
· Nama
ilmiah : Moringa oleifera
Gambar 11. Kelor
· Klasifikasi: Kingdom : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Bangsa :
Brassicales
Suku :
Moringaceae
Marga :
Moringa
Jenis :
Moringa oleifera (Kasolo, et al., 2011)
· Kandungan
kimia tanaman:
Famili
Moringaceae kaya akan kandungan gula sederhana, rhamnosa, dan komponen unik
yang disebut glukosinolat dan isotiosianat. Preparat
Moringa dilaporkan mengandung komponen spesifik dengan aktivitas hipotensif,
antikanker, dan antibakteri yaitu 4-(4'-O-acetyl-α-L-rhamnopyranosyloxy)benzyl
isothiocy-anate, 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocy-anate,
niazimicin, pterygospermin, benzyl isothiocyanate, and
4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl glucosinolate. Selain itu, family Moringaceae juga kaya
akan vitamin dan mineral, terutama carotenoids (termasuk β-carotene atau
pro-vitamin A) (Fahey, 2005). Daun dan polong dari Moringa oleifera mengandung
4-Hydroxymellein, β-sitosterol dan vanillin (Rakesh dan Singh, 2011).
· Kegunaan
secara empiris menurut usada:
Mengobati sakit mata.
· Bagian
tanaman yang dipakai dalam usada:
Daun.
· Cara
pengolahan dan pemakaian menurut
usada:
Daun
kelor dicampur dengan jeruk nipis (juwuk
lengis), ditambah sedikit garam ireng
(uyah areng),
kemudian disaring dan diendapkan
lalu diteteskan pada mata.
· Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian
ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Sakit mata dapat disebabkan oleh virus atau mikroba. M. oleifera memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, K.
pneumoniae, E. coli dan P.aeruginosa dan aktivitas antiviral terutama pada virus Herpes Simplex tipe 1, dimana mekanisme antiviralnya adalah dengan menghambat strain thymidine
kinase-deficient dan phosphonoacetateresistant dari virus
HSV-1 (Hafidh, et al. 2009). Namun, belum ditemukan kajian ilmiah mengenai efek kelor untuk
mengobati virus atau mikroba yang dapat menyebabkan sakit mata.
· Efek farmakologi berdasarkan
hasil penelitian ilmiah lain:
Daun dan
polong Moringa oleifera memiliki aktivitas antiinlamasi, dimana mekanisme
utamanya
adalah menghambat pelepasan substansi seperti prostaglandin. Aktivitas
antiinflamasi dari Moringa oleifera
kemungkinan disebabkan oleh adanya 4-Hydroxymellein, β-sitosterol dan vanillin
pada ekstrak daun dan polong. Dengan demikian, ekstrak daun dan polong Moringa oleifera dapat menjadi obat baru
dalam mengatasi inflamasi atau peradangan (Rakesh dan Singh, 2011).
Penelitian
lain juga menyatakan ekstrak etanol biji dan daun Moringa oleifera menunjukkan aktivitas anti-fungal (anti jamur)
secara in vitro terhadap spesies
Dermatophyta seperti Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton Xoccosum, dan Microsporum canis. Mekanisme adalah peptida anti mikroba yang
terdapat dalam Moringa
oleifera berinteraksi dengan membran lipid bilayer mengakibatkan
pemisahan dari dua membran (membran luar dan dalam), sehingga air dapat masuk
ke dalam sel yang menyebabkan sel bakteri mengembang dan mati (Chuang, et al. 2007). Destilat batang M. oleifera
dapat digunakan pada infeksi oleh beberapa spesies jamur seperti Aspergillus dan Mucor (Kekuda, et al.
2010).
Efek
farmakologi lain yang diuraikan di atas seperti antifungal atau antijamur,
antibakteri, dan antiviral dapat membantu terapi pada inflamasi (peradangan)
dengan menggunakan tanaman M. oleifera. Inflamasi
atau peradangan dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme patogen seperti
fungi, bakteri, dan virus sehingga dengan adanya efek antifungi, antibakteri
dan antiviral pada M. oleifera akan
mendukung efek antiinflamasi yang dimilikinya.
3.12 MANGGIS
· Nama
tanaman : Manggis
· Nama
ilmiah : Garcinia mangostana L.
Gambar 12. Manggis
· Klasifikasi : Kingdom
:
Plantae
Divisi
:
Spermatophyta
Subdivisi
:
Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferanales
Famili
: Guttiferae
Genus
: Garcinea
Spesies
: Garcinia mangostana L (Rukmana,
1995).
· Kandungan kimia tanaman:
Mengandung
kaya senyawa golongan xanton, alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E (Nugroho, 2011).
· Kegunaan
secara empiris menurut usada:
Mengobati sakit bibir.
· Bagian
tanaman yang dipakai dalam usada:
Kulit buah.
· Cara
pengolahan dan pemakaian menurut
usada:
Kulit
buah diisi dengan kotoran burung sugem,merica 25 biji, wangen, kakapan (daun
sirih yang tua) 20 lembar lalu diuleg.
· Efek farmakologi berdasarkan hasil penelitian
ilmiah sesuai khasiat usada Taru Premana:
Penyakit bibir dapat disebabkan karena iritasi, kekeringan, dan infeksi
mikroorganisme. Dari hasil penelitian, kandungan alfa
mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas anti bakteri terhadap Mycobacterium
tuberculosis. Selain itu alfa mangostin
aktif menghambat bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus (Nugroho, 2011). Namun, belum ditemukan kajian ilmiah mengenai
efek kulit manggis untuk mengobati mikroorganisme pada sakit bibir dan sakit
bibir lainnya seperti kekeringan dan iritasi.
· Efek farmakologi berdasarkan
hasil penelitian ilmiah lain:
Kulit manggis memiliki afek antihistamin dimana dari
penelitian diketahui bahwa kulit manggis mengandung senyawa alfa mangostin yang
merupakan antagonis spesifik bagi
reseptor histamin H1. Dari analisa kinetika ikatan [3H]mepiramin
mengindikasikan bahwa alfa mangostin menghambat secara kompetitif. Alfa mangostin
dikategorikan sebagai pengeblok reseptor histaminergik khususnya H1. Selain itu
juga terdapat gamma mangostin sebagai pengeblok reseptor serotonergik khususnya
5 hidroksitriptamin 2A atau 5HT2A (Nugroho, 2011).
Dalam penelitian lain juga diketahui bahwa
gamma mangostin mempunyai aktivitas anti-inflamasi dengan menghambat aktivitas
siklooksigenase (COX). Gamma mangostin secara langsung menghambat aktivitas
enzim Ikappa B kinase, untuk kemudian mencegah proses transkripsi gen COX-2
(gen target NFkappaB) serta menurunkan produksi PGE2 dalam proses inflamasi (Nugroho, 2011).
Terdapat pula
penelitian yang menunjukkan bahwa semua ekstrak kulit manggis mempunyai potensi
sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol mempunyai potensi
lebih besar. Berkaitan dengan aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak
tersebut juga mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15.
Dari hasil penelitian lain didapatkan senyawa – senyawa dalamkulit manggis yang
menunjukkan aktivitas poten adalah : 8-hidroksikudraxanton, gartanin,
alpha-mangostin, gamma-mangostin dan smeathxanton A (Nugroho, 2011).
Terdapat beberapa
penelitian yang menguji tentang efektivitas kulit manggis sebagai antikanker.
Kandungan senyawa xanton dalam kulit
manggis yaitu garsinon E menunjukkan sitotoksisitas paling poten pada sel line
kanker hati. Selain itu ekstrak metanol kulit buah manggis juga menunjukkan aktivitas sangat poten dalam
menghambat proliferasi sel kanker payudara SKBR3, dan menunjukkan aktivitas
apoptosis. Terdapat pula penelitian yang menunjukkan aktifitas anti –
proliferasi dan apoptosis, dimana berbeda dari sebelumnya, yang menunjukkan
aktivitas terpoten adalah alfa – mangostin, dibandingkan senyawa xanton
lainnya. Penelitianlain menunjukkan bahwa target aksi alfa-mangostin adalah
mitokondria pada fase awal sehingga menghasilkan apoptosis pada sel line
leukimia manusia. Dari studi hubungan struktur aktivitas, gugus hidroksi
mempunyai kontribusi besar terhadap aktivitas apoptosis tersebut (Nugroho, 2011).
0 comments:
Post a Comment