Uji Kadar Glukosa Darah : MetodeO-Toluidin
9.1
Tujuan
Untuk
menetapkan kadar glukosa dalam darah dengan cara O-Toluidin
9.2
Metode yang Digunakan
Metode O-Toluidin
9.3
Prinsip Pemeriksaan
Secara garis besar ada dua cara penetapan kadar
glukosa darah dalam kimia klinik, yaitu cara kimiawi dan cara enzimatik. Metode
yang paling banyak digunakan saat ini adalah metode enzimatik. Metode enzimatik
dapat menggunakan beberapa enzim seperti enzim heksokinase, enzim glukosa
oksidase, dan enzim glukosa dehidrogenase.
Metode O-Toluidin merupakan salah
satu cara penetapan kadar glukosa darah secara kimiawi. O-Toluidin dapat bereaksi
dengan glukosa dalam larutan asam asetat panas menghasilkan senyawa turunan
berwarna (Burtis and Ashwood, 1994). Adapun prinsip reaksinya adalah sebagai
berikut: kompleks kromosom (hijau kebiruan)
O-Toluidin berkondensasi dengan gugus aldehida
glukosa membentuk glikosilamin dan basa Schiff. Penataulangan dan reaksi lebih
lanjut menghasilkan senyawa berwarna hijau kebiruan dengan puncak serapan pada
panjang gelombang 630 nm (Burtis and Ashwood, 1994)
Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi
pula kandungan glukosa yang terdapat di dalam serum tersebut. Penentuan
glukosa dengan O-toluidin dapat digunakan untuk bahan sampel yang
dideproteinisasi maupun yang tidak dideproteinisasi.
9.4
Alat dan Bahan
a.
Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Pipet mikro
Pipet ukur
Gelas beaker
Spektrofotometer
b.
Bahan
Reagen
Trichlor Asam Asetat (TCA)
Pereaksi
O-Toluidin
Air
suling
Standar
Glukosa 100 mg%
Sampel
serum
9.5
Cara Kerja
Disiapkan
larutan standar, larutan test A, larutan test B dengan campuran sebagai
berikut:
Bahan
|
Test A
|
Test B
|
Standar
|
TCA 5%, ml
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
Darah, ml
|
0,10
|
0,10
|
-
|
Standar, ml
|
-
|
-
|
0,10
|
↓
Bahan-bahan tersebut dicampur, lalu
dipusingkan selama 5 menit dengan kecepatan 6000 rpm.
↓
Diambil supernatant test tersebut
dan standar yang akan digunakan dalam pembuatan larutan campuran sebagai
berikut:
Bahan
|
Test A
|
Test B
|
Standar
|
Blanko
|
Supernatan,
ml
|
0,40
|
0,40
|
-
|
-
|
Supernatan
standar, ml
|
-
|
-
|
0,40
|
-
|
Aquadest,
ml
|
-
|
-
|
-
|
0,40
|
Pereaksi
O-Toluidin, ml
|
2,00
|
2,00
|
2,00
|
2,00
|
↓
Bahan-bahan
dicampur dan dimasukkan ke dalam penangas air berisi air mendidih selama 8
menit, lalu dimasukkan ke dalam air dingin.
↓
Campuran dibaca absorbasinya dengan
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 625 nm-630 nm. Pengukuran
dilakukan setelah larutan dingin.
Perhitungan:
mg%
glukosa:
keterangan:
Dt : Hasil pembacaan pada test
Dst : Hasil pembacaan pada standar
Nilai
Normal: 65-115 mg%
9.6
Hasil Pemeriksaan &
Interpretasi Hasil
Diketahui :
Dt A =
1,540
Dt B =
0,124
Dst =
0,168
Dblangko =
0
Kadar standar =
100 mg%
Nilai normal =
65-115 mg%
Ditanya :
mg%
glukosa test A = ?
mg%
glukosa test B = ?
Jawab :
mg%
glukosa =
mg% glukosa test A =
=
916,67 mg%
mg% glukosa test B =
=
73, 81 mg%
Interpretasi
Serum test A menunjukkan % kadar glukosa dalam darah
sebesar 916,67 mg% dan pada serum test B sebesar 73, 81 mg%. nilai serum A
melebihi nilai normal kadar glukosa serum, yaitu 65-115 mg%. Hasil ini
menunjukkan bahwa pasien test A mengalami hiperglikemia. Pasien A belum tentu
menderita Diabetes Mellitus sebab serum yang diambil tidak diketahui waktu
pengambilannya, apakah saat pasien dipuasakan (gula darah puasa), saat
sewaktu-waktu (gula darah acak), atau pada saat pasien dibebankan glukosa (GD).
Salah satu ciri pasien DM adalah memiliki kadar gula darah acak (GDA) lebih
dari 200 mg/dl, sedangkan nilai GDP lebih dari 126 mg/dl. Test B menunjukkan
hasil kadar glukosa yang normal karena berada pada rentang nilai normal.
9.7
Pembahasan
Dilakukan penetapan kadar glukosa dalam serum darah
dengan menggunakan metode O-Toluidine. Metode ini merupakan metode non
enzimatis yaitu tidak menggunakan enzim melainkan hanya dengan menambahkan pereaksi
O-Toluidine pada serum sampel yang telah dipreparasi sebelumnya dengan
menambahkan larutan TCA (Tri kloro asetic acid) 5% dan didiamkan selama 10
menit. Penambahan larutan TCA 5% bertujuan untuk mengendapkan dan mendenaturasi
protein yang terkandung dalam darah sampel. Selain itu juga dilakukan
penambahan aquadest untuk mengencerkan konsentrasi dari sampel sehingga
volumenya menjadi meningkat. Pencampuran dilakukan dengan cara
membolak-balikkan tabung hingga terbentuk larutan homogen atau dapat pula
digunakan alat vortex untuk homogenitas yang lebih sempurna. Larutan disentrifugasi
selama 5 menit pada kecepatan 6000 rpm. Hal ini bertujuan untuk memisahkan
glukosa dengan komponen protein dalam serum sehingga komponen protein akan
mengendap sedangkan glukosa akan melarut dalam supernatan. Selanjutnya
supernatan diambil dan ditambahkan dengan pereaksi O-Toluidin. Glukosa yang
berada pada supernatan bereaksi dengan O-Toluidin dalam asam asetat panas dan
menghasilkan senyawa berwarna hijau kebiruan. Penggunaan suhu tinggi bertujuan
untuk meningkatkan
energi kinetik reaksi yang terjadi. Setelah itu langsung dimasukkan ke dalam
air dingin yang bertujuan untuk menghentikan reaksi. Setelah larutan dingin, dilakukan
pembacaan absorbasi dengan alat spektrofotometer dan dilakukan perhitungan.
Dari perhitungan diperoleh nilai test A serbesar
916,67 mg%. Nilai ini melebihi nilai normalnya yaitu 65-115 mg%. Hasil ini
menunjukan bahwa pasien test A mengalami hiperglikemia. Pada test B diperoleh
nilai kadar glukosa sebesar 73,81 mg%. Nilai ini berada pada rentang nilai
normalnya yaitu 65-115 mg%. Pasien test A yang memiliki kadar glukosa lebih
tinggi dari normal belum tentu menderita Diabetes Melitus karena serum yang
diambil tidak diketahui waktu pengambilannya apakah saat dipuasakan (Gula Darah
Puasa), pada saat sewaktu-waktu (Gula Darah Acak), atau pada saat pasien
diberikan beban glukosa (GD). Salah satu ciri pasien diabetes mellitus adalah
memiliki GDA lebih dari 200 mg/dL, GDP lebih dari 125 mg/dL. Untuk lebih
memastikan perlu diketahui waktu pengambilan sampel serum.
0 comments:
Post a Comment