Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar Tramadol Hydrochloride (TMH) berdasarkan metode pada referensi, yakni dengan menggunakan titrasi asam asetat glasial dalam mercuri asetat dengan asam perklorat asetat. Titik akhir titrasi diamati dengan menggunakan indikator kristal violet dan metode potensiometri.
Adapun metode titrasi dalam penelitian ini terdapat dua metode, yakni titrasi visual dan titrasi potensiometri. Mula-mula dibuat terlebih dahulu larutan obat TMH yang akan dititrasi dari empat merk yang berbeda. Sebanyak 20 tablet TMH ditimbang dan digerus hingga menjadi serbuk halus. Kemudian 100 mg TMH ditimbang secara akurat dan dimasukkan ke dalam labu kalibrasi, ditambahkan 70 ml asam asetat glasial dan dikocok selama ±20 menit. Kemudian asam asetat glasial ditambahkan sampai volume tanda batas, dicampur dengan baik dan disaring dengan saringan kertas Whatmann Nomor 42. Sebanyak 10 aliquot dari filtrat dianalisis dengan metode titrasi tersebut.
Pada titrasi visual, aliquot dari larutan obat yang mengandung 1,0-2,0 mg TMH diukur secara akurat, lalu dimasukkan ke dalam labu 100 ml dan ditambahkan 10 ml asam asetat glasial. Sebanyak 3 ml Hg 3% (OAc)2 ditambahkan, diaduk sampai tercampur, dan setelah dua menit, ditambahkan dua tetes indikator kristal violet. Kemudian dititrasi dengan asam perklorat 0,01 M hingga berubah warna menjadi biru. Kadar obat diukur aliquot dengan rumus : Amount (mg) = , dimana V adalah volume asam perklorat yang dibutuhkan (ml), adalah massa molekul relatif, R adalah molaritas asam perklorat, dan n adalah jumlah mol asam perklorat yang bereaksi dengan masing-masing mol TMH.
Pada titrasi potensiometri, aliquot dari larutan obat standar setara dengan 1.0-20,0 mg TMH diukur akurat dan dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml yang bersih dan kering, dan diencerkan dengan asam asetat glasial hingga 25 ml dilanjutkan dengan penambahan 3 ml Hg 3% (OAc)2. Sistem kombinasi kaca-SCE (dimodifikasi) dicelupkan ke dalam larutan dan dimasukkan magnetik stirer. Titran HClO4 ditambahkan dari mikroburet. Untuk mencapai titik akhir titrasi, titran ditambahkan bertahap 0,05 ml. Setiap penambahan titran, larutan diaduk dengan magnetik stirer selama 30 detik dan potensial stabil (steady potential) dicatat. Penambahan titran dilanjutkan sampai tidak ada perubahan signifikan pada potensial pada penambahan titran lebih lanjut. Titik ekivalen ditentukan dengan menerapkan metode grafis. Jumlah obat diukur aliquot seperti pada titrasi visual.
Metode ini didasarkan pada netralisasi dari reaksi yang melibatkan sifat dasar TMH dan menggunakan dua prosedur deteksi titik ekivalen. Asam asetat menunjukkan sifat asam yang dapat terurai dengan menghasilkan proton. Tetapi dengan penambahan asam perklorat, yang merupakan asam kuat, asam asetat akan menerima proton dari asam perklorat.
Senyawa CH3COOH2 dapat dengan mudah menyerap proton untuk bereaksi dengan basa. Oleh karena itu sifat dasar dari basa dapat ditingkatkan dan karenanya, titrasi antara basa lemah dan asam perklorat sering menggunakan asam asetat sebagai pelarut. TMH adalah hidroklorida, yang merupakan basa yang sangat lemah, tidak dapat bereaksi kuantitatif dengan asam perklorat asetat. Oleh karena itu, merkuri asetat dimana tetap tidak terdisosiasi dalam larutan asam asetat, ditambahkan ke dalam larutan TMH, sehingga menyebabkan penggantian ion klorida dengan jumlah setara dengan ion asetat yang berfungsi sebagai basa kuat dalam asam asetat. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.
TMH+ + Cl– + (CH3COO)2Hg + HClO4 → (TMH.ClO4–) + HgCl2 + 2CH3COOH
(tak terdisosiasi)
Dengan kristal violet akan dapat menentukan titik akhir untuk menentukan konsentrasi dan volume titran yang digunakan. Kenaikan tajam pada potensial ditentukan sebagai titik akhir titrasi. Dengan kedua metode titik ekivalen deteksi, reaksi stoikiometri 1 : 1 (obat : titran atau TMH : asam perklorat) digunakan sebagai dasar perhitungan. Kadar obat ditentukan dari titik akhir titrasi yang diperoleh. Lineritas antara dua parameter terlihat jelas dari koefisien korelasi 0,9976 dan 0,9984 yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil untuk metode visual dan potensiometri. Presisi metode dievaluasi dalam presisi intermediet, yakni intra-hari atau hari yang sama dan antar-hari atau hari yang berturut-turut. Keakuratan metode ditentukan dengan persen rata-rata deviasi dari jumlah yang diketahui.
Dari hasil perhitungan, dengan metode titrasi visual didapat kadar TMH yaitu 5,05 mg, 10,17 mg, dan 15,25 mg pada intra-hari dan 5,06 mg, 9,90 mg, dan 14,89 mg pada antar-hari. Dan dengan metode titrasi potensiometri diperoleh kadar TMH yaitu 5,08 mg, 10,10 mg, dan 15,11 mg pada intra-hari dan 4,96 mg, 10,05 mg, dan 15,10 mg pada antar-hari. Dimana kadar TMH secara teoritis adalah 5 mg, 10 mg, dan 15 mg. Hasil uji ini menunjukkan bahwa tidak ada gangguan dari bahan tambahan dan pengencer yang ditambahkan ke dalam bentuk sediaan.
0 comments:
Post a Comment