MORFIN
Sinonim : morfia. Morfin merupakan obat analgetik narkotika yang berasal dari alkaloid tumbuhan Papaver somniverum (tanaman opium) dengan nama kimia (5α,6α)-7,8-didehidro-4,5-epoksi-17-metilmorfin-3,6-diol monohidrat. Alkaloid utama dari opium dengan rumus kimia C17H19NO3,H2O (BM : 303.4 gram/mol). Pemerian berupa bubuk kristal putih atau kristal tak berwarna acicular atau putih. M.p. 254 °C sampai 256 °C. Kelarutan morfin Larut 1 bagian di 5000 air, 1 di 210 etanol, 1 di 1220 kloroform, dan 1 dari 125 gliserol; praktis tidak larut dalam eter. Perhatikan bahwa kelarutan dapat bervariasi sesuai dengan metode persiapan dan bentuk kristal.
Gambar Struktur Molekul Morfin (Moffat et al., 2005)
o Morfin Asetat
Morfin asetat memiliki rumus kimia C17H19NO3.C2H4O2.3H2O dengan berat molekul 399,4 gram/mol. Pemeriannya berupa Sebuah bubuk amorf atau kristal putih.. Kelarutan Larut 1 bagian dalam 2,25 air, 1 dalam 22 etanol, 1 dalam 4,75 kloroform, dan 1 dalam 4,5 gliserol; praktis tidak larut dalam eter (Moffat et al., 2005).
o Morfin Hidroklorida
Morfin Hidroklorida memiliki rumus kimia C17H19NO3.HCl.3H2O dengan berat molekul 375,8 gram/mol. Pemeriannya berupa kristal halus atau bubuk kristal pucat, atau massa kubus putih. Kelarutan larut 1 bagian dalam 17,5 air dan 1 dalam 100 etanol; perlahan larut dalam gliserol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter
(Moffat et al., 2005).
(Moffat et al., 2005).
o Morfin Sulfat
Morfin Sulfat memiliki rumus kimia (C17H19NO3)2.H2SO4.5H2O dengan berat molekul 758,8 gram/mol. Pemeriannya berwarnaa putih, kristal acicular, massa berbentuk kubus, atau bubuk kristal. Bila terkena udara secara bertahap kehilangan air dari kristalisasi. Warna menjadi gelap pada kontak yang terlalu lama terhadap cahaya. M.p. 250 °, dengan dekomposisi (bentuk anhidrat). Kelarutan larut 1 bagian di 15,5 air dan 1 bagian dalam 1000 etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. (Moffat et al., 2005).
o Morfin Tartrat
Morfin Tartrat memiliki rumus kimia (C17H19NO3)2.C4H6O6.3H2O dengan berat molekul 774,8 gram/mol. Pemeriannya tidak berwarna(putih), acicular, efflorescent kristal. Kelarutan larut 1 bagian di 15,5 air dan 1 bagian dalam 1000 etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. (Moffat et al., 2005). Larut 1 bagian dalam 11 bagian air dan 1 dalam 1000 etanol; praktis tidak larut dalam kloroform, eter, dan karbon disulfida. Konstanta disosiasi.pKa8.0, 9,9 (20 °). Koefisien partisi.Log P (oktanol / pH 7,4), -0.1.
Test Warna : Ferric Warna Klorida-biru; Liebermann Test-hitam; Mandelin Test-biru-abu-abu; Marquis Test-violet (Moffat et al., 2005).
Test Warna : Ferric Warna Klorida-biru; Liebermann Test-hitam; Mandelin Test-biru-abu-abu; Marquis Test-violet (Moffat et al., 2005).
Spektrum UV morfin dalam larutan asam 285 (A11=52a); larutan basa 298 nm (A11=92a) (Moffat et al., 2005). Bentuk spektrum UV morfin dapat dilihat pada gambar 2.20.
Gambar Bentuk Spektrum Morfin (Moffat et al., 2005)
PEMILIHAN FASE GERAK SENYAWA GOLONGAN OPIAT
Pemilihan sistem fase gerak didasarkan atas pemisahan antara senyawa golongan opiat yang paling optimal yang ditunjukkan dengan nilai hRf yang terpaut relatif jauh antara masing-masing senyawa. Sistem fase gerak beserta nilai hRf senyawa golongan opiat dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel Harga Rf Senyawa Morfin dalam Beberapa Sistem
Senyawa | hRf Sistem | |||||||||
TA | TB | TC | TE | TL | TAE | TAF | TAJ | TAEA | TAL | |
Morfin | 37 | 00 | 09 | 20 | 01 | 18 | 23 | 00 | 11 | 15 |
Keterangan:
TA : metanol-amonia pekat (100:1,5) v/v
TB : sikloheksana-toluena-dietilamin (75:15:10) v/v
TC : kloroform-metanol (90:10) v/v
TE : etilasetat-metanol-amonia pekat (85:10:5) v/v
TL : aseton
TAE : metanol
TAF : metanol-n-butanol (60:40) v/v
TAJ : kloroform-metanol (90:10) v/v
TAK : kloroform-sikloheksana-asam asetat (4:4:2) v/v
TAL : kloroform-metanol-asam propionat (72:18:10) v/v
TAEA : toluen-aseton-etanol-amonia (45:45:7:3) v/v
(Moffat et al, 2005)
TINJAUAN UMUM HPTLC (HIGH PERFORMANCE THIN LAYER CHROMATOGRAPHY)
Kromatografi adalah suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan campuran senyawa yang didasarkan atas perbedaan koefisien partisi atau koefisien distribusi senyawa-senyawa terhadap fase diam dan fase gerak. Thin Layer Chromatography (TLC)/Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah salah satu bentuk kromatografi datar yang menggunakan fase diam berupalapisan padatan seperti silika, alumina, selulosa, dan poliamida (Gandjar dan Rohman, 2008).
HPTLC merupakan teknik kromatografi datar dengan silica gel berukuran partikel 3-7 μm (Moffat et al., 2004). HPTLC memberikan keunggulan yaitu waktu analisis yang lebih singkat dan volume pelarut pengembang yang dibutuhkan lebih kecil, serta menghasilkan hasil dengan sensitivitas yang tinggi (Moffat et al., 2005).
HPTLC ini dimaksudkan untuk mendapatkan pemisahan dan hasil analisis kuantitatif yang lebih baik selain dapat meningkatkan efisiensi analisis dibandingkan dengan TLC biasa (Gandjar dan Rohman, 2008).
Kelebihan HPTLC dibandingkan dengan TLC biasa terletak pada fase diamnya yang mana pada HPTLC ini, fase diam yang digunakan berukuran sangat halus dan ukuran pori-porinya seragam serta tebal lapisannya hanya 0,1 mm. Ukuran partikel fase diam yang lebih kecil ini akan menyebabkan semakin besarnya jumlah lempeng teoritis, karenanya pemisahan menjadi lebih efisien (Gandjar dan Rohman, 2008).
Tabel Perbandingan antara TLC dengan HPTLC (Moffat et al., 2004)
Parameter | TLC | HPTLC |
a. Fase diam | | |
- Ukuran partikel (silika) | 5-20 μm | 3-7 μm |
- Ketebalan | 100-250 μm | 100-200 μm |
- Volume sampel | 1-10 μL | < 0,1 μL |
b. Pengembangan | | |
- Jarak | 10-15 cm | 3-6 cm |
- Waktu | 20-200 menit | 3-20 menit |
- Kecepatan optimum | 0,2-0,5 mm/s | 0,3-0,5 mm/s |
c. Limit deteksi Absorpsi | 10-100 ng | 0,5-5 ng |
Fluoresensi | 0,1-1 ng | 0,01-0,1ng |
d. Reprodusibilitas dari harga Rf | ± 3% | ± 1% |
Fase gerak atau pelarut pengembang akan bergerak naik sepanjang fase diam karena adanya gaya kapilaritas pada sistem pengembangan menaik (ascending). Pemilihan fase gerak didasarkan pada keterpisahan senyawa-senyawa dalam analit yang didasarkan pada nilai Rf atau hRf (100Rf). Nilai Rf diperoleh dari membagi jarak pusat kromatografik dari titik awal dengan jarak pergerakan pelarut dari titik awal. Perhitungan nilai hRf ditunjukkan dengan persamaan dibawah ini.
LIHAT GAMBAR KLIK |
KLT digunakan secara luas untuk analisis solut-solut organik terutama dalam bidang biokimia, farmasi, klinik dan forensik, baik untuk analisis kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf solut dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk analisis kualitatif. Penggunaan KLT dapat berupa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pada analisis kualitatif, KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Dua senyawa dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama. Untuk meyakinkan identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari 1 fase gerak dan jenis pereaksi semprot (Gandjar dan Rohman, 2007).
Untuk analisis kuantitatif pada KLT dapat digunakan dua cara. Pertama, bercak pada plat KLT diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometri. Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut dengan metode analisis yang lain, misalkan dengan metode spektrofotometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
dapus :
Gandjar, I.G. dan A. Rohman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Jakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 353-375.
Moffat, A. C., O. David and W. Brian. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons In Pharmaceuticals, Body Fluids and Post-Mortem Material 3rd edition Book 2. London: Pharmaceutical Press.
0 comments:
Post a Comment