7 December 2010

SAPONIFIKASI

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang akan menghasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai sabun. Asam lemak yang digunakan yaitu asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit satu ikatan ganda diantara atom-atom karbon penyusunnya dan bersifat kurang stabil sehingga sangat mudah bereaksi dengan unsure lain. basa alkali yang digunakan yaitu basa-basa yang menghasilkan garam basa lemah seperti Naoh, Koh, Nh4oh, k2co3 dan lainnya. Sabun, menjadi produk berasal dari garam asam karboksilat yang tinggi .Pada percobaan ini akan mencoba membuat sabun dengan bahan dasar margarine dan larutan NaoH, dengan tujuan untuk mengetahui mekanisme reaksi saponifikasi antatra trigliserida dengan basa alkali menghasilkan gliserol dan sabun dan prinsipnya yaitu berdasarkan reaksi pengendapan pada pengujian sabun yaitu antara sabun dengan padatan Cacl2 dan sabun dengan padatan Pb-asetat. Mula-mula membuat larutan naoh dengan kadar 10%. Disini membutuhkan padatan Naoh (Naoh umum digunakan karena naoh merupakan basa lemah yang nantinya akan menghasilkan garam natrium dalam sabun yang memiliki konsistensi keras agar mudah diuji nantinya) yang timbang dengan neraca teknis seberat yang dibutuhkan dengan kaca arloji agar tidak ada reaksi terjadi yang dapat mengurangi kadar padatan Naoh, misalnya, jika menggunakan kertas timbang, padatan Naoh akan bereaksi apalagi Naoh itu sangat higrokopis yang artinya, dapat menyerap air di udara sehingga dapat merubah bentuk padatan Naoh menjadi mencair, jika hal itu terjadi saat menggunakan kertas timbang maka kertas timbang yang digunakan akan robek jadi akan menyulitkan saat menimbang. Karena sifat Naoh itu juga, setelah penimbangan Naoh ditutup dengan plastic wrap. Setelah itu, siapkan air suling yang sudah dididihkan, gunanya untuk menghilangkan gas Co2 dalam air, jika co2 masih dibiarkan dalam air dan langsung dicampurkan dengan Naoh maka akan terjadi reaksi pada naoh-nya. Naoh yang bereaksi dengan CO2 akan berubah menjadi natrium karbonat yang hasilnya akan menyebabkan pengendapan, hal itu dapat menghambat proses saponifikasi nantinya. Setelah air dididihkan, air suling tersebut harus diamkan dulu pada suhu kamar, mengembalikan suhunya kembali. Lebih baik tidak langsung mencampurkan Naoh dengan kondisi suhu yang tinggi karena padatan naoh yang dimasukan dalam air akan mengalami reaksi eksoterm yaitu reaksi pelepasan kalor atau panas yang bisa dibilang sangat tinggi, oleh karena itu dihindari agar gelas kimia yang dipakai tidak pecah. Saat suhu sudah mulai normal,padatan naoh mulai dimasukan dan diaduk hingga padatan naoh larut sepenuhnya, setelah itu tutup dengan plastic wrap agar tidak bereaksi lagi dengan udara-udara bebas diluarnya.
Langkah selanjutnya mulai dengan pembuatan sabun dengan bahan dasar margarine dengan larutan naoh 10% tadi. Margarine ditimbang dengan seperlunya dan dimasukan kedalam cawan porselen kemudian masukan larutan naoh 10% dan dipanaskan dengan api kecil agar mudah untuk mengendalikan suhu yang akan terjadi. Campuran margarine dan larutan naoh tadi diaduk secara konsisten dan searah agar tidak merusak struktur antara ikatan yang mungkin telah terjadi antara trigliserida dengan Naoh. Dengan mempergunakan thermometer, atur pada suhu 55’C, dimana suhu itu ditambahkannya etanol yang diteteskan sedikit demi sedikit. etanol diteteskan sedikit agar tidak terjadi percepatan reaksi yang menyebabkan pergolakan yang tinggi karena etanol disini berguna sebagai katalis untuk mempercepat reaksi. Dalam reaksinya, etanol dijadikan sebagai medium pereaksi disebabkan struktur dasarnya, yaitu lemak merupakan senyawa organic yang nonpolar sementara Naoh adalah senyawa anorganik yang polar. Nonpolar dan polar tidak dapat saling bercampur oleh karena itu dibutuhkan etanol yang bersifat semipolar. Bersifat polar karena memiliki gugus Oh- dan bersifat non polar karena CH+. Dengan etanol, naoh dapat terlarut dan bercampur dengan lemak. Campuran larutan diaduk searah agar etanol yang diberikan dapat tersebar dipermukaan larutan. Hingga suhu antara 70-80’C, pemanasan dihentikan. Untuk suhu tersebut merupakan jarak terdekat titik didih etanol sebagai mediumnya jika suhu terus dinaikan dan menyebabkan panas yang berlebihan maka akibatnya ikatan sabun yang terbentuk akan terlepas kembali. Setelah itu, campuran larutan itu ditutup dengan plastik wrap dan didinginkan dengan es batu untuk mempercepat pengendapan yang harus terjadi.
Jika sabun telah terbentuk dengan campuran asam lemak dan basa alkali lemah maka untuk mengujinya digunakan air suling paling sederhana dan padatan Cacl2 dan pb-asetat. Untuk pengujian pertama digunakan air suling yang paling umum dan paling sering ditemui. Sabun tadi sedikit dimasukan dalam tabung reaksi dan tambahkan air suling dan kocok dengan kuat, maka akan terjadi busa. Hal ini disebabkan karena air merupakan senyawa polar dan sabun alkalinya bersifat non polar sehingga ada gaya tarik menarik yang mengakibatkan gumpalan-gumpalan berbentuk koloid yaitu busa. Sedangkan dengan padatan cacl2 dan pb-asetat yang perlakukannya sama dengan pengujian air suling. Akan timbul sebuah endapan, hal ini disebabkan karena kekurangan utama sabun yaitu akan mengendap dalam air sadah. Air sadah yaitu air yang mengandung logam-logam seperti ca2+, mg2+ ,fe2+ dan lain sebagainya. Sedangkan padatan pb-asetat dengan Cacl2 dapat meningkatkan kesadahan air.
Sabun yang telah terbentuk dari garam-garam logam alkali termasuk dalam senyawa umum yang disebut surfaktan, yaitu senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Surfaktan mengandung sutu ujung hidrofobik ( satu rantai karbin atau lebih) dan suatu ujung hidrofili. surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Mereka melakukan hal ini dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya yang bersifat larut dalam air pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya yang sifatnya larut dalam zat-zat non polar terentang menjauh pada permukaan air.
Sabun sangat bermanfaat dengan kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapt dibuang dengan pembilasan. Lemak tidak larut dalam air tetapi ketika sabun ditambahkan, kumpulan molekul ion karboksilat yang hidrofilik berada di sisi luar dan rantai hidrokarbon yang hidrofobik berada di sisi dalam. Hasilnya, bola kecil yang disebut misel. Misel-misel ini tidak bergabung karena misel-misel tersebut bermuatan negatif akibat ion karboksilat di permukaan tolak menolak. Ketika misel berhubungan dengan lemak, rantai hidrokarbon yang ada di dalam inti misel akan mengepung lemak tersebut, dan misel menata ulang dengan ion karboksilat hidrofilik di sisi luar, dengan cara demikian lemak teremulsi di dalamnya. Dengan cara ini, lemak dihilangkan dari objek dan menjadi tersuspensi di dalam air pembersih. Suspensi inidapat dipisahkan dengan membuang air pembersih meninggalkan objek.
Fenomena tersebut tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul. Lemak dapat menempel pada sabun karena adanya bantuan air yang memiliki gaya tarik dipol-dipol) yang menginduksi awan elektron ( suatu ion yang terdiri dari elektron-elektron yang mengelilinginya, air yang memiliki struktur molekul H2O memiliki elektron bebas berjumlah 2 pasang elektron pada atom O ), itu yang menyebabkan larutan minyak nonpolar dapat larut dalam sabun yang juga non polar. Dengan sabun lemak yang menempel akan terlarut bersama sabun dengan bantuan air. Secara strukturnya, sabun di satu sisi memiliki rantai hidrokarbon yang larut dalam minyak dan disisi lain memiliki polar oksigen larut dalam air. Jadi sabun bisa berinteraksi dengan air sekaligus dengan minyak.

1 comments:

Unknown said...

ada sitasinya ga yaa?

Post a Comment