26 November 2011

MIOTIKA DAN MIDRIATIKA farmakologi toksikologi


 
I.       TUJUAN
1.      Mengetahui efek obat-obat miotika dan midriatika.
2.      Mengetahui golongan obat yang menyebabkan miosis dan midriasis.

II.    DASAR TEORI
Bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan yaitu Tunica Vibrosa, Tunica Vasculosa, dan Tunica Nervosa. Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat kuat. Sklera berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapat kornea, yaitu lapisan yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian memfokuskannya. Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu. Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke belakang terdiri dari iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut iris. Pada batas cornea dan sclera terdapat canalis schlemm yaitu suatu sinus venosus yang menyerap kembali cairan aquaus humor bola mata. Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di belakang kornea tengah. Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan menyempitnya bagian ini.Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang disebut Musculus Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang selalu bekerja untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada benda-benda tersebut. Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira bening yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat memperkokoh kedudukan bola mata. Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak, namun tipis, hampir menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel yang berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar 100 juta sel merupakan sel-sel batang yang berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus (kerucut).  Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka pada sedikit cahaya.
1.       SEL BATANG
 Tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya sehingga sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel batang ini mengandung suatu pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti cahaya bulan pun dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan untuk penglihatan pada cahaya remang-remang.
2.      SEL KERUCUT atau cone cell
Mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu iodopsin yang terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing sensitif terhadap cahaya merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin merah, hijau dan biru. Segala warna yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan mencamputkan ketiga warna tersebut. Sel kerucut diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya terang.

Signal listrik dari sel batang dan sel kerucut ini akan di teruskan melalui sinap ke neuron bipolar, kemudian ke neuron ganglion yang akan membentuk satu bundel syaraf yaitu syaraf otak ke II yang menembus coroid dan sclera menuju otak. Bagian yang menembus ini disebut dengan discus opticus, dimana discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel kerucut, maka cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga disebut dengan bintik buta.
                                            
Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata. Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris.
Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. (FI III, hal 10). Obat tetes mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
·         Steril
·         Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel
·         Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4.(Diktat Kuliah, Teknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 301). Sedangkan pH yang masih bisa ditolerir adalah 3,5 – 10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163)
·         Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 – 1,5 %. (TPC, p.163)
·         Peringatan : sediaan tidak dapat digunakan 30 hari setelah dibuka.
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas (NaCl), pengatur viskositas (contoh PEG, PVP), pengatur tegangan permukaan, dan pengawet.
Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan NaCl P 0,9 %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asaltan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata.
Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asamgaram yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan penurunan pH. Sediaan tetes mata mempunyai banyak persamaan dengan sediaan parenteral. Formulasi sediaan tetes mata yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni seperti bebas dari kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba. Sediaan tetes mata digunakan dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan peralatan seperti lensa kontak. Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata:
1.  Sterilitas
Sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi yang sesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata hádala pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, dan penyaringan.
2.  Iritasi
pH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan iritasi yang disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang sehingga jumlah obat tidak efektif.
3.  Pengawet
Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis ganda. Syarat pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, dan tidak toksis.
Cendocarpin yang mengandung Pilokarpin HCl dibuat dalam sedian tetes mata karena berfungsi sebagai miotik untuk pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata merupakan sediaan dosis ganda sehingga diperlukan bahan pengawet seperti Benzalkonium klorida. Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat peninggian tekanan intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat menyebabkan kerusakan anatomis dan fungsional. Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang khas digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika). Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan, yang bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan sedikit efek nikotinik sehingga dapat merangsang kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan miosis dengan larutan 0,5 - 3%. Obat tetes mata dengan zat aktif Pilokarpin berkhasiat menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis Pilokarpin yang paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 1 – 4% (DI Hal. 2680).
Alkaloid pilokarpin terdapat pada daun tanaman Amerika yaitu Pilocarpus jaborandi. Khasiat utamanya adalah sebagai muskarin, dengan efek nikotin yang ringan sekali. Awalnya SSP distimulasi, kemudian ditekan aktivitasnya. Penggunaan utama pilokarpin adalah sebagai miotikum pada glaukoma. Efek miotisnya dalam tetes mata dimulai sesudah 10-30 menit dan bertahan 4-8 jam. Toleransi dapat terjadi setelah digunakan untuk waktu yang lama, yang dapat ditanggulangi dengan jalan menggunakan kolinergik lain selama beberapa waktu misalnya karbachol atau neostigmin.
Dosis: pada glaukoma 2-4 dd 1-2 tetes lrutan 1-2% (klorida, nitrat).
CENDOTROPIN
Cendotropin mengandung atropin yang berkhasiat sebagai antikolinergik kuat dan merupakan antagonis khusus dari efek muskarin Ach. Efek nikotinnya ditentang. Atropin juga memiliki kerja sedatif pada SSP dan memiliki daya bronkoldilatasi ringan berdasarkan peredaan otot polos bronchi. Cendotropin dapat menyebabka midriatik (efek pelebaran pupil mata) dan sikloplegik (melumpuhan iris atau selaput pelangi mata).  Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa cendotropin memiliki efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal). Sementara itu, belum ada penelitian yang terkendali pada wanita mengenai efek cendotropin. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
Dosis : 3 kali sehari 1 tetes.  


III.       ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
·               Gunting
·               Penggaris
·               Nampan
·               Sarung tangan
·               Senter

2.      Bahan
·               Kelinci percobaan
·               Cendotropin
·               Cendocarpin
·               Aquadest
·                
IV.       CARA KERJA
Dipotong bulu disekitar mata kelinci
 

Kelinci dihadapkan kearah yang tidak mendapat sinar matahari langsung
 

Dilakukan pemeriksaan awal pupil, diamati lebar pupil, reflek cahaya, dan keadaan pembuluh darah konjuctiva
 

Diteteskan sebanyak tiga tetes obat cendotropin pada salah satu mata kelinci
Dilakukan pemeriksaan pupil setiap 5 menit, 10 menit, dan 15 menit setelah pemberian obat
Mata kelinci dicuci dengan aquadest
Dilakukan langkah yang sama dengan diatas untuk obat cendotropin


V.          DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Pengaruh cendocarpin dan cendotropin terhadap kondisi mata dari pemeriksaan awal hingga 5 menit ke-3.
Obat
Awal
5 menit I
5 menit II
5 menit III
LP (cm)
RP
PD
LP (cm)
RP
PD
LP (cm)
RP
PD
LP (cm)
RP
PD
Cendotropin
1
+
N
0,8
+
N
1
+
N
1,1
+
N
Cendocarpin
1
+
N
1,1
+
VD
1
+
VD
1
+
VD

Keterangan :
LP = Lebar Pupil
RP =Reflek Pupil
PD = Pembuluh Darah Konjungtiva
N   =Normal
VD            = Vasodilatasi

0 comments:

Post a Comment