7 December 2011

DANDRUFF (KETOMBE)



I.       PENGERTIAN
Dandruff (ketombe) atau pitriasis capitis merupakan kelainan pada kulit kepala berambut dimana terjadi pelepasan sel-sel kulit kepala yang sudah mati dan kotoran dari pori-pori kulit kepala dalam jumlah berlebihan yang berbentuk serpihan lembut berwarna perak keabu-abuan, kadang disertai rasa gatal (Anonim 1, 2009). Menurut Nathan (1998), ketombe adalah kondisi kronis dari kulit kepala tanpa disertai dengan peradangan yang terjadi akibat adanya kelebihan pelepasan sel-sel mati dari kulit kepala yang berbentuk serpihan dimana kadang-kadang disertai rasa gatal dan kemerahan pada kulit kepala. Sebenarnya terlepasnya sel-sel kulit mati tersebut merupakan hal yang normal, tetapi ketika terjadi gangguan dimana pengelupasan terjadi secara berlebihan, tentu saja perlu untuk dikhawatirkan.
Umumnya terdapat dua jenis ketombe yakni yang kering dan berminyak. Ketombe yang kering biasanya berupa serpihan putih dan kulit kepala terasa gatal. Sedangkan ketombe yang berminyak biasanya terasa lengket dan berwarna kekuningan, dimana ditandai dengan aroma yang tidak sedap pada kulit kepala atau rambut. Ketombe jenis ini banyak dijumpai pada remaja yang sedang puber dan orang dewasa yang memiliki minyak berlebihan pada rambut dan kulit kepala (Anonim 2, 2009). Untuk ketombe yang kering biasanya disebut pitriasis sika, sedangkan untuk ketombe yang berminyak sering disebut pitriasis oleosa (Anonim 3, 2008).

II.    PATOFISIOLOGI
Munculnya ketombe adalah sebagai tanda hiperkeratinisasi, yaitu kondisi ketika sel-sel kulit kepala terlalu cepat menua dan mati membentuk lapisan keratin yang keras dan bertanduk. Sebenarnya, munculnya ketombe merupakan siklus alami pertumbuhan sel-sel kulit kepala. Sel-sel rambut akan tumbuh dengan fase teratur, yaitu setiap 24 hari sekali. Ketika sel-sel itu mencapai kulit kepala dan telah kering lalu mati dengan sempurna, mereka akan luruh. Sel-sel mati yang luruh berbentuk bintik-bintik putih ini yang biasa dikenal sebagai ketombe.
Ketombe baru akan menjadi masalah jika pola perkembangan sel ini terganggu keteraturannya. Sel menjadi cepat mati dan sebagai akibatnya akan banyak sel kering yang muncul dan lengket di permukaan kulit kepala sehingga sulit dibersihkan dengan sikat rambut dan sampo (Anonim 3, 2008)
Oleh para ahli, ketombe dihubungkan dengan infeksi jamur Pytosporum ovale  dan spesies lainnya dari genus Mallassezia yang merupakan flora normal pada kulit kepala dimana terjadi pertumbuhan yang tidak dapat dikendalikan sebagai faktor pencetus terjadinya kelainan pada kulit kepala (Anonim 1, 2009).

III. PENYEBAB
Penyebab utama timbulnya gangguan ketombe adalah keabnormalan pertumbuhan jamur malassezia yang merupakan flora normal di kulit kepala.  Pertumbuhan jamur ini tidak dapat dikendalikan karena mendapat makanan dari minyak yang keluar dari folikel rambut, sehingga dapat mengiritasi kulit kepala  dan menyebabkan lebih banyak sel kulit yang tumbuh. Kelebihan sel kulit mati akan mulai berjatuhan, ditambah dengan minyak dari rambut dan kulit kepala akan terlihat seperti lapisan putih di kulit kepala (Anonim 4, 2009).
 Terdapat berbagai keadaan yang dapat memicu cepatnya pertumbuhan jamur malassezia, dan cepatnya kematian sel-sel kulit kepala sehingga akan mengalami pengelupasan lebih cepat dari waktu normal. Keadaan-keadaan tersebut adalah sebagai berikut :
*      Ketidakseimbangan hormon
Perubahan hormon pada masa puber menstimulasi kelenjar sebaceous untuk menghasilkan sebum. Pria lebih sering terkena ketombe, yang dihubungkan dengan produksi hormon. Selain itu pria juga mempunyai kelenjar produksi minyak yang lebih besar di kepalanya sehingga memungkinkan untuk mengalami ketombe (Anonim 5, 2003). Beberapa jenis obat dapat meningkatkan hormon androgen dan populasi Malassezia sp. sehingga dapat memicu ketombe (Anonim 3, 2008).



*      Tekanan emosional dan stres yang berlebihan
Stres dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh untuk melawan jamur, sehingga jamur yang pada awalnya merupakan flora normal, berubah menjadi jamur yang patogen (Anonim 5, 2003).

*      Jarang keramas
Jika pembersikan kulit kepala seperti keramas sangat jarang dilakukan, maka miyak akan menumpuk dan membuat pertumbuhan jamur semakin subur. Selain itu, sel-sel kulit mati juga akan menumpuk sehingga pengelupasan akan terlihat jelas (Anonim 5, 2003).

*      Kekurangan gizi (cara diet yang tidak benar)
Pola makan yang kurang asupan zat besi (zink) dan vitamin B dapat membuat  kemungkinan berketombe (Anonim 4, 2009). Faktor nutrisi yang berperan adalah defiensi biotin, abnormalitas metabolisme asam lemak bebas, serta defisiensi riboflavin dan piridoksin (Anonim 6, 2009).

*      Iritasi pada kulit kepala
Malassezia adalah genus jamur lipophilic yang merupakan bagian dari flora normal kulit kepala manusia yang memakan protein dari folikel rambut. Penyerapan sebagian protein yang tinggal di kulit menyebabkan iritasi di kulit kepala yang menyebabkan terjadinya ketombe (Anonim 5, 2003).
Sensitif terhadap produk perawatan rambut (dermatitis kontak), dapat menyebabkan merah dan gatal pada kulit kepala. Keramas terlalu sering atau menggunakan terlalu banyak produk perawatan rambut juga dapat mengiritasi kulit kepala dan akhirnya menyebabkan ketombe (Anonim 9, 2009).



*      Infeksi penyakit
      Infeksi penyakit seperti Psoriasis dapat memicu timbulnya ketombe. Psoriasis merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan kulit menjadi lebih tebal dan bersisik karena pertumbuhan sel kulit yang tidak terkontrol. Pada pasien psoriasis, sel imun yang biasanya melindungi dari infeksi malah mencetuskan pelepasan sitokin yang menyebabkan inflamasi dan produksi sel kulit yang berlebihan. Meskipun patogenesis pasti kondisi tersebut tidak diketahui, namun sering dikaitkan dengan percepatan proses penggantian kulit yang menyebabkan proliferasi sel kulit hidup yang mencapai permukaan kulit sebelum sel mati luruh (Anonim 7,  2009).
Iritasi kulit dan kulit kepala berminyak (seborrheic dermatitis), merupakan penyebab tersering ketombe. Ditandai dengan kulit kepala berminyak yang tertutup lapisan putih atau kekuningan. Seborrheic dermatitis juga mempengaruhi bagian tubuh dengan banyak kelenjar minyak seperti alis, sisi hidung dan belakang telinga, serta terkadang ketiak (Anonim 5, 2003).

*      Kulit kering
Kulit kering merupakan penyebab umum timbulnya rasa gatal dan pengelupasan kulit. Pengelupasan kulit karena kulit kering umumnya lebih kecil dan lebih sedikit dibanding penyebab ketombe lainnya (Anonim 8, 2009).

*      Kulit kepala dan rambut berminyak
Jamur malassezia hidup dengan mendapat makanan dari minyak di kulit kepala, sehingga mereka yang memiliki kulit kepala dan rambut terlalu berminyak akan lebih cenderung berketombe (Anonim 5, 2003).

*      Keringat yang berlebihan
*      Reaksi alergi
*      Kurang tidur
*      Keturunan
*      Memakai topi yang amat sempit
*      Kerentanan individu
*      Perubahan iklim yang ekstrim

Terdapat mitos yang beredar di masyarakat bahwa ketombe dapat menular, sehingga disarankan jangan meminjam sisir pada orang yang berketombe. Tetapi sebenarnya ketombe bukan merupakan suatu penyakit ataupun virus, sehingga ketombe tidak ditularkan. Ketombe tidak dapat disembuhkan karena sampai saat ini belum ada obat-obatan yang mampu menghilangkan ketombe 100% mengingat bahwa serpihan putih yang dihasilkan kulit kepala merupakan proses alami sebagai mekanisme untuk memperbaharui sel-sel yang telah mati (Anonim 10, 2003).

IV. GEJALA
Adapun gejala-gejala yang sering timbul adalah sebagai berikut :
*      Serpihan berwarna putih atau agak kuning
Serpihan putih ini merupakan tanda yang mudah dilihat. Serpihan ini muncul akibat adanya pergantian sel-sel pada kulit kepala yang terlalu cepat sehingga serpihan tersebut mengelupas dalam bentuk yang relatif besar dan dapat dilihat oleh mata, yang pada keadaan normal, pengelupasan sel-sel kulit kepala tidak dapat dideteksi oleh mata telanjang.
*      Gatal
Gatal pada kulit kepala disebabkan oleh jamur Pytosporum ovale dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan peradangan.
*      Kemerahan
Tanda ketiga dari ketombe dikenal dengan seborrhea. Dalam kondisi ini, terlihat kemerahan di sekitar kulit kepala (Anonim 11, 2009).

V.    PRINSIP TERAPI
Prinsip terapi untuk dandruff, antara lain sebagai berikut :
1.      Tindakan umum berupa pencegahan, yaitu istirahat, menjaga keseimbangan antara bekerja dan rekreasi untuk mengurangi stres baik fisik maupun psikis, menghindari obat topikal pada rambut yang tidak diperlukan, menjaga keberihan rambut, menghindari makanan berlemak dan tinggi kalori.
2.      Tindakan yang kedua yaitu mengobati infeksi dandruff dengan menggunakan kosmetikal anti dandruff seperti shampo, krim, gel dan lotio.
(Prawito, 2009).

VI. PENATALAKSANAAN TERAPI
Untuk penatalaksanaan terapi dandruff atau ketombe, dapat digunakan bahan aktif obat sebagai berikut :
a. Zinc Pyrithione
*      Farmakologis
Zinc Pyrithione merupakan agen anti bakteri dan anti jamur serta agen yang dapat menekan pertumbuhan lapisan epidermis (Prawito, 2009). ZPT menghambat pembelahan sel epidermis dan mengurangi kecepatan kematiannya. ZPT berikatan kuat dengan rambut dan epidermis tetapi tidak terpenetrasi ke dermis sehingga tidak toksik (Nathan, 1998).
*      Penggunaan
Untuk mengurangi jamur di kulit kepala yang menyebabkan ketombe dan seborrheic dermatitis (Anonim 4, 2009). Keefektifan penggunaan ZPT sebagai anti ketombe sangat tergantung dari seberapa luas ikatannya dengan rambut dan epidermis, lama kerja, suhu, konsentrasi serta seringnya pemakaian/pemberian (Nathan, 1998).
*      Efek samping
Terjadi iritasi ringan pada kulit kepala jika terjadi reaksi hipersensitifitas (sangat jarang).

*      Kontra indikasi
Tidak dapat diberikan pada pasien hipersensitifitas terhadap ZPT (Nathan, 1998).
*      Interaksi
Belum diketahui
*      Dosis
Zinc Pyrithione biasanya digunakan 1-2 %, seperti pada shampo normal satu hingga tiga kali seminggu dan pada waktu pemakaiannya didiamkan 1-5 menit sebelum dibilas (Prawito, 2009).
*      Konseling, Informasi dan Edukasi pada Pasien
Apabila terjadi reaksi alergi, hentikan pemakaian dan gunakan shampo anti ketombe lain. Pada beberapa kasus, Zinc Pyrithione dapat merusak lingkungan (Anonim 7, 2009).

b.      Selenium sulfide
*      Farmakologis
Selenium sulfide, bekerja dengan memperlambat kematian sel kulit dengan cara menghambat pembelahan mitosis secara langsung (Anonim 4, 2009) dan dapat mengurangi jamur malassezia dengan menghambat aksinya dan mendesak aktifitas pembelahan sel jamur (Nathan, 1998).
*      Penggunaan
Selenium sulfide digunakan untuk mengatasi gangguan ketombe dan seborrheic dermatitis.
*      Efek samping
Selenium sulfide aman jika digunakan secara topikal tetapi dapat meninggalkan sisa yang berbau seperti hidrogen sulfida dan membuat kepala berminyak. Toksik jika digunakan oral (Nathan, 1998).
*      Kontra indikasi
Tidak dapat diberikan pada pasien yang hipersensitifitas terhadap Selenium sulfide, pada ibu hamil dan menyusui (tetapi bagian produksi memperbolehkan pemakaian pada trimester I kehamilan) serta tidak direkomendasikan untuk anak-anak dibawah 5 tahun.
*      Interaksi
Belum diketahui
*      Dosis
Selenium sulfide biasanya digunakan dalam konsentrasi 1-2,5%, diberikan satu hingga dua kali seminggu selama lima hingga sepuluh menit (Prawito, 2009).
*      Konseling, Informasi dan Edukasi pada Pasien
Selenium sulfide, dapat melunturkan rambut yang diwarnai, jadi pastikan untuk menggunakannya sesuai petunjuk dan bilas dengan baik setelah keramas (Anonim 4, 2009). Pewarnaan dan pengeritingan rambut tidak boleh dilakukan paling tidak 2 hari setelah penggunaan shampo yang mengandung selenium sulfide serta hindari kontak dengan mata pada saat keramas (Nathan, 1998).

c.       Coal tar
*      Farmakologis
Tar berfungsi sebagai anti jamur ringan (Prawito, 2009). Mekanisme kerja dari Tar adalah memperlambat kematian sel kulit dan pengelupasan kulit kepala (Anonim 4, 2009). Tar dapat mencegah dan menghalangi serpihan ketombe dengan mengganggu formasi dari cairan intraselular, serta dapat mengganggu pengeluaran sebum. Tar juga dapat berfungsi sebagai anti gatal (Nathan, 1998).
*      Penggunaan
Tar membantu mengatasi ketombe, seborrheic dermatitis, dan psoriasis (Anonim 4, 2009).
*      Efek samping
Kemungkinan karsinogenik dan mutagenik (Nathan, 1998).
*      Kontra indikasi
Tidak dapat diberikan pada pasien yang hipersensitifitas terhadap tar dan turunannya.
*      Interaksi
Belum diketahui
*      Dosis
      Konsentrasi yang biasanya digunakan antara 0,5-5 % (Prawito, 2009).
*      Konseling, Informasi dan Edukasi pada Pasien
Apabila terjadi reaksi alergi, hentikan pemakaian dan gunakan shampo anti ketombe lain.

d.      Ketoconazole
*      Farmakologis
Ketoconazole merupakan antimikotik golongan imidazole (Prawito, 2009). Merupakan suatu pilihan jika sampo dengan kandungan zat aktif anti dandruff lain telah gagal, karena ketoconazole merupakan anti jamur yang mempunyai spektrum sangat luas (Anonim 4, 2009). Mekanisme kerja ketoconazole sebagai anti jamur yaitu menghambat replikasi dari sel jamur dengan mengganggu sintesis ergosterol yang merupakan komponen vital dari membran sel jamur (Nathan, 1998).
*      Penggunaan
Ketoconazole diindikasikan untuk mengobati infeksi pada kulit, rambut, dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit dan atau ragi (dermatophytosis, onychomycosis, candida perionyxixs, pityriasis versicolor, pityriasis capitis, pityrosporum, folliculitis, chronic mucocutaneus candidosis (Anonim 12, 2009).
*      Efek samping
Pada penggunaan secara topikal terutama pada shampo antiketombe dimana konsentrasi ketoconazole yang digunakan relatif  kecil, tidak terdapat efek samping yang ditimbulkan dan sangat jarang terjadi iritasi kulit (Nathan 1998)
*      Kontra indikasi
Jangan diberikan pada pasien yang hipersensitifitas terhadap ketoconazole. Untuk penggunaan topikal, ketoconazole dapat diberikan pada wanita hamil (Nathan, 1998) sedangkan dikontraindikasikan jika penggunaan secara oral (Anonim 12, 2009).
*      Interaksi
Pada pemberian peroral ketoconazole tidak boleh diberikan bersama-sama dengan terfenadin, astemizol, cisaprid dan triazolam ( Anonim 12, 2009). Sedangkan pada penggunaan topikal tidak terjadi interaksi (Nathan, 1998)
*      Dosis
Ketoconazole digunakan dalam konsentrasi 1-2% pada shampo anti ketombe, diberikan satu hingga tiga kali seminggu didiamkan selama 3-5 menit (Prawito, 2009).
*      Konseling, Informasi dan Edukasi pada Pasien
Jika terjadi reaksi alergi, hentikan pemakaian.

Zat-zat tersebut merupakan agen anti ketombe yang paling sering digunakan pada produk-produk perawatan anti ketombe. Selain zat-zat diatas terdapat beberapa agen anti dandruff yang digunakan dalam sebagian kecil produk perawatan anti ketombe yang beredar di pasaran. Zat-zat tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Mikonazol dan econazol merupakan turunan golongan azol, dan merupakan antimikotik. Efeknya, 2% mikonazol nitrat sebanding dengan selenium sulfide 2,5% (Prawito, 2009).
2.      Sulfur, resorsinol dan asam salisilat mempunyai efek keratolitik, yaitu kemampuan untuk menghancurkan keratin dalam lapisan tanduk atau kulit ari sehingga dapat membantu menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat menyebabkan kulit kepala menjadi kering. Asam salisilat biasanya digunakan dengan konsentrasi 1,6-3 %, sulfur 2-5%, dan resorsinol 2-3%  (Prawito, 2009).
3.      Zinc omadine dan zinc undecylinate berperan sebagai antiseptik dan anti jamur (Prawito, 2009).
4.      Piroctone olamine (octopirox) berperan sebagai anti jamur (Prawito, 2009).
5.      Heksaklorofen dan povidone iodine berfungsi sebagai antiseptik, biasanya dipakai dua kali dalam seminggu, dan untuk perawatan cukup satu kali per minggu (Prawito, 2009).
6.      Benzoyl olamine berfungsinya sebagai anti bakterial, biasanya digunakan dalam konsentrasi 2,5% (Prawito, 2009).
7.      Ciclopirox olamine merupakan turunan hydroxy-pyridone dan berfungsi sebagai anti jamur dengan konsentrasi 1 % (Prawito, 2009).
8.      Urea 40% dan bifonazol 1%

Gangguan ketombe tidak akan bisa sembuh seratus persen. Ini karena luruhnya sel-sel kulit kepala yang mati adalah proses alami, maka tidak bisa dihilangkan sama sekali. Karena itu, untuk mengatasi masalah ketombe cukup dikendalikan dengan memperbaiki gaya hidup (Anonim 3, 2008).
Berikut adalah solusi agar ketombe di kepala dapat dikontrol dan diminimalisir.
1.      Bila seseorang tidak memiliki ketombe berlebihan, maka cukup melakukan keramas satu atau dua kali sehari, dengan pemilihan shampo sebagai berikut :
o   Mulailah dengan sampo yang standar terlebih dahulu, karena sampo yang lebih keras akan menambah kulit kepala menjadi lebih kering dan akhirnya ketombe akan bertambah parah.
o   Bila sampo standar tidak memberikan pengaruh positif, gunakanlah sampo anti ketombe, kemudian lihat apakah ada pengaruhnya dalam waktu beberapa minggu.
o   Pilih beberapa waktu untuk memilih sampo yang tepat untuk jenis kepala. Jadi cobalah beberapa shampo secara bergantian dan rasakan mana yang dapat memberikan pengaruh yang lebih baik.
o   Bila anda telah menemukan shampo yang tepat untuk rambut, pakailah shampo tersebut secara teratur.
o   Cuci dan bilas rambut dan kulit kepala dengan shampo anti ketombe dua kali.
2.      bila memiliki masalah ketombe yang amat berlebihan, sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang dermatologis (Dokter ahli kulit).
3.      Hindari menggunakan kuku saat menggaruk kepala karena dapat menyebabkan infeksi. Sebaiknya gunakan bantalan jari saat menggaruk.
4.      Gunakan topi saat pergi ke luar rumah saat udara dingin sekali, berangin dan panas dalam jangka waktu tertentu.
5.      Batasi penggunaan produk-produk pemulas rambut yang dapat menyebabkan kulit kepala menjadi kering dan dapat memicu pertumbuhan jamur kulit.
6.      Penuhi asupan vitamin B6 yang berfungsi sebagai pencegah munculnya ketombe seperti kuning telor, kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran berwarna hijau tua.
7.      Pijat kulit kepala dengan gerakan melingkar agar sirkulasi rongga-rongga kulit kepala menjadi lebih baik.
                                                                                                      (Anonim 8, 2009).
8.      Hindari stres, walaupun bukan sebagai penyebab langsung ketombe, tetapi stres dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh untuk mengatasi ketombe.
9.      Biasakan mengkonsumsi makanan yang megandung zinc untuk memelihara aktifitas kelenjar minyak dan sistem kekebalan, misalnya ikan, kuning telor, daging, kedelai dan biji-bijian (beras, gandum, dll).
10.  Sempatkan berjemur sinar matahari sejenak di waktu pagi dan sore hari, agar kesehatan rambut dan kulit tetap terjaga karena sedikit paparan sinar matahari dapat membantu mengatasi ketombe.
11.  Konsultasikan ke dokter ahli kulit jika shampo anti ketombe menimbulkan efek samping misalnya kulit mengelupas atau efek samping lainnya.
                                                                                                      (Anonim 1, 2009).


0 comments:

Post a Comment