10 December 2011

HAY FEVER


1.      Pengertian Hay Fever
Hay fever atau sering disebut dengan rhinitis alergi merupakan suatu reaksi alergi yang umumnya ditandai dengan gatal, bengkak, mata merah dan cenderung berair serta gejala hidung tersumbat. Dalam hal ini terjadi respon imun berlebih terhadap benda asing di udara pada saat kita bernapas. Hay fever selalu diidentikkan dengan alergi yang terjadi diluar ruangan (outdoor) atau material di udara seperti serbuk sari bunga (pollen) dan jamur.
Berdasarkan penelitian, sekitar 15-20% dari polupasi di Amerika Serikat memiliki kemungkinan mengalami hay fever. Hal ini ditemukan baik pada wanita dan juga pada pria. Suatu ciri khas dari Hay fever ini adalah kemunculannya hanya pada musim-musim tertentu dan pada saat berkerja diluar kota. Hay fever sering terjadi pada musim semi dan musim gugur. Walaupun umumnya hay fever terjadi secara ‘musiman’, tetapi gejala  ini dapat terjadi sepanjang tahun jika allergennya tetap berada sepanjang tahun (Anonim a).


2.  Penyebab Hay fever
Hay fever, seperti halnya reaksi alergi lainnya, disebabkan karena adanya paparan allergen, benda asing masuk kedalam tubuh dengan cara inhalasi, ditelan, atau penetrasi lewat kulit. Pada hay fever, allergen yang berada di udara dan masuk melewati beberapa jalur (seperti mulut, hidung, kerongkongan, dan paru-paru), melewati pernapasan, lapisan mata dan terkadang lewat kontak langsung di telinga .
Apabila salah satu allergen kontak dengan udara sekitar, sel darah putih dalam sistem imun tubuh mempoduksi antibody untuk substansi penyerangan. Reaksi yang berlebihan pada substansi yang tidak berbahaya ini sering disebut dengan reaksi hipersensitivitas. Proses yang terjadi adalah suatu antibody, yang disebut immunoglobulin E. IgE memiliki sel khusus yang disebut mast cell. Jika antibody mengalami kontak dengan antigen, mast cell akan meningkatkan pengeluaraan substansi kimia dan hormone yang disebut “mediator”. Salah satu contohnya adalah histamine. Efek dari mediator pada organ atau sel lainnya ini menimbulkan gejala berupa reaksi alergi, yang dalam hal ini adalah hay fever (Anonim a).

3.  Gejala umum penyakit Hay Fever
·         Bersin-bersin
·         Hidung berair
·         Hidung tersumbat
·         Telinga berdenging
·         Mata berair
·         Gatal pada hidung.
·         Fatigue (sakit kepala)
·         Susah tidur
      
4.  Prinsip Terapi Hay Fever
a.      Swamedikasi
Gejala Hay fever tidak selalu harus memperoleh terapi secara medis. Pengobatan sendiri (swamedikasi) juga dapat dilakukan, terutama dengan cara menjauhi benda-benda  yang sudah diketahui atau yang telah dicurigai sebagai allergen.
Gejala hay fever dapat disembuhkan dengan treatment dirumah, beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya :
·         Berkumur dengan air garam hangat, 1-2 sendok makan garam didalam 800 ml air hangat, hal ini dilakukan untuk meredakan rasa sakit.
·         Meminum obat antihistamin tanpa resep seperti dipenhidramine®, untuk meringankan gejala dari bersin-bersin, hidung berair, dan gatal pada hidung dan mata. Perhatian : pengobatan ini dapat menyebabkan  rasa ngantuk sehingga pasien tidak boleh mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin.
·         Untuk hidung tersumbat, perlu kombinasi antihistamin dengan dekongestan seperti pseudoefedrin (Anonim a).

b.   Pengobatan Medis
Treatment terbaik adalah menghindari kontak langsung dengan alergen, sehingga diharapkan kemungkinan terpapar jarang terjadi. Bila hal ini terjadi maka pasien harus mendapat pengobatan untuk menghilangkan gejala yang terjadi. Prinsip pengobatan medis dari hay fever ditekankan pada tingkat alergi, gejala yang dialami, dan konsekuensi lain dari penyakit ini.
Beberapa jenis terapi pengobatan yang dapat digunakan untuk menghilangkan gejala hay fever dapat dijelaskan sebagai berikut :


      1)   Antihistamin
Obat-obat yang sering dipakai adalah antihistamin tanpa resep seperti diphenhydramine, clemastine, tripelennamin, dan hydroxine. Selain itu juga Loratadine, antihistamin durasi panjang non sedative yang juga dapat diperoleh tanpa resep. Obat Antihistamin ini tergolong murah dan selalu tersedia, namun efeknya tidak terlalu panjang. Jenis obat ini dapat mengakibatkan ngantuk  pada saat mengendarai kendaraan atau saat mengoperasikan mesin. Sehingga pasien harus meminum obat pada saat menjelang tidur malam. Efek rasa ngantuk terus menurun namun berkelanjutan pada dosis normal.
Beberapa penderita hay fever memilih untuk menggunakan obat antihistamin durasi panjang dengan resep. Seperti fexofenadine, loratadine, and desloratadine. Obat –obatan ini relative lebih mahal, tetapi penggunaannya hanya sekali atau dua kali dalam sehari. Keuntungan terbesar dari penggunaan obat ini adalah rasa ngantuk yang ditimbulkan jauh lebih ringan (Anonim a).

      2)   Decongestant
Decongestan dapat ditemukan dalam versi oral (seperti pseudoephedrine), eyedrops, atau sprays (seperti phenylephrine). Eyedrops efektif untuk menurunkan rasa gatal pada mata  yang mengganggu. Nasal spray juga sering digunakan, khususmya untuk menurunkan hidung tersumbat. Tetapi, obat ini dapat mengakibatkan efek  kembali dan inflamasi yang disebut dengan rhinitis medicamentosa jika penggunaan berlebihan.
Decongestan oral dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, aliran darah yang cepat, dan gelisah. Obat jenis decongestan harus digunakan sesuai dengan instruksi yang diberikan, biasanya pemberian tidak lebih dari 3 hari (Anonim a).

3)   Corticosteroid
Inhalasi (spray) corticosteroid  bekerja dengan baik pada sebagian orang dengan efek samping corticosteroid yang sangat minim. Pengobatan dengan corticosteroid ini diharapkan dapat menurunkan gejala hidung tersumbat dan bengkak (radang). Contohnya adalah dexamethasone, beclometasone, dan triamcinolone. Perlu diketahui bahwa obat-obat dalam pengobatan ini bukanlah kortikosteroid yang digunakan oleh para atlet untuk meningkakan performa. Spray (inhalasi) memerlukan waktu beberapa hari untuk dapat bekerja, tetapi jika telah mencapai level efektif, inhalasi mampu memberikan efek terbaik untuk menurunkan gejala tanpa menyebabkan rasa ngantuk. Obat corticosteroid ini harus digunakan setiap hari jika ingin efeknya cepat bekerja (Anonim a).

4)   Cromolyn Sodium
Cromolyn sodium ini dapat ditemukan dalam bentuk aerosol (Nasalcrom®) dan dalam bentuk eyedrops (Crolom®). Jenis obat ini dapat mengakibatkan menurunnya sensitivitas membrane mucus pasien terhadap allergen. Obat ini memberikan efek lebih baik jika digunakan sebagai profilaksis, yaitu pada saat pasien tidak memiliki gejala (Anonim a).

5)   Leukotriene inhibitor
Leukotriene merupakan substansi kimia yang kuat yang dapat meningkatkan respon inflamasi yang terjadi pada saat paparan allergen. Dengan substansi kimia ini dari efek bengkak yang terjadi, sehingga leukotriene menurunkan inflamasi. Montelukast (Singulair®) merupakan salah satu obat leukotriene inhibitor untuk pengobatan hay fever. Obat ini dapat diperoleh dengan resep dan dalam bentuk tablet, tablet kunyah, atau bentuk granul. Granul-granul ini dapat ditaburkan secara langsung pada hidung atau dapat dicampurkan dengan makanan lembut yang dingin, seperti pudding. Leukotriene inhibitor akan lebih efektif jika penggunaannya dikombinasi dengan antihistamin (Anonim a).

5.   Komposisi sediaan / preparat
a. Antihistamin
·         Oral Antihistamin:

-          Chlorpheniramine maleat
-          Diphenhydramine hydrochloride
-          Clemastine fumarate
-          Loratadine
-          Cetirizine


b. Decongestant

·         Oral Decongestant:
            Pseudoephedrine
            Ephedrine
·         Topikal Decongestant
            Naphazoline hydrochloride
           

      c. Corticosteroids

·         Oral Corticosteroids
-          Dexamethasone
-          Hydrocortisone
·         Inhalasi corticosteroid
-          Beclometasone
-          Triamcinolone

      d. Cromolyn Sodium
e.  Leukotriene inhibitor      
                  Oral Leukotriene inhibitor : Montelukast

A. ANTIHISTAMIN
 Chlorpheniramine maleat
·      Farmakologis
Chlorpheniramine mengikat reseptor H1 dengan cara antagonisme kompetitif  reversible pada sel efektor di saluran gastrointestinal, pembuluh darah dan saluran pernapasan (Mc Efoy, 2002).
·      Penggunaan
-          Reaksi – reaksi alergi :
            Obat antihistamine H1 sering digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk mencegah atau mengobati gejala reaksi alergi. Pada rhinitis alergi dan urtikaria dengan histamin sebagai mediator utama, antagonis H1 adalah obat pilihan (drug of choice) dan sering sangat efektif. Antihistamine H1 digunakan untuk pengobatan alergi seperti hay fever, dengan pemilihan obat yang bertujuan untuk meminimalkan efek sedasinya.
-          Scopolamine dan antagonis H1 generasi pertama tertentu adalah obat paling efektif untuk mencegah motion sickness. Obat antihistamine yang efektif untuk mencegah terjadinya motion sickness ternyata berguna pada sindroma meniere, tetapi efektivitasnya terhadap sindroma tersebut tidak diterangkan dengan baik (Katzung, 2004)
·      Efek Samping
-          Pada sistem saraf pusat           : sakit kepala, keterangsangan, kelelahan, gelisah dan     pusing,    sedasi.
-          Pada sistem pernapasan          :  menekan sistem pernapasan dan mengentalkan sekresi bronkial.
-          Pada sistem pencernaan          : mual, muntah, diare, serta anoreksia.
-          Pada saluran kencing              : penurunan sekresi urin.
-          Pada ginjal                              : polyuria
-          Pada sistem sirkulasi               : bradikardia
(Mc Efoy, 2002).

·         Kontra Indikasi  
Kontra Indikasi  yang terjadi pada penggunaan chlorpeniramine maleat adalah:
-          Pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap antihistamine
-          Pada pasien dengan  glaucoma sudut sempit
-          Pada pasien dengan riwayat asma
-          Pada pasien dengan terapi obat golongan MAOIs
-          Pada neonatal dan ibu menyusui  
(Mc Efoy, 2002).       
·         Interaksi Obat
-          Alkohol, CNS depressan, dan tricyclic antidepressant
Menyebabkan terjadinya penekanan sistem saraf seperti mengantuk, pusing, penurunan koordinasi motorik
-          Obat – obat golongan MAOIs
Menyebabkan peningkatan efek antikolinergik dari Chlorpheniramine.
 (Mc Efoy, 2002)
·         Dosis
-          Dosis Oral:
Dewasa:
4 mg setiap 4-6 jam (maksimum 24 mg sehari).
Anak-anak:
Tidak direkomendasikan untuk anak-anak usia di bawah 1 tahun.
Usia 1-2 tahun: 1 mg, 2 kali sehari
Usia 2-5 tahun: 1 mg setiap 4-6 jam (maksimum 6 mg sehari)
Usia 6-12 tahun: 2 mg setiap 4-6 jam sehari (maksimum 12 mg sehari)
(Couper et all, 2002)


Diphenhydramine hydrochloride
·         Farmakologis
Memiliki aktivitas sebagai antidot, antihistamin, sedative dan reaksi hypersensitivity. Mekanisme kerjanya berkompetensi dengan histamine, terutama reseptor H1yang berada di saluran pencernaan, pembuluh darah dan saluran pernapasan (Lacy et all, 2004).
·         Penggunaan
Untuk mengatasi gejala alergi yang disebabkan oleh pelepasan histamin, dapat juga digunakan untuk pencegahan motion sickness dan sebagai antitusif (Lacy et all, 2004).
·         Efek Samping
-          Pada sistem kardiovaskular: hipotensi, tachycardia.
-          Pada sistem saraf: sedasi, sakit kepala, insomnia, euforia.
-          Pada sistem dermatologi: fotosensitivitas, rash, angioedema, urtikaria.
-          Pada saluran pencernaan: mual, muntah, diare, tukak, anoreksia.
-          Pada saluran kencing: retensi urinari, sulit kencing.
-          Pada sistem hematologi: hemolytic anemia, trombositopenia, agranulositosis.
-          Pada neuromuscular dan skeletal: tremor, paresthesia.
(Lacy et all, 2004).
·         Kontra Indikasi
-          Pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap Diphenhydramine hydrochloride (Lacy et all, 2004).
·         Interaksi Obat
-          Penggunaan Diphenhydramine hydrochloride dapat meningkatkan absorbsi digoksin.
-          Penggunaan Diphenhydramine hydrochloride bersamaan dengan CNS depresan dapat meningkatkan efek sedasi dan dapat menyebabkan depresi saluran pernapasan.
-          Jika Diphenhydramine hydrochloride diberikan bersamaan dengan Amantadin, Rimantadin, Phenothiazines, Quinidin, Narkotik analgesik, dan Antipsikotik lain (khususnya antikolinergik dengan aktivitas tinggi) dapat menyebabkan sentral dan perifer antikolinergik sindrom.
-          Efek obat menurun jika diberikan bersamaan dengan Lepodopa.
(Lacy et all, 2004).
·         Dosis
-          Dosis Oral:
Anak-anak:
Usia 2-6 tahun: 6,25 mg tiap 4-6 jam (maksimum 37,5 mg per hari).
Usia 6-12 tahun: 12,5-25 mg tiap 4-6 jam (maksimum 150 mg per hari).
Usia 12 tahun ke atas: 25-50 mg tiap 4-6 jam (maksimum 300 mg per hari)
Dewasa
25-50 mg tiap 6-8 jam perhari.
·         Bentuk Sediaan dan Nama Paten
Bentuk Sediaan
Nama Paten
Kapsul
Banophen ® (25 mg), Diphen ®(25 mg) , Diphenhist®(25 mg) , Genahist® (25 mg), Nytol®(50 mg), Sleepinal®(50 mg)
Eliksir
Banophen ® (125 mg/5ml), Genahist®(125 mg/5ml), Hydramine®(125 mg/5ml)
Gel
Benadryl®(125 ml)
Injeksi
Benadryl®(50 mg/ml), Hyrexin®(50 mg/ml)
Liquid
Benadryl®(12,5 mg/5ml)
Softgel
Benadryl®(25 mg), Unisom ®(50 mg)
Solution
Allermax®(125 mg/5ml), Diphenhist®(12,5 mg/5ml)
Tablet
Allermax® (50 mg), Banophen ® (25 mg)
Sirup
Diphenhist®(12,5 mg/5ml)
(Lacy et all, 2004).

Clemastine fumarate
·         Farmakologis
Memiliki aktivitas sebagai antidot, antihistamin, sedative dan reaksi hypersensitivity. Mekanisme kerjanya berkompetensi dengan histamine, terutama reseptor H1yang berada di saluran pencernaan, pembuluh darah dan saluran pernapasan (Lacy et all, 2004).
·         Penggunaan
Untuk alergi rhinitis  dan gejala alergi lainnya yang diikuti dengan urtikaria.
·         Efek Samping
-          Pada sistem kardiovaskular: hipotensi, tachycardia.
-          Pada sistem saraf: sedasi, sakit kepala, insomnia, euforia.
-          Pada sistem dermatologi: fotosensitivitas, rash, angioedema, urtikaria.
-          Pada saluran pencernaan: mual, muntah, diare, tukak, anoreksia.
-          Pada saluran kencing: retensi urinari, sulit kencing.
-          Pada sistem hematologi: hemolytic anemia, trombositopenia, agranulositosis.
-          Pada neuromuscular dan skeletal: tremor, paresthesia (Lacy et all, 2004).
·         Kontra Indikasi
Pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap Clemastine fumarate.
·         Peringatan
Tidak boleh digunakan pada anak-anak dengan umur dibawah 6 tahun (Lacy et all, 2004).
·         Interaksi Obat
-          Penggunaan Clemastine fumarate dapat meningkatkan absorbsi digoksin.
-          Penggunaan Clemastine fumarate bersamaan dengan CNS depresan dapat meningkatkan efek sedasi dan dapat menyebabkan depresi saluran pernapasan.
-          Jika Clemastine fumarate diberikan bersamaan dengan Amantadin, Rimantadin, Phenothiazines, Quinidin, Narkotik analgesik, dan Antipsikotik lain (khususnya antikolinergik dengan aktivitas tinggi) dapat menyebabkan sentral dan perifer antikolinergik sindrom.
-          Efek obat menurun jika diberikan bersamaan dengan Lepodopa.
(Lacy et all, 2004).
·         Dosis
-          Dosis Oral:
Anak-anak:
Dibawah 6 tahun 0,05 mg/kg/hari
Usia 6 – 12 tahun  0,67 – 1,34 mg, 2 kali sehari
Usia 12 tahun keatas 1,34 mg  2 kali sehari
Dewasa : 1,34 mg  2 kali sehari
·         Bentuk Sediaan dan Nama Paten
-          Sirup
-          Tablet (Tavist ® : 1,34 mg)
Loratadine
·         Farmakologis
Memiliki aktivitas sebagai antihistamin dan sedative. Mekanisme kerjanya long acting antihistamin dengan antagonis reseptor H1 yang selektif  (Lacy et all, 2004).
·         Penggunaan
Digunakan untuk gejala alergi rhinitis  dan pengobatan idiopatik kronik   pada  urtikaria (Lacy et all, 2004).
·         Efek Samping
Sakit kepala, xerostomia, rash, dan tukak (Lacy et all, 2004).
·         Kontra Indikasi
Pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap Loratadine
·         Peringatan
-          Hati-hati  digunakan pada pasien dengan gangguan hati dan kerusakan ginjal.
-          Tidak boleh digunakan pada  anak-anak dibawah usia 2 tahun.
·         Interaksi Obat
-          Efek Loratadine meningkat pada pemakaian bersamaan dengan ketoconazole dan erthromycine.
-          Toksisitasnya meningkat jika penggunaannya bersamaan dengan procarbazine, antihistamin lainya dan alkohol.
-          Amprenatir, ritonavir, nelvinafir, dapat meningkatkan kadar Loratadine dalam serum (Lacy et all, 2004).
·         Dosis
-          Dosis Oral:
Anak-anak:
2 – 5 tahun : 5 mg 1, kali sehari.
Usia 6 tahun keatas: 10 mg, sekali sehari
Dewasa
10 mg, sekali sehari
·         Bentuk Sediaan dan Nama Paten
-          Sirup (Claritine ® , 1mg/ml)
-          Tablet (Alavert® , 10 mg ; Claritine® , 10mg)
cetirizine
·         Farmakologis
Memiliki aktivitas sebagai antihistamin dan sedative  yang rendah. Memiliki aktivitas sebagai antidot, antihistamin, sedative dan reaksi hypersensitivity. Mekanisme kerjanya berkompetensi dengan histamine, terutama reseptor H1yang berada di saluran pencernaan, pembuluh darah dan saluran pernapasan (Lacy et all, 2004).
·         Penggunaan
Digunakan untuk gejala alergi rhinitis  dan pengobatan idiopatik kronik pada urtikaria.
·         Efek Samping
Sakit kepala, xerostomia, rash, dan tukak.
·         Kontra Indikasi
Pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap Cetirizine.
·         Peringatan
-          Hati-hati  digunakan pada pasien dengan penyakit hati dan gagal ginjal.
-          Tidak boleh digunakan pada  anak-anak dibawah usia 6 bulan (Lacy et all, 2004).
·         Interaksi Obat
-          Obat ini dapat meningkatkan efek toksisitas CNS  depressan dan antikolinergik
·         Dosis
Dosis Oral:
Anak-anak:
6 – 12 bulan (2,5 mg 1 kali sehari).
12 bulan sampai kurang dari 2 tahun (2,5 mg sekali sehari, dapat ditingatkan 2,5 mg tiap 12 jam bila perlu)
2-5 tahun (2,5 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2,5 mg tiap 12 jam atau 5 mg sekali sehari)
6 tahun keatas (5-10 mg sekali sehari)
Dewasa : 5- 10 mg, sekali sehari
                  Dosis disesuaikan pada pasien dengan gangguan hati dan ginjal
(Lacy et all, 2004).
·         Bentuk Sediaan dan Nama Paten
-          Sirup (Claritine® , 1mg/ml)
-          Tablet (Alavert® , 10 mg ; Claritine® , 10mg
B. DECONGESTANT
PSEUDOEPHEDRINE
·         Farmakologis
Merangsang secara langsung reseptor alpha adrenergic pada mukosa saluran nafas, sehingga menyebabkan vasokonstriksi, sedangkan stimulasi langsung dari beta reseptor beta adrenergic menyebabkan relaksasi bronchial dan meningkatkan kecepatan denyut jantung (Lacy et all, 2004).
·         Penggunaan
Pengobatan untuk gejala sementara hidung tersumbat pada serangan pilek, alergi saluran pernafasan atas, dan sinusitis (Lacy et all, 2004).
·         Efek Samping
-          Kardiovaskuler : Tachicardia, palpitasi, aritmia.
-          Pada sistem saraf pusat : gelisah, mudah dirangsang, insomnia, pusing, tertawa, halusiansi, sakit kepala.
-          Pada saluran pencernaan: mual, muntah.
-          Pada saluran kencing: susah kencing.
-          Pada sistem jaringan otot dan tulang :lemah, tremor.
-          Pada pemebtukan miselar : diaforesis (Lacy et all, 2004).
·         Kontra Indikasi
Pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap Pseudoefedrine dan pada komponen lain dalam formulasi, pada terapi MAO inhibitor.
·         Peringatan
-          Hati-hati  digunakan pada pasien usia diatas 60 tahun.
-          Hati-hati penggunaan terhadap pasien dengan hipertensi, hipertiroid, diabetes milllitus, penyakit jantung, gangguan hati, dan kanker prostat.
(Lacy et all, 2004).
·         Interaksi Obat
-          Efek pseudoefedrine meningkat pada pemakaian bersamaan dengan MAO inhibitor dengan peningkatan tekanan darah.
-          Toksisitasnya meningkat jika penggunaannya bersamaan dengan simpatomimetik.
-          Efek pseudoefedrine menurun dengan adanya methyldopa dan reserpine.
·         Dosis
Dosis Oral:
Anak-anak:
Kurang dari 2 tahun, 4 mg/kg/hari pada dosis terbagi tiap 6 jam.
2 – 5 tahun, 15 mg tiap 6 jam, maksimum 60 mg/hari.
6 – 12 tahun, 30 mg tiap 6 jam, maksimum 120 mg/hari.
Dewasa
30 – 60  mg tiap 4 - 6 jam, sustain release 120 mgtiap 12 jam, maksimum 240 mg/hari.
·         Bentuk Sediaan dan Nama Paten
Bentuk Sediaan
Nama Paten
Gelcap
Dimetapp® 30 mg
Cairan, dalam bentuk hidroklorida
Silfedrine Children’s ® 15 mg/5 ml
Sudafed Children’s ® 15 mg/5ml
Triaminic® 15 mg/ 5 ml
Larutan, dalam bentuk hidroklorida
Dimetapp® 7,5 mg/0,8 ml (15 ml)
Kidkare ® 7,5 mg/ 0,8 ml (30 ml)
Pediacare® 7,5 mg/0,8 ml (15 ml)
Sirup, dalam bentuk hidroklorida
Biofed® 30 mg/5 ml, Decofed® 30 mg/5 ml
Tablet, dalam bentuk hidroklorida
Genaphed®, Sudafed®: 30 mg


EPHEDRINE
·         Farmakologis
Mekanisme kerjanya dengan melepaskan ephineprie yang disimpan dalam jaringan, dan memproduksi rangsangan alpha dan beta adrenergic. Aksi panjang dan kurang potensial dibandingkan ephinerine (Lacy et all, 2004).
·         Penggunaan
Pengobatan asma bronkial, hidung tersumbat, bronkospasmik akut, hipotensi iodopatik orthostatik (Lacy et all, 2004).
·         Efek Samping
-          Kardiovaskuler : Hipertensi, tachycardia, palpitasi, penekanan pada tekanan darah, nyeri otot, aritmia.
-          Pada sistem saraf pusat : efek rangsangan pada CNS, gelisah, takut, khawatir, agitasi, eksitasi, insomnia, hiperaktivitas, sakit kepala, dan pusing.
-          Pada saluran pencernaan: mual, anoreksia, merusak saluran pencernaan, muntah.
-          Pada saluran kencing : sakit / perih pada saat kencing.
-          Pada sistem otot dan tulang : tremor, lemah.
-          Pada pembentukan miselar : diaforesis.
 (Lacy et all, 2004).
·         Kontra Indikasi
Pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap Efedrine dan pada komponen lain dalam formulasi, pada penderita caridiac aritmia, glaucoma, penggunaan bersama dengan simpatomimetik (Lacy et all, 2004).
·         Peringatan
-          Hati-hati pada pasien dengan gejala vasomotor yang tidak stabil, diabetes, hipertiroid.
-          Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan  kegelisahan dan gejala paranoid schizophrenia.

0 comments:

Post a Comment