DIARE
a. Definisi
Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan pencernaan (usus) yang ditandai denganbertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya dan berulang-ulang yang disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi lembek atau cair. (Harianto, 2004)
b. Manifestasi kilinis
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
Keram abdominal
Demam
Mual dan muntah
Anorexia
Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernafasan cepat
Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
(Zein dkk, 2009)
c. Klasifikasi
Berdasarkan sifatnya diare dapat dibagi menjadi :
Diare akut : yaitu diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari ( Anonim 1, 2009)
Diare kronik : yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi
(Zein dkk, 2009)
Berdasarkan mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi :
Osmotik
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Sekretorik,
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
Eksudatif
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
Gangguan motilitas.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
Bedasarkan penyebabnya diare dibagi menjadi dua:
a. Diare Spesifik
b. Diare non spesifik
(Zein dkk, 2009)
d. Faktor-faktor Penyebab Diare
Faktor Infeksi :
- Bakteri enteropathogenic
Bakteri yang dapat menyebabkan diare antara lain adalah Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Yersinia enterocolitica
- Virus
Virus yang dapat menyebabkan diare antara lain adalah enterovirus – echoviruses, adenovirus, human retrovirua – seperti agent, rotavirus.
- Jamur
Jamur yang dapat menyebabkan diare antara lain adalah misalnya Candida enteritis
- Parasit
misalnya Giardia clambia, Crytosporidium
- Protozoa
Prrotozoa yang dapat menyebabkan diare adalah Entamoeba histolytica dan Giardia lambia yang terutama terjadi di daerah (sub) tropis ( Anonim 2, 2009)
Bukan faktor infeksi
- Alergi makanan; susu, protein
- Gangguan metabolik atau malabsorbsi; penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreas
- Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
- Obat-obatan; antibiotik
- Penyakit usus; colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
- Emosional atau stress
- Obstruksi usus ( Anonim 2, 2009)
II. PRINSIP TERAPI
Tujuan:
- Mencegah/ menanggulangi dehidrasi
- Mengobati kausa diare
- Mencegah/ menanggulangi gangguan gizi
- Menanggulangi penyakit penyerta
Tujuan terapi cairan
- Memperbaiki dinamika sirkulasi
- Mengganti defisit yang terjadi
- Ruatan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang sedang berlangsung
(Zein dkk, 2009)
1. Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air.
Gejala pertama dari dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangnya air seni dan menurunnya berat badan, juga keadaan gelisah. Kekurangan kalium terutama memengaruhi sistem neuromuskuler dengan gejala mengantuk (letargi), lemah otot dan sesak napas (dyspnoea) (Tjay dan Raharja, 2007).
Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara :
BD plasma, dengan memakai rumus :
Kebutuhan cairan = BD Plasma – 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml
0,01
Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :
- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB
- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB
- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB
Goldbeger (1980) mengemukakan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan :
Cara I :
- Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu itu.
- Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit cairan sekitar 6% dari berat badan saat itu.
- Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental seperti bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7 -14% atau sekitar 3,5 – 7 liter pada orang dewasa dengan berat badan 50 Kg.
Cara II :
Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat badan 4 Kg pada fase akut sama dengan defisit air sebanyak 4 liter.
Cara III :
Dengan menggunakan rumus :
Na2 X BW2 = Na1 X BW1, dimana :
Na1 = Kadar Natrium plasma normal; BW1 = Volume air badan normal, biasanya 60% dari berat badan untuk pria dan 50% untuk wanita ; Na2 = Kadar natrium plasma sekarang ; BW2 = volume air badan sekarang (Zein dkk, 2009)
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman elektrolit ( Rosita N, et al)
3. Antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak elektrolit ( Rosita N, et al)
4.Antimotilitas
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. . Obat dari kelompok ini akan memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit dari mukosa usus Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan (Tjay dan raharja, 2007)
5. Absorbent
Dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit ( Rosita N, et al)
6. Koloid hidrofil
Dapat membentuk koloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit ( Rosita N, et al)
7. Probiotik
Probiotik adalah bakteri yang hidup yang diberikan suplementasi makanan. Pemberian probiotik dapat berpengaruh menguntungkan bagi kesehatan yang mana probiotik dapat menghasilkan asam lemak rantai pendek seperti asam laktat atau asestat yang menjadikan suasana usus menjadi asam sehingga menurunkan pertumbuhan dan patogenitas bakteri serta memperbaiki keseimbangan mikroflora usus bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif (Fajri, 2009)
III. KOMPOSISI SEDIAAN
1. Penggantian Cairan dan elektrolit
Contoh: ORS( Oral Rehydration Salts) yang mengandung Na, K, dan gula
- Farmakologis
Menstimulasi secara aktif transpor Na dan air melalui usus, sehingga resopsi air dalam usus halus akan meningkat (Tjay dan Raharja, 2007).
- Penggunaan
Mencegah atau mengatasi keadaan dehidrasi dan kehilangan garam terutama pada bayi dan anak-anak (sampai usia lebih kurang 3 tahun) dan lansia (diatas 65 tahun) (Tjay dan Raharja, 2007).
- Efek Samping Obat
Pada umumnya obat ini tidak menimbulkan efek samping (Harianto, 2004)
- Kontra Indikasi
Obstruksi atau perforasi usus (Tjay dan Raharja, 2007).
- Dosis
Sesuai keadaan (Anonim, 2006)
- Bentuk sediaan
Serbuk (Anonim, 2006)
- Nama Paten
Oralit, Pharolit-200, Oralit-200, Renalyte (Anonim, 2006)
2. Antibiotik
a. Ciprofloksasin
- Farmakologis
Penghambat kuat sintesis asam nukleat. Obat ini bekerja dengan menghambat DNA girase (topoisomerase II), yang merupakan enzim yang bertanggung jawab pada terbuka dan tertutupnya lilitan DNA kemudian pembelahan dan respirasi sel akan berakhir dengan proses lainnya juga terhenti termasuk integritas mebran.
Setelah pemberian oral, Ciprofloksasin diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan ajringan walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Waktu paruh dalam serum bekisar antara 3-7 jam dengan puncak kadar serumnya sebesar 1-3 µg/mL. Sekitar 20% dimetabolisme di hepar. Ekskresi terutama melalui ginjal dengan sekresi (Tjay dan Raharja, 2007).
- Penggunaan
Diare karena Campylobacter, Shigella, Salmonella spp (Zein dkk, 2009)
0 comments:
Post a Comment