28 October 2011

METODE PENGAMBILAN SAMPEL Sediaan cair dan sampel



1.      Metode Pengambilan Sampel Cair (Air)
Dalam metode pengambilan sampel air tidak diperlukan peralatan khusus. Sampel harus diambil, disimpan dan dikirim ke tempat penelitian dalam botol yang steril dan sempurna. Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam penentuan waktu pengambilan sampel pada sumber air. Sampel perlu diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap sehingga data dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan kualitas air. Hal ini terjadi terutama pada kualitas air yang berubah setiap waktu.
Jenis wadah yang dapat dipakai untuk menyimpan sampel dapat dibuat dari bahan gelas atau bahan plastik. Persyaratan kedua wadah tersebut harus dapat ditutup dengan kuat dan rapat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Masing-masing wadah mempunyai kelebihan serta kekurangan. Keuntungan pemakaian wadah gelas antara lain adalah mudah mencucinya, mengecek keadaannya serta mensterilisasikannya. Sedangkan kekurangannya adalah mudah pecah selama pengangkutan. Pemakaian wadah dari plastik tidak mudah pecah dan tahan terhadap pembekuan, akan tetapi sulit membersihkannya.
Contohnya pada pengambilan sampel air di sungai X. Mula-mula kita harus mengambil sampel air yang belum mendapatkan pengaruh kegiatan manusia yaitu pada lokasi hulu sungai yang dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air secara alamiah sebagai base line station. Kemudian dilakukan pengambilan sampel pada titik-titik tertentu dengan menggunakan metode systematic sampling. Radius pengambilan sampel berjarak 10 km dari based line station dan jarak tiap titik pengambilan sampel adalah 1 km, jadi sampel yang diperoleh sebanyak 10 buah. Sampel diambil dan ditempatkan menggunakan botol steril. Kemudian sampel dibawa ke laboratorium untuk diuji dengan menggunakan metode ekstraksi dan penyaringan. Hasil yang diperoleh dari tiap-tiap sampel kemudian dibandingkan dengan hasil dari sampel based line station.
2.      Metode Pengambilan Sampel Sediaan Cair
Untuk mengambil sampel dari sediaan cair perlu diperhatikan homogenitasnya sehingga dalam banyak hal, mengaduk atau mencampurkan secara umum sudahlah cukup untuk menjamin homogenitas sebelum penarikan contoh (sampling). Dimana terdapat fase-fase yang terpisah, perlu ditetapkan volume ralatif dari masing-masing fase, untuk dapat membandingkan dengan benar komposisi atau fase dengan yang lainnya. Dalam keadaan apapun fase-fase itu harus ditarik contohnya sendiri-sendiri, karena tidaklah mungkin kita memperoleh suatu contoh yang representatif dari gabungan bahan-bahan itu, bahkan sekalipun setelah mengocok fase-fase yang terpisah itu, dengan kuat-kuat (Basset, dkk, 1994)
Sediaan-sediaan cair seringkali dapat dianalisis secara langsung atau diencerkan secara sederhana. Misalnya dalam pengujian berdasarkan metode kromatografi, sediaan cair diencerkan dengan fase gerak sebelum dilakukan pengujian. Beberapa pengotor dalam suatu pelarut yang mudah menguap seperti etanol dan metanol dapat langsung di-analisis secara langsung (diinjeksikan langsung) menggunakan kromatografi gas (Gandjar, )
Sebagai contoh pengmbilan sampel pada sirup parasetamol untuk ditetapkan kadarnya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sirup parasetamol yang diproduksi oleh pabrik X. Batasan dalam penelitian ini adalah sirup parasetamol yang diproduksi pada bulan September 2010. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode probability sampling yaitu simple random sampling. Sampel sirup parasetamol yang akan dianalisis berukuran 5 ml. Sebelum disampling, sirup parasetmol tersebut harus dikocok terlebih dhulu untuk menjamin keseragaman homogenitasnya. Setelah itu sampel tersebut langsung bisa dipipet untuk dianalisis. Penyimpanan sampel ini sebaiknya dalam botol yang gelap dan tidak terpapar sinar matahari langsung. Penetapan kadar parasetmol dalam sediaan sirup dapat dilakukan dengan menggunkan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
3.      Metode Pengambilan Sampel Padat (Tanah)
Tanah seringkali sangat heterogen dalam struktur dan komposisi kimianya. Tanah tidak hanya terdiri dari mineral-mineral padat atau bahan-bahan organik, tetapi juga mengandung banyak pori-pori yang secara keseluruhan membentuk suatu sistem rongga. Pori-pori yang lebih kecil diisi dengan air, sedangkan yang lebih besar dengan jumlah variabel udara dan air.
Pemilihan instrumen yang digunakan dalam proses pengambilan sampel tanah tergantung pada jenis tanah, kedalaman tanah dan massa sampel yang diperlukan. Untuk tanah dengan kedalaman yang dangkal, pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara menggali tanah secara manual. Sedangkan untuk identifikasi tanah yang mempunyai struktur berbatu, dapat menggunakan mesin bor rotari (core drilling).
Contoh tanah yang diambil dapat berupa contoh tanah terganggu (disturb soil sampling) dan contoh tanah tak terganggu (undisturb soil sampling). Salah satu metode pengambilan contoh tanah tak terganggu (undisturb soil sampling) adalah pengambilan tanah liat yang dapat dilakukan dengan menggali tanah secara manual dimana tanah liat yang bersifat lunak sampai sedang ditempatkan dalam tabung tipis., sedangkan tanah liat yang bersifat keras sampai sangat keras dapat ditempatkan dalam tabung tebal atau tabung ganda. Untuk pengambilan sampel tanah dengan menggunakan mesin bor rotari (core drilling), hal yang perlu diperhatikan adalah sebelum pengambilan sampel, di sepanjang lubang mesin bor tidak boleh mengalami hambatan sehingga tidak mengganggu jalannya proses pengambilan sampel.
Salah satu contoh pengambilan sampel tanah adalah pengambilan sampel di daerah Bukit Jimbaran untuk mengukur kandungan air tanah dengan radius 30 km. Tanah yang ada di daerah Bukit Jimbaran kebanyakan berstruktur berbatu atau batuan sehingga metode yang baik digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan menggunakan mesin bor rotari (core drilling) dan menggunakan metode sistematik sampling dengan interval jarak sebesar 5 km. Dari proses sampling ini didapat 6 titik yang mempunyai kandungan air tanah yang berbeda. Selanjutnya dilakukan uji penetrasi standar (standard penetration test) untuk mengidentifikasi tanah secara visual.
Teknik penyimpanan sampel tanah antara lain tabung harus ditutup dengan kertas parafin, tabung dibungkus busa selama proses pengangkutan dan penyimpanan harus dilakukan dalam posisi tegak. Pengambilan sampel akan lebih mudah dan lebih menguntungkan jika inti tanah diambil dengan tabung plastik. Wadah sampel harus terbuat dari plastik atau bahan gelas yang telah dibersihkan secara seksama, disimpan di tempat yang sejuk dan diberi label untuk memudahkan identifikasi. Selain itu, sampel tanah harus langsung didinginkan setelah diambil, dimana proses pendinginan ini bertujuan untuk mengurangi reaksi oksidasi dan reaksi enzim akibat aktivitas mikroorganisme. Suhu pendinginan disesuaikan dengan waktu penyimpanan sampel yang diinginkan.


4.      Metode Pengambilan Sampel Sediaan Padat
           Proses pengambilan sampel pada sediaan padat farmasi seperti tablet biasanya ditujukan untuk pengecekan mutu dalam suatu produksi di pabrik farmasi atau pengujian kadar zat aktif dalam sediaan padat tersebut. Dalam penjelasan mengenai metode pengambilan sampel sediaan padat ini akan menggunakan contoh pengambilan sampel tablet Paracetamol generik berlogo dan tablet Paracetamol paten yang diproduksi oleh pabrik X untuk dilakukan pengujian mutu dari segi waktu hancur dan kadar Paracetamol.
Populasi dalam proses pengambilan sampel ini adalah semua tablet Paracetamol generik berlogo dan tablet Paracetamol paten yang diproduksi oleh pabrik X. Batasan sampling adalah tablet Paracetamol generik berlogo dan paten yang diproduksi pada bulan September 2010. Metode sampling yang digunakan adalah Non Probability Sampling yaitu Purposive Sampling. Metode ini digunakan karena didasarkan pada pemikiran bahwa sampel tersebut sesuai dengan tujuan studi yang dilakukan, dimana pada contoh ini proses penyamplingan dilakukan dengan tujuan untuk penelitian pengujian mutu tablet generik dan paten. Kriteria sediaan padat yang dipergunakan adalah tablet Paracetamol dalam bentuk tablet, tablet Paracetamol generik berlogo dan paten diproduksi oleh satu pabrik, tablet Paracetamol memiliki masa kadaluarsayang panjang dan dari sediaan paten maupun generik berlogo masing-masing diambil 10 tablet.
Alat-alat yang digunakan dalam proses penyamplingan adalah dissolution tester tipe 2 (dayung), Spektrofotometer UV 1700 (Shimadzu), beaker glass 250 ml, 1000 ml dan labu ukur. Bahan yang digunakan adalah Tablet Paracetanol generik berlogo dan paten, Aquadest, Dapar Phosphat dan Larutan Baku Pembanding Paracetamol BPFI.
            Proses pengambilan sampel dalam pengujian mutu tablet Paracetamol diawali dengan mengambil tablet Paracetamol generik berlogo dan paten masing-masing sebanyak 10 tablet dengan dosis 500 mg/tablet. Kemudian tablet tersebut dilakukan uji disolusi untuk mendapatkan data waktu hancur tablet dan pengukuran kadar paracetamol dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 244 nm, menggunakan larutan baku pembanding Paracetamol BPFI. Hasil data waktu hancur dan kadar paracetamol kemudian dianalisis data dengan statisika.

5.      Metode Pengambilan Sampel Darah
Sebagai contoh metode pengambilan sampel darah pada manusia adalah Interaksi Farmakokinetik Kombinasi Obat Parasetamol dan Fenilpropanolamin hidroklorida sebagai Komponen Obat Flu. Dalam penelitian digunakan enam orang sukarelawan secara acak sebagai subjek percobaan namun telah memenuhi persyaratan uji ketersediaan hayati melalui pengujian laboratorium klinik. Dilakukan pengujian klinik terhadap enam orang sukarelawan yang meliputi pengujian terhadap SGOT dan SGPT, kadar kreatinin serum, kadar gula darah, dan darah. Setelah sukarelawan diberikan obat dengan metode tertentu, pengambilan sampel darah dilakukan dengan metode systematic sampling pada jam ke- 0,0; 0,25; 0,5; 0,75; 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 8,0; 10,0; dan 12,0 setelah pemberian obat secara oral. Alat dan bahan yang digunakan untuk megambil darah adalah spuit disposible 10 ml, tabung plastik 1 ml untuk pemeriksaan Hb, Torniquet (alat ikat pembendungan), Microtube (tabung mikro) 1 ml untuk menyimpan serum, sentrifuge (pemusing untuk memisahkan serum), otak pendingin untuk membawa darah dan serum, Aluminium foil. Bahan berupa Antikoagulan EDTA, kapas dan alkohol 70%. Cara  Pengambilan darah dilakukan dengan membersihkan kulit diatas lokasi tusuk dengan alkohol 70% sampai kering, lokasi penusukan harus bebas luka dan bekas luka. Lalu Torniquet (ikatan) dipasang pada lengan atas dan responden diminta untuk mengepal dan membuka telapak tangan berulang kali agar vena jelas terlihat. Lokasi penusukan di desinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan cara berputar dari dalam keluar. Spuit disiapkan dengan memeriksa jarum dan penutupnya. Setelah itu vena mediana cubiti ditusuk dengan posisi sudut 45 derajat dengan jarum menghadap keatas. Darah dibiarkan mengalir kedalam jarum kemudian jarum diputar menghadap kebawah. Agar aliran bebas responden diminta untuk membuka kepalan tangannya, darah kemudian dihisap sebanyak 10 ml. Torniquet dilepas, kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol (agar tidak sakit). Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak keluar darah lagi. Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester. Penetapan kadar parasetamol dan fenilpropanolamin HCl dalam plasma dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC).



6.      Metode Pengambilan Sampel Urine
Tes urine merupakan salah satu metode  yang sering digunakan untuk mengetahui adanya kelainan atau penyakit pada tubuh, pengkonsumsian zat aditif berbahaya dan pengujian kadar hormon. Sampling dari sampel-sampel biologi seperti darah dan urine tidak dapat dilakukan sembarangan. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1406/MENKES/SK/IX/2002 yang di dalamnya ada mengatur tentang pengambilan spesimen darah dan urine.
Tahapan proses dalam pengambilan sampel urine secara umum dapat dijelaskan dengan mengangkat contoh penelitian tentang “Perbandingan Rasio Protein Kreatin Urine Dari Tiga Waktu Berbeda Pada Anak dengan Sindrom Nefrotik Primer”. Penentuan populasi dari penelitian ditekankan pada anak-anak yang menderita sindrom nefrotik primer. Batasan samplingnya adalah anak-anak yang berusia 1-16 tahun dengan sindrom nefrotik primer yang dirawat di Instalasi Kesehatan Anak RS Dr. Sardjito.
            Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengambilan sampel. Metode yang digunakan dalam penelitian “Perbandingan Rasio Protein Kreatin Urine Dari Tiga Waktu Berbeda Pada Anak dengan Sindrom Nefrotik Primer” adalah Purposive Sampling. Perencanaan sampling sangat perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan sampling dan mengefisienkan waktu pengambilan. Pada penelitian ini sampling dilakukan dalam tiga waktu yang berbeda yakni pengambilan urine pada pagi hari, siang hari dan malam hari.
Tahapan proses sampling dilakukan dengan sampel urine diambil pada pagi hari (setelah bangun tidur), siang hari (antara jam 12 dan 1 siang) dan malam hari (sebelum tidur). Kemudian urine  ditampung masing-masing pada wadah yang bersih, dimana wadah sebaiknya terbuat dari plastik atau wadah botol yang berwarna terang dan memiliki mulut wadah yang lebar. Sampel urine yang telah terkumpul, diambil sebanyak 5 mL dan diletakkan di dalam wadah tertutup serta diberi label. Apabila sampling dilakukan selama berhari-hari dan spesimen urine akan diidentifikasi bersamaan di akhir sampling, maka spesimen urine sebaiknya disimpan dengan baik pada wadah tertutup atau dengan penambahan bahan-bahan pengawet seperti formalin 37% atau EDTA. Untuk identifikasi sampel urine dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri dan Autoanalyzer VITROS System.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. - . Metode Penyelidikan dan Pengujian Tanah. (cited September 19, 2010). Available from: http://repository.binus.ac.id/content/S0034/S003481696.pdf

Anonim. 2010. Pengujian Mutu Tablet Paracetamol Generik Berlogo dan Paten Produksi PT. First Medipharma. (cited September 25, 2010). Available from: http://www.scribd.com/doc/24066865/KTA-RA-pUNKZ

Direktorat Jendral PPM & PLP Departemen Kesehatan. 1997. Pedoman Teknis (dalam Penyusunan Peraturan Daerah Tingkat II) tentang Pengawasan Kualitas Air. (cited September 24, 2010).

Gandjar, Rohman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Hartanto, Jusuf dan Pungky Ardani. 2007.  Comparasion of  Sport Urine Protein Creatinine From Three Different Time Urine Samples in Children With Primary Nephrotic. (cited September 25, 2010). Available from : http://bik.fk.ugm.ac.id/downloads/05-SEP-JUSUF.pdf

MENKES RI. 2002. Standar Pemeriksaan Kadar  Timah Hitam pada Spesimen Biomarker Manusia. (cited : September 23, 2010). Available at : http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/KMK%20No.%201406%20ttg%20Standar%20Pemeriksaan%20Kadar%20Timah%20Hitam%20Pada%20Spesimen%20Biomarker%20Manusia.pdf

Purwanto, Edy. 2007. Korelasi Jumlah Netrofil, Limfosit dan Monosit dengan Kadar Albumin Urin Pada Pasien DM Tipe-2 dengan Mikroalbuminuria. (cited September 25, 2010). Available from: http://eprints.undip.ac.id/17466/1/Edy_Purwanto.pdf

Rusdia, Taufik dkk. Interaksi Farmakokinetik Kombinasi Obat Parasetamol dan Fenilpropanolamin Hidroklorida sebagai Komponen Obat Flu. (cited : September 24, 2010). Available at : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/interaksi_farmakokinetik.pdf

Standar Nasional Indonesia. 2004. Tata Cara Pengambilan Contoh Dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air Pada Suatu Daerah Pengaliran Sungai. (cited September 24, 2010). Available from: http://images.atoxsmd.multiply. multiplycontent.com/attachment/0/RmptdgoKCsYAABqcUS41/Tata%20cara%20pengambilan%20contoh%20dalam%20rangka%20pemantauan%20kualitas%20air.pdf?nmid=45520818.

Stoepller, Markus. 1997. Sampling and Sample Preparation Practical Guide for Analytical Chemists. Springer: Jerman.

0 comments:

Post a Comment