25 June 2011

PEWARNAAN BAKTERI -mikrobiologi farmasi-

I. PENDAHULUAN


 

1.1. Latar Belakang

Mikroorganisme yang ada dialam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air. Supaya bakteri dapat dilihat dengan mudah dan dipalajari maka tingkat sel kontras itu dapat ditingkatkan dengan cara pewarnaan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan (Wahyuningsih, 2008).

Tujuan dari pewarnaan antara lain adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel mikroorganisme (khususnya bakteri), untuk memperjelas ukuran jasad, untuk dapat mengamati struktur luar dan dalam sel mikroba, dan untuk dapat melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan, sehingga sifat fisik dan kimia jasad dapat diketahui. Berhasil atau tidaknya pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang akan diwarnai (umur biakan paling baik adalah 24 jam) (Kawuri dkk., 2007).

Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam (Wahyuningsih, 2008).

Contoh zat warna yang sering digunakan adalah methylen blue, kristal violet, karbol fuhsin, dan lain-lain (Kawuri dkk., 2007).


 

1.2. Tujuan

  1. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pewarnaan bakteri
  2. Untuk dapat mengidentifikasi perbedaan bakteri gram positif dengan gram negatif yang telah diisolasi dan dilakukan pewarnaan.
  3. Untuk dapat mengidentifikasi perbedaan bentuk bakteri gram positif dan gram negatif setelah dilakukan pewarnaan.

    II. MATERI DAN METODE


     

Dalam praktikum pewarnaan bakteri ini, dilakukan pewarnaan Gram terhadap bakteri E.Coli dan Staphylococcus aureus dengan cara menteteskan sebuah kaca objek yang bersih dengan air steril pada bagian tengahnya. Selanjutnya diambil sedikit biakan bakteri dengan menggunakan ose yang telah dipijarkan pada nyala api bunsen. Kemudian dibuat apusan pada air yang telah diteteskan pada kaca objek, sehingga terbentuk suspensi bakteri yang tipis dan merata. Lalu kaca objek tersebut difiksasi di atas nyala api bunsen hingga kering dengan jarak sekitar 30 cm dari nyala api. Dalam memfiksasi ini tidak boleh terlalu panas karena dapat merusak bentuk sel bakteri. Setelah difiksasi, sediaan kemudian diwarnai menggunakan pewarna kristal violet selama 1-2 menit, lalu dicuci dengan air mengalir. Sediaan langsung ditetesi dengan larutan lugol dan dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu sediaan dicuci dengan larutan alkohol 95% sampai warnanya terhapus, dan biarkan beberpa saat dan kemudian dicuci kembali dengan air mengalir. Berrikutnya diwarnai lagi dengan pewarna safranin dan didiamkan selama 1-5 menit. Untuk ketiga kalinya, sediaan dicuci lagi dengan air mengalir kemudian dikeringkan diatas nyala api bunsen. Sediaan lalu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x, namun sebelumnya sediaan diberi minyak emersi. Setelah itu, sediaan dicatat dan digambar di atas lembar pengamatan.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


 

III.1 HASIL

Dari praktikum diperoleh hasil yaitu bakteri E. Coli merupakan bakteri gram negatif (berwarna merah) dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif (berwarna violet). Hasil selengkapnya terlampir.


 

III.2 PEMBAHASAN

Untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi, maka dilakukan pewarnaan terhadap bakteri tersebut. Bakteri yang akan diamati adalah bakteri E. Coli dan Staphylococcus aureus dengan metode pewarnaan yang digunakan adalah pewarnaan Gram. Bentuk bakteri dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x10.

Pada bakteri Escherichia coli terlihat bentuk basil (batang) dan berwarna merah sehingga bakteri ini termasuk bakteri Gram negatif. Warna merah yang terjadi merupakan hasil penghapusan warna dasar (Kristal violet) oleh alkohol, sehingga bakteri akan menyerap pewarna safranin yang dipakai sebagai pewarna kontras (pembanding) (Kawuri, 2007). Selain itu, warna merah yang timbul pada Escherichia coli, terjadi
karena bakteri tersebut memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis (1-3 nm) sehingga ikatan antara kristal violet-lugol dengan lapisan peptidoglikan lebih sedikit terjadi dan bakteri lebih dominan terwarnai oleh pewarna safranin yang berwarna merah (Alcamo, 1996). Pada pengamatan Escherichia coli ini terlihat juga bakteri dengan bentuk berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kontaminan pada saat pemindahan biakan ke kaca objek, selain itu pengambilan biakan bakteri terlalu banyak juga mengakibatkan bakteri akan tertimbun sehingga pemeriksaan bentuknya satu per satu menjadi tidak jelas karena sediaan menjadi terlalu tebal dan dapat terjadi kemungkinan karena biakan bakteri belum murni.

Pada bakteri Staphylococcus aureus terlihat berbentuk bulat (coccus) yang membentuk rantai dengan warna violet, sehingga bakteri ini termasuk bakteri Gram positif. Hal ini disebabkan karena warnanya tidak terhapuskan oleh pencucian alkohol dan pemberian alkohol ini membuat dinding sel bakteri terdehidrasi, pori – pori mengkerut, serta daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga sehingga sel bakteri ini tidak menyerap warna safranin yang merupakan warna kontras (Kawuri dkk., 2007). Warna violet (ungu) ini timbul disebabkan karena bakteri gram positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal dan kandungan lipidnya rendah sehingga akan mengikat lebih banyak kompleks zat warna sehingga warnanya menjadi violet (ungu) (Alcamo, 1996). Begitu pula pada pengamatan Staphylococcus aureus ini terlihat juga bakteri dengan bentuk berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kontaminan pada saat pemindahan biakan ke kaca objek, selain itu pengambilan biakan bakteri terlalu banyak juga mengakibatkan bakteri akan tertimbun sehingga pemeriksaan bentuknya satu per satu menjadi tidak jelas karena sediaan menjadi terlalu tebal dan dapat terjadi kemungkinan karena biakan bakteri belum murni.

Tercuci tidaknya warna dasar pada saat pewarnaan bakteri tergantung pada komposisi dinding sel, bilakomponen dinding sel kuat mengikat warna dari bakteri tersebut. Dinding sel bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Selain itu, pemberian alkohol pada praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu (Wahyuningsih, 2008).


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

IV. KESIMPULAN


 

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan adalah:

  1. Beberapa jenis metode pewarnaan sel bakteri antara lain adalah pewarnaan langsung dengan pewarnaan basa, pewarnaan tidak langsung atau pewarnaan negatif dengan pewarnaan asam, pewarnaan gram, dan pewarnaan endospora.
  2. Perbedaan antar bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif setelah dilakukan pewarnaan gram yaitu pada bakteri Gram positif jika diwarnai memiliki ciri-ciri berwarna ungu karena mengikat pewarna dasar dan tidak terhapus oleh alkohol serta tidak menyerap pewarna pembanding (pewarna kontras). Sedangkan bakteri Gram negaif jika diwarnai memiliki ciri-ciri berwarna merah karena tidak mengikat pewarna dasar dan terhapus oleh alkohol serta mengikat pewarna pembanding. Pada praktikum ini bakteri E.coli termasuk golongan bakteri Gram negatif sedangkan Staphylococcus aureus termasuk golongan bakteri Gram positif
  3. Perbedaan bentuk sel bakteri gram positif dengan gram negatif setelah dilakukan pewarnaan adalah basil pada bakteri E.coli sedangkan
    coccus (bulat) membentuk untaian rantai pada bakteri Straphylococcus aureus.


     


     


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Alcamo, I.E. 1996. Fundamental of Microbiology, 5th Edition. Addison Wesly Longman, Inc: New York

Kawuri, R., Y. Ramona dan I. B. G. Darmayasa. 2007. Buku Ajar Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Biologi F. MIPA UNUD : Bukit Jimbaran

Kawuri, R., Y. Ramona dan I. B. G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Biologi F. MIPA UNUD : Bukit Jimbaran

Wahyuningsih. 2008. Pengecatan Gram.

Available at : http://www.scribd.com/document_downloads/direct/8965686?extension= pdf&ft=1270647473&lt=1270651083&uahk=OpR3SnsA1MlcJHNHygtN1WfbhQE

Opened at : 16 April 2011    


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI


 

PEWARNAAN SEL BAKTERI


 


 


 


 


 


 


 

0 comments:

Post a Comment